Pada tahun 2014, ketika peluncuran program mentoring / pendampingan “Perempuan dalam Kepemimpinan” yang diadakan oleh TalentCorp, Datuk Seri Idris Jala sebagai pembicara utama mengajukan pertanyaan kepada setiap orang yang hadir:
“Mengapa seorang Samurai sangat sulit dikalahkan?”
Dia kemudian dengan cepat menjelaskan bahwa seorang Samurai memiliki sikap siap mati dalam medan perang. Untuk membunuh seseorang yang siap mati adalah hal yang hampir mustahil. Ketika saya merenungkan hal ini, saya menyadari bahwa saya harus menggali / mengamati para prajurit Samurai dan gaya kepemimpinannya. Ketika saya mengamati mereka, saya menemukan beberapa wawasan yang luar biasa mengenai gaya kepemimpinan dan kehidupan mereka.
Berikut ini adalah pelajaran yang saya dapatkan:
Pelajaran Kepemimpinan Samurai 1: Kekalahan bukanlah sebuah pilihan
Pejabat Echigo pada abad ke 16 menjelaskan bagaimana dia memberikan semangat peperangan kepada para Samurai yang akan memasuki medan pertempuran:
“Nasib kita adalah di Surga, baju besi terpasang di dada kita, kemenangan ada di kaki kita. Memasuki medan perang dengan semangat kemenangan dan kamu akan pulang kembali tanpa terluka sedikitpun.” Juga menambahkan: “Berperanglah seperti kamu ditentukan untuk mati maka kamu akan tetap hidup; ketika kamu berharap kamu akan bertahan di medan peperangan, sudah dapat dipastikan kamu akan mati di sana. Ketika kamu meninggalkan rumahmu dengan menyadari bahwa kamu tidak akan melihatnya lagi, maka kamu akan kembali pulang dengan aman; ketika kamu memiliki pemikiran untuk kembali, maka kamu tidak akan pernah kembali,” Lanjutnya lagi, “Kamu mungkin berpikir bahwa dunia ini akan selalu berubah, tetapi seorang prajurit seharusnya tidak menghibur diri dengan pemikiran seperti itu, karena nasibnya selalu sudah ditentukan.”
Bagi para pemimpin dan orang-orang hebat, kekalahan bukanlah sebuah pilihan yang mereka miliki.
Meredith Grey, seorang ahli bedah dalam Grey’s Anatomy mengatakan, “Kekalahan bukanlah sebuah pilihan bagi kami para ahli bedah. Kami tidak akan meninggalkan meja operasi sampai nafas terakhir. Kami tidak mudah terintimidasi. Kami tidak takut dan tersentak. Kami tidak mundur dan pastinya tidak menyerah, tidak sedikitpun.”
“... Untuk melakukan pekerjaan kami, kami harus percaya bahwa menyerah kalah bukanlah sebuah pilihan. Tidak peduli seberapa besar penyakit pasien-pasien kami, selalu ada harapan bagi mereka, namun sekalipun harapan kami harus diperhadapkan dengan kenyataan yang membuat kami akhirnya harus menyerah, itu artinya kami kalah hari ini, tetapi kami akan terus berjuang di pertempuran selanjutnya.” (Season 5, Episode 19 – Sweet Surrender)
Kami sadar bahwa jalan menuju kesuksesan selalu dipenuhi dengan kegagalan. Hanya ketika kita benar-benar percaya bahwa pada akhirnya kita akan menang dan berhasil, kita akan dapat menyingkirkan kegagalan-kegagalan tersebut dan meraih kemenangan.
Dengan menyadari sepenuhnya bahwa kekalahan bukanlah pilihan yang harus kita ambil, kita akan terus bertindak dan bertahan untuk mencapai tujuan kita. Kegagalan bukan berarti kita kalah. Kegagalan akan menjadi kekalahan ketika kita menyerah. Kekalahan berarti kita tidak lagi ingin menghadapi kegagalan berikutnya dan tidak ingin bangkit dari kegagalan.
Sejarah menceritakan tentang seorang penakluk Spanyol bernama Hernán Cortés yang membakar semua kapalnya tepat saat tentaranya memasuki wilayah musuh pada tahun 1519. Dia melakukannya untuk memastikan tentaranya tidak memiliki kesempatan untuk mundur dan bahwa mereka mengorbankan semua yang mereka miliki untuk menang. Sudahkah kita mengorbankan semua yang kita miliki? Semuanya? Atau apakah kita masih memiliki pilihan untuk menyerah ketika kita sedang malas, lelah, dan tidak bersemangat?
Baca juga artikel yang berjudul "Pelajaran Kepemimpinan dari Star Trek"