Keahlian Paling Dicari di Era Disrupsi

Aug 12, 2021 6 Min Read
kreatif
Sumber:pixabay.com

Jika Anda tidak punya keahlian yang satu ini, maka sebaiknya jangan buka usaha, kemungkinan besar bakal bangkrut. Kalau Anda karyawan, nggak usah ngimpi bisa naik pangkat, kecuali Anda bekerja di instansi yang sistem karirinya pakai urut kacang. Jadi apa kira-kira keahlian yang paling dicari di akhir dekade ini? 

Kalau Anda berpikir jawabannya adalah penguasaan teknologi digital, maka Anda salah.

Jadi apa dong? Untuk mengetahui jawabannya, coba jawab pertanyaan saya ini dulu.

Bayangkan jika Anda adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan dimana jasa yang Anda jual adalah informasi cuaca. Kemana Anda jual jasa Anda tersebut? Siapa klien Anda? 

Kalau Anda menjawab, ke stasiun TV untuk siaran laporan prakiraan cuaca atau ke internet news portal yang menyajikan informasi cuaca, maka Anda benar. Tapi itu standar. Jika hanya itu bisnis Anda dan hanya mereka klien Anda, maka tidak lama lagi perusahaan Anda akan bangkrut. Atau setidaknya, berhenti bertumbuh.

Baca juga: Mendiversifikasikan Bisnis dan Tetap Berbaik Hati


Jadi kemana lagi Anda bisa jual jasa Anda tersebut? Dari mana lagi Anda bisa mendapatkan pemasukan tambahan yang bisa mendongkrak pertumbuhan perusahaan?

Sebelum menjawabnya, saya berikan Anda satu kasus lagi.

Bayangkan jika Anda baru saja diangkat sebagai kepala dari sebuah museum yang besar dan terkenal. Anda diminta untuk meningkatkan jumlah kunjungan ke museum tersebut. Anda tahu bahwa itu tidak mudah, karena Anda tidak hanya berkompetisi dengan museum lain, melainkan juga dengan digital games, Netflix, juga bioskop. 

Apa yang bisa membuat orang beralih dari semua itu dan datang ke museum Anda? Jawaban kebanyakan orang adalah memberikan sentuhan 'digital' pada museum tersebut, seperti membuat website yang bagus dan aplikasi yang bisa membaca barcode dari item yang dipamerkan untuk memperoleh informasi interaktif.

Sayangnya hal yang sama juga dilakukan oleh museum-museum lain (ini contoh kasusnya di Amerika soalnya). Maka itu tidak cukup untuk museum Anda bisa menang bersaing. Jadi apa yang harus dilakukan oleh si kepala museum?

Yuk kita kembali ke kasus yang pertama. Perusahaan yang saya bicarakan itu bernama IBM Weather Company. Mereka sukses luar biasa. Apa yang mereka lakukan?

Selain menjual ke stasiun TV dan internet news portal, mereka menjual informasi cuasa yang sangat detil ke jaringan retailer. 

Informasi yang diberikan bukan hanya 'Jakarta akan hujan' atau 'Surabaya akan kering'. Melainkan hingga ke level daerah atau jalan yang spesifik, misal 'di Menteng Dalam akan terjadi hujan lebat selama satu minggu kedepan'. 
Jadi jaringan retailer itu bisa menyesuaikan dengan menyetok payung untuk toko di daerah Menteng Dalam dan meletakkannya di depan toko untuk menangkap peluang penjualan.

Baca juga: Kunci yang Memisahkan Pemenang dari yang Kalah


Hal yang sama berlaku untuk kedai makanan, kalau hujan biasanya orang suka makan makanan berkuah. Maka ketika tahu di daerahnya akan hujan, maka sang pemilik restauran akan menyiapkan bahan baku untuk menu makanan sup lebih banyak. Bahkan bisa mempersiapkan dulu sebelum pelanggan memesannya.

IBM juga menjual informasi cuaca ke pengiklan, jadi iklan yang ditampilkan adalah yang relevan dengan kondisi cuaca saat itu. Saat cuaca hujan maka pengiklan pasang iklan sup, jas hujan, genteng anti bocor, vitamin peningkat daya tahan tubuh, obat flu dan lain-lain. Karena relevan dan kontekstual maka tingkat penjualan akan lebih tinggi. Pengiklan akan senang.

Tidak berhenti disitu. IBM juga menjual informasi cuaca ke perusahaan asuransi. Tujuannya agar perusahaan asuransi tersebut bisa memberitahukan pada pelanggannya untuk menghindari daerah-dareah yang rawan banjir atau badai. Bukan hanya itu akan membuat pemegang polis menjadi senang, rasio klaim kerusakan mobil akibat bencana alam dapat ditekan.

Nah kreatif banget kan IBM Weather Company?

Sekarang kita bahas kasus kedua. Ini kasus nyata di Metropolitan Museum yang berlokasi di New York, Amerika Serikat. Jadi apa yang dilakukan oleh sang kepala museum?

Dia sadar luasnya museum dan keunikan layout ruangan-ruangannya bisa menjadi aset yang dimanfaatkan. Maka sang Kepala Museum menjadikan seluruh area museum sebagai arena permainan bagi anak-anak yang punya jiwa petualangan. 

Baca juga: Berjuang Memulai Satu Permulaan Anda


Ada permainan treasure hunt. Ada juga permainan detektif dengan kisah misterinya. Anak-anak harus mencari petunjuk yang disebar di berbagai pojok ruangan dan pada item-item yang dipamerkan untuk bisa menyelesaikan misi dalam permainannya. 

Selain itu, kepala museum juga menyadari bahwa proses bagaimana sebuah koleksi itu diperoleh oleh museum, dikurasi, dibersihkan, hingga sampai di arena pameran merupakan sebuah perjalan yang menarik. 

Akhirnya dia memutuskan menceritakan proses-proses itu secara live sesuai tahapan realnya melalui postingan-postingan di media sosial dalam bentuk foto dan video dengan captionnya. Tidak disangka dalam waktu singkat followersnya mencapai ratusan ribu orang. 

Postingan di media sosial itu membuat orang jadi tertarik dan penasaran pada koleksi-koleksi yang ada di museum, hingga mereka akhirnya memutuskan datang ke museum untuk melihat koleksinya secara langsung.
Terakhir, kepala museum memutuskan untuk membuka semua data koleksi museum kepada publik. Berisi kode dan nama item serta foto-fotonya. Tujuannya agar sebanyak mungkin orang bisa memanfaatkan data itu untuk kepentingan edukasi dan proses kreatif lainnya. 

Inisiatif itu membuahkan hasil. Contohnya, seorang artis musik membuat video clip menggunakan gambar dari koleksi-koleksi di museum. Setiap kali lirik lagunya menyebut sebuah kata, maka akan ditampilkan foto koleksi yang namanya sama dengan kata itu. Hasilnya adalah sebuah kolase foto koleksi museum yang indah. Video ini menjadi viral dan kemudian membuat banyak orang penasaran dan datang ke museum.

Nah membaca kedua kasus menarik tadi, maka apa kira-kira keahlian yang paling dicari di era disruptif ini?
Saya sudah memberikan petunjuknya pada cerita diatas. 

Iya, keahlian yang paling dicari itu adalah kreatifitas.

Baca juga: Membangun Tim yang Berprestasi Tinggi


Selama 8 tahun berturut-turut Boston Consulting Group melakukan survey tahunan. Pada 7 dari 8 kali survey tersebut para top management sepakat bahwa kreativitas dan inovasi menempati posisi tertinggi dalam strategi krusial perusahaan. Mereka meyakini bahwa kreativitas memungkinkan perusahaan untuk menemukan cara-cara kerja yang baru yang bisa mendongkrak keuntungan perusahaan.

World Economic Forum di tahun 2015 menempatkan kreativitas di urutan ke 10 dalam 10 keahlian yang paling diperlukan (posisi paling bawah). Kini mereka merevisinya. Kreativitas naik menjadi urutan no 3 setelah Complex Problem Solving dan Critical Thinking.

Saat ini sudah banyak bukti yang menunjukkan bahwa kreativitas karyawan memberikan kontribusi yang substansial terhadap pertumbuhan perusahaan dan daya kompetitifnya (Baer & Oldham, 2006). 

Pada sebuah kajian atas 190 perusahaan yang masuk dalam kategori Agile (mampu bergerak cepat dan beradaptasi), Bottani (2010) menemukan bahwa fleksibilitas dan kecepatan reaksi sangat tergantung pada kreativitas.

Nah, sudah tahu kan betapa pentingnya kreativitas di era disruptif ini?

Pertanyaannya sekarang adalah sudah seberapa kreatif Anda dalam menjalankan usaha? Dalam menjawab setiap tantangan yang di amanahkan oleh perusahaan pada Anda?

Kalau yang Anda lakukan ya cuma begitu-gitu aja, nggak jauh beda dengan yang lain. Ya, wassalam. Ke laut aja. Tutup aja usahanya. Berhenti bermimpi karirnya akan naik.

Nah loh, gimana dong?

Sumber artikel dari: INI DIA KEAHILAN PALING DICARI DI ERA DISRUPSI


Tonton video di bawah ini untuk belajar lebih mengenai inovasi dan kewirausahaan!


Share artikel ini

Alt
Indrawan Nugroho adalah Founder dan CEO Corporate Innovation Asia (CIAS).
Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

seo

Tips Meningkatkan Konten Berkualitas untuk Website Bisnis

Anda yang menginginkan website bisnisnya berkembang tidak perlu khawatir, karena ada beberapa tips mudah dari Jasa Penulis Artikel Kontenindo yang dapat dilakukan.

Sep 06, 2021 1 Min Read

Alt

Memelihara Budaya Kerja Bersama Tim

Dalam wawancara ini, kami banyak berbincang tentang bekerja tim. Dimitry sebagai seorang yang sampai sekarang ini sedang bekerja pada sebuah organsiasi yang terhitung telah dijalani selama 14 tahun sampai wawancara ini dilakukan melihat 4 point penting yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin untuk dapat menjalankan kepemimpinan tim.

Apr 28, 2021 33 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest