Bias gender atau kecenderungan untuk lebih mengutamakan salah satu jenis kelamin daripada yang lain, mewakili jenis bias yang tidak disadari oleh seseorang karena prasangka, sikap, atau stereotip tertentu. Hal ini umum kita temui di dunia kerja, dari ketimpangan gaji, posisi jabatan struktural, penilaian kinerja, dukungan, dan lain sebagainya. Masing-masing dari kita pun perlu memperjuangkan kesetaraan demi menghilangkan jarak yang telah menyebabkan perpecahan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pertanyaannya adalah, bagaimana isu kesetaraan di tengah situasi pandemi? Sudahkah pandangan kita berubah? Apakah pencapaian kesetaraan gender mundur di masa pandemi?
Baca juga: Pemberdayaan Perempuan dalam Lingkungan Kerja
Tren baru bias gender
Beberapa tahun terakhir, dunia telah menunjukkan kemajuan dalam berbagai aspek kesetaraan gender. Wanita diberikan peluang lebih dalam posisi jabatan struktural dan semakin terlibat di bidang politik. Namun demikian, bias gender masih terjadi di sebagian besar tempat kerja dan lingkungan masyarakat. Tampak bahwa inklusivitas masih menjadi persoalan yang perlu kita perjuangkan ke depannya.
Pada tahun 2021, penelitian Society of Hospital Medicine menunjukkan bahwa bias gender di tempat kerja masih berlanjut, mempengaruhi wanita dari warna kulit, usia, dan etnis yang berbeda. Pandemi Covid-19 juga berdampak pada wanita dan membuat pekerjaan mereka 1,8 kali lebih rentan dibandingkan pria. Mengapa ini bisa terjadi? Dengan masalah ketidaksetaraan gender yang ada sebelumnya, wanita rentan terkena dampak ekonomi dari pandemi. McKinsey mencatat bahwa pandemi membuat 4,5% pekerjaan wanita berisiko, sedangkan 3,8% bagi pekerjaan pria.
Mungkin Anda berpikir, lalu bagaimana dengan pria? Banyak pula stereotip dan prasangka yang dilekatkan pada pria, seakan-akan mereka adalah individu yang agresif dan berbahaya. Pria pun mengalami diskriminasi dan bias di tempat kerja. Walaupun persentase antara wanita dan pria timpang, hal ini tidak menutupi fakta bahwa masalah gender juga dialami pria.
Ya, penting untuk menyadari bahwa ketidaksetaraan gender mempengaruhi semua jenis kelamin dan membutuhkan pola pikir berbeda tentang bagaimana kita sebagai individu memandangnya.
Bagaimana Covid-19 mempengaruhi dunia kerja?
Pandemi telah membuat kebanyakan dari kita untuk bekerja dari rumah. Apakah bekerja dari rumah membuat kita lebih produktif atau justru sebaliknya? Tergantung Anda bertanya kepada siapa, pandangan tentang hal ini bervariasi dari jenis kelamin dan karyawan satu ke karyawan lainnya. Sebagian menyukai fleksibilitas dari bekerja di rumah dan yang lain kesulitan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan rumah tangga.
Sejak bekerja jarak jauh menjadi norma baru, beberapa berpendapat bahwa hal itu berpotensi membantu wanita untuk lebih fleksibel mengatur jadwal mereka. Namun, ada pula kekhawatiran bahwa masalah burnout akan meningkat. Banyak wanita mempertimbangkan untuk berhenti bekerja atau turun jabatan agar mampu menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan kehidupan di rumah. Lantas, mengapa perempuan disoroti dalam skenario ini? Faktanya, ekspektasi terhadap perempuan untuk bertanggung jawab atas anak-anak dan rumah tangga sementara laki-laki mencari nafkah untuk keluarga masih bertahan sampai sekarang–terutama dalam budaya Asia.
Pada laporan McKinsey yang sama, wanita dikatakan lebih rentan meninggalkan pekerjaan dibandingkan pria karena stres dan tanggung jawab tertentu yang harus mereka penuhi. Meskipun ekspektasi terhadap ibu telah berubah dan diseimbangkan dengan peran ayah, wanita lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak mereka.
Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa kerja jarak jauh telah mengurangi burnout yang dialami banyak karyawan. Faktanya, bekerja dari rumah meningkatkan inovasi, keterlibatan bekerja secara daring, komitmen organisasi, dan inklusivitas yang lebih besar di antara karyawan. Menariknya, baik karyawan pria dan wanita juga kini dikatakan berpeluang lebih kecil untuk pindah tempat kerja.
Pada intinya, bekerja dari rumah memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Meskipun begitu, fleksibilitas tersebut memberikan pria dan wanita waktu dan ruang mereka untuk produktif bekerja. Tidak lupa juga bahwa ini merupakan salah satu cara untuk mencapai kesetaraan di tempat kerja.
Harapan untuk dunia kerja di masa depan