Saya orang yang sangat kompetitif. Selama 10 tahun terakhir, saya menyaksikan sebagian besar rekan saya berhenti dari olahraga ketika mereka melewati usia 40 tahun. Ketika Saya melihat teman-teman saya menghilang dari lapangan olahraga, Saya secara pribadi tergoda untuk berhenti juga. Namun, saya terus meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya harus terus melakukannya untuk beberapa tahun lagi.
Beberapa akhir pekan lalu, saya mendapat cedera parah dalam salah satu permainan. Beberapa bagian tubuh saya terluka, tetapi saya masih terus berjalan sampai saya merasakan sakit yang luar biasa di punggung saya. Saya berhenti dan bergegas pulang. Saya berbaring di tempat tidur selama satu jam dan ketika saya mencoba untuk bangun, saya benar-benar tidak bisa bergerak. Selama dua hari berikutnya, saya terjebak di tempat tidur, tidak bisa bergerak.
Kisah Refleksi
Awalnya, saya sangat kecewa dan kesal karena tidak bisa bergerak tetapi apa daya kenyataannya sudah demikian. Saya menyadari Tuhan telah memberi saya hadiah untuk sendirian dan kesempatan untuk merenungkan beberapa tahun yang sudah dilalui. Bertahun-tahun yang lalu, saya belajar pentingnya cara "memperbarui" kehidupan kita. Tanpa kesendirian dan refleksi, tidak mungkin untuk kita mengetahui diri kita sendiri, tujuan kita, dan yang lebih penting, bagian mana dari kehidupan yang membutuhkan "pembaharuan".
"Kita semua adalah hasil dari apa yang kita pikirkan." - Buddha
Untuk melatih refleksi, kita harus kembali pada berabad-abad yang lalu dan mendalami banyak institusi, termasuk samurai Jepang, yang saya bahas dalam salah satu artikel saya sebelumnya, 4 Pelajaran Kepemimpinan Dari Samurai. Ben Franklin, salah satu pahlawan kepemimpinan saya, memiliki pendekatan yang agak sistematis untuk refleksi harian, yang merupakan bagian mendasar dari hidupnya. Dia menulis 13 daftar kebajikan dan setiap hari dia mengevaluasi dirinya sendiri dengan mengaitkannya pada kebajikan-kebajikan tersebut. Praktik refleksi ini memampukannya untuk menjadi pria "kebangkitan" yang adalah seorang ilmuwan, inovator, seniman, penulis, dan pemimpin hebat.
Untuk mengetes diri kita sendiri tidak pernah mudah. Itu melibatkan kesediaan untuk menghadapi dan mengakui kesalahan, kegagalan, dan kekurangan kita. Saya merekomendasikan setidaknya setiap tahun, kita melepaskan diri dari kehidupan "perlombaan tikus" dan menghabiskan waktu dalam refleksi pribadi, kesendirian dan dalam mengevaluasi diri kita sendiri.
Albert Schweitzer, pemenang Nobel, percaya bahwa refleksi dalam kehidupan sangat penting untuk kepemimpinan karena memungkinkan kita untuk mempertimbangkan "perhitungkan apa yang telah Anda abaikan dalam ketidakbijaksanaan Anda"
Lebih menariknya lagi, salah satu langkah kunci dalam program 12 langkah Alcoholics Anonymous (AA) meminta peserta untuk membuat inventaris moral yang berani. Tanpa refleksi, program AA mungkin tidak akan menunjukkan banyak keberhasilan.
Bahkan para pemimpin bisnis yang sukses memulai perjalanan mereka dalam kesunyian dan refleksi. Steve Jobs pergi ke India untuk berefleksi sebelum memulai Apple. Setiap kali saya mempertimbangkan tantangan baru, saya memaksa diri saya untuk melakukan "proses berpikir" dan refleksi. Ini membantu mengatur penugasan baru dengan baik. Dalam beberapa kasus di mana saya harus bergegas ke tugas baru tanpa waktu "berpikir", ternyata menjadi bencana.
Jadi, bagian pertama dari artikel ini berfokus melihat ke belakang dan ini disebut "refleksi". Bagian kedua adalah melihat ke depan, dan saya menyebutnya sebagai "pembaharuan."
Baca artikel ini dalam bahasa Inggris "Looking Back, Moving Forward"