Kita telah memasuki era revolusi industri 4.0. Pertanyaannya: apakah masih relevan pemimpin melatih kecerdasan emosional atau EQ? Ternyata, masih sangat perlu!
Tak mengherankan jika Jack Welch, salah satu mantan CEO terkemuka dari General Electric yang legendaris, mengatakan, "Banyak kepemimpinan bermasalah karena buruknya EQ atau kecerdasan emosionalnya rendah". Begitu juga kata Jack Ma, pendirinya Alibaba, "Sukses bukan hanya butuh kecerdasan intelektual (IQ), tapi juga kecerdasan emosional (EQ)". Bahkan, belakangan Jack Ma juga memperkenalkan perlunya LQ atau Love Quotient.
Nah, kembali bicara soal kecerdasan emosional. Itulah sebabnya Daniel Goleman, salah satu pelopor EQ di dunia, belakangan mulai memperkenalkan 12 kompetensi kecerdasan emosional (EQ) yang kritikal bagi para pemimpin. Goleman, bersama Richard Boyatzis, menyebutkan 12 kompetensinya itu sebagai: The Crucial Competence. Saya menjelaskannya lebih detail pada artikel berikut.
Pertanyaan yang paling penting adalah, setelah memahami soal keseluruhan kompetensi kecerdasan emosional tersebut, lalu apa? Bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?
Berikut ide serta langkah yang bisa dilakukan untuk mengembangkan serta melatih ke-12 kompetensi EQ tersebut:
Baca juga: Cara Menangani Kesalahan Anggota Tim
1. Emotional Self-Awareness (Kesadaran Diri)
- Secara rutin mengecek suhu emosi Anda saat ini
- Belajar mengenali dan membaca pola ataupun kebiasaan diri Anda dalam berbagai situasi, khususnya kebiasaan yang tidak menyenangkan
- Melakukan refleksi diri dengan mempertanyakan apa motif, niat, intensi Anda dalam suatu situasi tertentu
2. Emotional Self-Control (Pengendalian Diri)
- Menerapkan “jeda 6 detik” untuk mengontrol emosi yang spontan dan tak terkendali
- Meminta bantuan pihak lain untuk mengingatkan pada saat emosi tidak terkendali
- Mempraktikkan self reminder untuk mengingatkan apa yang akan terjadi kalau emosi tak terkendali itu dibiarkan (dengan mempertimbangkan akibatnya)
3. Achievement Orientation (Orientasi Berprestasi)
- Membuat daftar tujuan pribadi serta menyiapkan langkah-langkahnya
- Menentukan personal scorecard yakni kerangka penilaian pribadi yang diukur untuk mencapai suatu kesuksesan
- Menerapkan Prinsip Pareto dengan berfokus pada hal-hal kecil namun berdampak besar terhadap kehidupan
4. Positive Outlook (Pandangan Positif)
- Mempelajari kisah-kisah orang sukses yang melewati berbagai tantangan
- Mengaplikasikan anticipatory thinking, yakni berharap yang terbaik, bersiap untuk yang terburuk
- Menerima berbagai tantangan dan tingkat kesulitan baru untuk melatih kompetensi diri dalam menghadapi masalah
Baca juga: 4 Mindset Penting Bagi Manager Baru
5. Adaptability (Beradaptasi)
- Bersikap baik terhadap masukan dan umpan balik dari orang lain
- Menerapkan paranoid thinking (memikirkan kemungkinan terburuk) dan mencoba terus berdaptasi dengan pendekatan baru
- Mengaplikasikan teknik scenario building (membuat berbagai skenario dan rencana) dalam menghadapi suatu situasi dengan berbagai alternatif solusinya
6. Empathy (Berempati)
- Latihan membaca situasi perasaan dan kondisi orang lain
- Berusaha menanyakan pendapat dan perasaan orang lain serta menanyakan alasannya
- Menggunakan teknik RAS (Respect perasaan orang, Acknowledge/menghargai alasan mengapa dia merasakan perasaan demikian serta memberikan Solusi yang mempertimbangkan perasaan orang tersebut)
7. Organizational Awareness (Kesadaran Organisasi)
- Melatih radar dan kepekaan terhadap kondisi suatu tim
- Belajar membuat sosiogram (hubungan antar individu) untuk mengetahui siapa suka dengan siapa atau pun siapa tidak suka dengan siapa
- Membuat peta pengaruh: siapa mendengarkan siapa
8. Influence (Daya Pengaruh)
- Latihan memberikan apresiasi dan pengharhgaan positif
- Membangun tabungan emosi yang positif
- Melatih teknik-teknik persuasi termasuk dengan memberian pernyataan yang disertai dengan alasan yang masuk akal
Baca juga: 7 Kebiasaan Pemimpin Meeting yang Hebat
9. Coach and Mentor (Melatih & Mementor)
- Berusaha membagikan ilmu Anda dengan mencari orang-orang yang bisa Anda kembangkan keterampilannya
- Memberikan umpan balik konstruktif kepada orang lain, khususnya tim
- Menandai dan meluangkan coaching time untuk anak buah atau pun orang yang perlu Anda tingkatkan keterampilannya
10. Conflict Management (Manajemen Konflik)
- Meluangkan waktu untuk menyelesaikan konflik, tidak membiarkannya berlarut-larut
- Mempraktikkan teknik alternatif ke-3 untuk mencari solusi yang mengakomodasikan pihak kepentingan yang berbeda
- Berlatih perceptual position, yakni suatu teknik dengan mencoba memposisikan diri sebagai orang lain serta mempertimbangkan alasan serta kondisi mereka, hingga akhirnya menemukan solusi yang bisa memuaskan kedua belah pihak
11. Inspirational Leadership (Kepemimpinan Inspiratif)
- Membuat kutipan-kutipan bijak yang inspiratif melalui email atau pun status-status di sosial media, untuk menginspirasi orang lain
- Melakukan sesi motivasi pendek saat meeting atau pertemuan lainnya
- Menceritakan kisah-kisah inspiratif diri mau pun kisah orang lain yang kepada tim
12. Teamwork (Kerjasama)
- Mengenali potensi serta kelemahan masing-masing anggota tim
- Berusaha berkontribusi dengan positif kepada tim, melalui kata-kata, sikap, penghargaan, hingga kontribusi yang nyata (tangible) kepada tim
- Melakukan aktivitas informal untuk menyatukan chemistry antara anggota tim
Begitulah beberapa tips sederhana melatih kecerdasan emosional yang bisa diterapkan siapa saja.
Semoga dengan terus-menerus mengembangkan kompetensi diri, kita mampu menjadi pribadi dan pemimpin yang semakin berpengaruh positif bagi organisasi kita.
Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Dr. Anthony Dio Martin.