Kenapa Ghosting Bikin Proses Rekrutmen Jadi Menyeramkan?

Feb 20, 2025 3 Min Read
Seorang gadis yang ketakutan
Sumber:

pikisuperstar dari Freepik.com

Kenapa Ghosting Bikin Proses Rekrutmen Jadi Menyeramkan?

Ghosting dalam dunia kerja itu bukan cuma bikin kesal—tapi juga buang waktu, biaya, dan bisa merusak reputasi. Baik dari sisi pencari kerja maupun recruiter, komunikasi yang tiba-tiba terputus bisa meninggalkan kesan buruk.

Mari kita bahas, bukan hanya dari sisi perasaan, tapi juga dari sisi angka!

Dampak Ghosting dalam Proses Rekrutmen

Pernah merasa email follow-up yang sudah disusun dengan rapi malah hilang tanpa jejak? Kamu nggak sendirian. Menurut CareerBuilder, 70% pencari kerja pernah mengalami ghosting setelah wawancara. Ini bukan sekadar mengganggu, tapi juga bisa merusak citra perusahaan. Bahkan, 78% kandidat akan menceritakan pengalaman buruk mereka ke teman atau keluarga, dan 17% akan membagikannya di media sosial.

Dari sisi recruiter, keterlambatan merespons kandidat juga bisa jadi bumerang. LinkedIn menemukan bahwa 52% recruiter kehilangan kandidat karena proses yang terlalu lama. Jika kandidat terbaikmu pindah ke perusahaan lain yang lebih responsif, siapa yang rugi?

Belum lagi soal biaya. Menurut SHRM, biaya mengganti karyawan atau membuka rekrutmen ulang bisa mencapai 30-150% dari gaji tahunan posisi tersebut. Mahal, bukan?

Saat Kandidat yang Menghilang

Tapi, bukan cuma perusahaan yang suka menghilang. Kandidat pun kadang "menarik diri" tanpa kabar. Faktanya, menurut Indeed, 28% pencari kerja mengakui bahwa mereka pernah ghosting perusahaan. Alasan utamanya? Mereka mendapatkan tawaran lebih baik atau frustrasi dengan proses rekrutmen.

Masalahnya, ghosting bisa berdampak jangka panjang. Menurut Robert Half, 41% recruiter cenderung tidak mempertimbangkan kembali kandidat yang pernah menghilang tanpa kabar. Jadi, ghosting satu perusahaan bisa berarti kehilangan peluang di lima perusahaan lain.

Baik dari sisi recruiter maupun kandidat, ghosting adalah situasi yang merugikan kedua belah pihak.

Cara Menghindari Ghosting dalam Rekrutmen

Ghosting bisa dihindari dengan komunikasi yang lebih baik. Berikut beberapa cara agar proses rekrutmen tetap berjalan dengan lancar:

1. Bagi Recruiter: Jaga Komunikasi dengan Kandidat

Tetapkan ekspektasi sejak awal: Beri tahu kandidat kapan mereka bisa mengharapkan kabar, bahkan jika itu adalah penolakan.

Gunakan email template: Contoh email sederhana bisa seperti ini:

"Hai [Nama], terima kasih sudah mengikuti wawancara untuk posisi [nama posisi]. Kami memutuskan untuk melanjutkan dengan kandidat lain, tapi kami sangat menghargai pengalaman dan keterampilan yang kamu miliki. Semoga sukses untuk peluang berikutnya!"

Jangan biarkan kandidat menunggu tanpa kejelasan: Jika proses masih berjalan, beri update singkat seperti, "Kami masih dalam tahap seleksi, dan akan menghubungi kamu dalam beberapa hari."

2. Bagi Kandidat: Jangan Tinggalkan Recruiter Begitu Saja

Jika memutuskan untuk tidak melanjutkan, cukup kirim pesan singkat:

"Hai [Nama Recruiter], terima kasih atas kesempatannya. Setelah mempertimbangkan lebih lanjut, saya memutuskan untuk mengambil jalur lain. Semoga kita bisa bertemu di kesempatan lain!"

Ini membangun kesan profesional dan tetap menjaga hubungan baik.

Kenapa Komunikasi Itu Penting?

Ghosting dalam rekrutmen bisa merusak reputasi, baik bagi recruiter maupun kandidat. Berikut beberapa angka yang mendukung pentingnya komunikasi yang baik:

49% kandidat menolak tawaran jika proses rekrutmen terasa tidak profesional (PwC).

Mempersiapkan wawancara memakan waktu rata-rata 7-8 jam (Glassdoor). Ghosting hanya membuang waktu semua pihak.

80% kandidat bersedia melamar ulang ke perusahaan yang memiliki pengalaman rekrutmen yang baik, meski tidak lolos sebelumnya (Glassdoor).

Dengan komunikasi yang jelas, transparan, dan sopan, baik recruiter maupun kandidat bisa menghindari pengalaman buruk dan menjaga hubungan profesional yang baik.

Share artikel ini

Alt

Patricia memiliki lebih dari 25 tahun pengalaman dalam memimpin di sektor B2B dan B2C. Beliau ahli dalam mendorong kesuksesan bisnis, pertumbuhan, dan ekspansi pasar, serta mengelola berbagai departemen dan tim lintas fungsi untuk menjalankan strategi-strategi berdampak tinggi.

Selama kariernya, Patricia telah berperan dalam berbagai inisiatif yang mendukung pertumbuhan dan skalabilitas bisnis, dengan fokus pada dampak jangka panjang. Meskipun seorang introvert, kekuatan terbesar beliau adalah dalam memimpin, melatih, dan mengembangkan orang, dengan rekam jejak yang solid di bidang strategi bisnis dan pengembangan sumber daya manusia.

Patricia sangat antusias untuk menciptakan dampak melalui kolaborasi dan inovasi, serta selalu mengutamakan kepemimpinan yang berfokus pada manusia dan pendekatan analitis.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Era New Normal, Peluang Baru untuk Public Relations

Era New Normal, Peluang Baru untuk Public Relations

Layaknya industri lain, Public Relations juga tak luput dari pengaruh pandemi Covid-19. Pandemi telah secara nyata mengubah cara konsumen berinteraksi dengan bisnis. Menariknya, hal ini membuka peluang baru untuk PR dalam jangka panjang. Simak ulasannya!

Feb 18, 2022 1 Min Read

Alt

Bagaimana Mencapai Posisi Puncak Dan Mempertahankannya

Arif Multi Ardania, seorang pemimpin yang membawahi suatu komunity yang dalam jumlah yang tidak sedikit yaitu beberapa ribu orang, memaparkan dengan gamblang tentang bagaimana dapat mencapai posisinya seperti sekarang ini dan juga bagaimana dapat memelihara dan mempertahankannya.

Jan 28, 2021 9 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest