Bahagia dengan Berhenti Membandingkan Diri

May 28, 2021 5 Min Read
Anda Tidak Akan Bisa Bahagia Jika Terus Membandingkan Diri
Sumber:Bich Tran dari Pexels.com

Ketika kita secara konsisten membandingkan diri kita sendiri dengan orang lain, kita cenderung mencoba untuk meniru mereka sehingga kehilangan fokus pada tujuan kita sendiri.

Akhirnya, kita menghalangi diri untuk berupaya maksimal karena gelisah dengan pencapaian orang lain. Jack Canfield, penulis buku Chicken Soup for the Soul pernah berkata:

"Saya menyadari bahwa perbandingan adalah jalur cepat menuju ketidakbahagiaan."


Lebih dari itu, terdapat dua perangkap besar ketika kita membandingkan diri. Pertama, ketika kita membandingkan diri dan merasa inferior, kita menjadi iri dan tidak bersyukur dengan apa yang kita miliki.

Sebaliknya, jika kita membandingkan diri kita dengan orang lain dan merasa superior, kita terjebak dalam kesombongan. Kita semua tahu bahaya dari kesombongan yang selalu datang sebelum kita jatuh, kan?

Baca juga: Melihat ke Belakang, Melangkah ke Depan

Mengapa Harus Berhenti Membandingkan Diri?

Inilah lima alasan utama mengapa Anda harus menghentikan kebiasaan membandingkan diri sendiri dengan orang lain:

  1. Perbandingan tidak ada artinya - Kita biasanya membandingkan kelemahan kita dengan kekuatan orang lain sehingga timbul perasaan iri. Atau, kita membandingkan kekuatan kita dengan kelemahan orang lain dan menjadi bangga secara berlebihan.
  2. Perbandingan adalah pemborosan waktu - Ketika kita membandingkan, kita kehilangan waktu berharga yang dapat digunakan untuk mengejar tujuan kita.
  3. Perbandingan adalah pertempuran yang sia-sia - Ada banyak sekali orang yang akan memiliki "lebih banyak" daripada Anda. Jika Anda hanya fokus pada aspek ini saja, maka Anda akan rugi karena malah tidak fokus dengan kompetensi yang Anda miliki. 
  4. Perbandingan menghasilkan emosi - Ketika kita membandingkan, kita mulai membenci diri sendiri dan tidak bisa mengontrol emosi. Emosi tersebut pun bisa membahayakan upaya kita dalam fokus pada tujuan.
  5. Perbandingan membuat kita tidak bahagia - Kebahagiaan dicapai hanya ketika Anda bersyukur dan fokus pada apa yang Anda miliki. Sebab, hanya kehidupan Anda lah yang bisa Anda pegang kendali.


Kebiasaan Toxic Membandingkan Diri

Ketika kita percaya akan pepatah yang mengatakan rumput tetangga selalu lebih hijau, kita kemudian berpikiran negatif dan hal ini sangatlah destruktif pada pengembangan diri kita.

Keyakinan bahwa kita hanya memiliki sedikit dibandingkan apa yang dimiliki orang lain membuat kita dikendalikan oleh perasaan egois. Kita menjadi kurang bersyukur dan tidak akan pernah merasa cukup pada apa yang kita miliki.

Padahal, saat ini terdapat begitu banyak pilihan, peluang, dan kesempatan.

Hari ini, kita dapat memiliki komunikasi lintas batas dengan begitu saja. Terlepas dari semua peluang dan pilihan yang tak terhitung jumlahnya, mengapa ada begitu banyak orang yang tidak bahagia, tertekan dan gelisah?

Ketika kita membandingkan diri kita dengan orang lain, maka kita tidak pernah akan puas dan tidak bisa bahagia dengan apa yang kita miliki. Walaupun perusahaan kita memenangkan penghargaan sebagai perusahaan yang hebat, kita masih membayangkan karyawan di perusahaan lain yang memiliki sesuatu hal yang lebih baik daripada kita.

Kita membuat diri kita sengsara dengan terus-menerus memikirkan tentang pencapaian orang lain. Lucunya, ketika kita melakukan lompatan ke "sisi yang lebih hijau", kita merasa tidak ada bedanya. Kita mungkin masih tidak bahagia. Bagaimana kita mengatasi masalah kecemburuan ini? 

Pada dasarnya, kebahagiaan tidak didorong oleh keadaan eksternal. Sebaliknya, ini didorong secara internal. Bagaimana Anda bisa bahagia bergantung pada bagaimana usaha Anda sekarang ini.

Apakah kita begitu sibuk membandingkan diri dengan orang lain sehingga kita mulai kehilangan kehidupan hebat yang ada di hadapan kita?

Baca juga: Rasional Menghadapi Quarter Life Crisis

Bijaksana Ketika Bangga

Kebanggaan datang sebelum kita jatuh. Faktanya, banyak perusahaan besar mengalami keruntuhan meski sedang berada di posisi teratas.

Mengapa perusahaan dalam posisi kuat jatuh? Mereka membandingkan diri mereka dengan orang lain dan merasa superior, sehingga mereka merasa mudah puas. Padahal, orang-orang yang sukses adalah mereka yang fokus pada peningkatan diri mereka setiap hari.

Pada suatu masa ketika putra saya akan menjuarai kompetisi lari, ia menoleh ke belakang untuk melihat posisi pelari lainnya.

Saat fokusnya bergeser dari garis finish, kompetitornya baru saja melewatinya. Putra saya kemudian juara kedua, tetapi ia mendapat pelajaran berharga untuk tetap fokus pada tujuannya.

Sindrom 'rumput tetangga lebih hijau' juga berfungsi ketika kita berpikir kita lebih unggul daripada orang lain. Jika kita mulai berpikir bahwa rumput lebih hijau di pihak kita dan menjadi sombong, tanpa disadari kita sedang mengembangkan perilaku destruktif. Ya, perilaku ini berasal dari kebanggaan diri.

Kegagalan bisnis yang tak terhitung jumlahnya dapat dilacak pada kebanggaan. Perusahaan multinasional besar seperti Eastman Kodak Company dan bahkan IBM pada 1980-an terlalu kecil kemungkinan untuk gagal. Namun, mereka pun jatuh.

Ketika kita bangga, kita menjadi sombong. Arogansi mengaburkan kesadaran kita akan kenyataan dan kita memasuki mode penyangkalan. Ketika kita melihat diri kita lebih baik daripada orang lain, kita gagal mencari cara untuk meningkatkan lagi diri kita. 

Baca juga: 7 Cara Mengembangkan Potensi Diri

Rumput Lebih Hijau Jika Disiram

Jelas, rumput tidak rimbun di mana saja. Setiap ladang memiliki bagian dari gulma, duri, dan onak. Jika Anda bertanya kepada pemimpin yang besar mengenai di mana rumput paling hijau, mereka akan menjawab bahwa rumput yang paling hijau adalah yang sering disiram dengan baik.

Namun, kebanyakan dari kita lebih suka melompati pagar untuk melihat rumput yang lebih hijau itu daripada menyirami rumput di tempat kita sendiri. Apa yang kita maksud dengan menyirami rumput?

  1. Terus memperbaiki diri untuk berhasil di manapun kita berproses saat ini
  2. Mendukung dan mengembangkan organisasi atau tempat Anda berproses saat ini. Jangan ragu untuk terus mencoba hal baru.
  3. Terapkan growth mindset. Teruslah belajar untuk meningkatkan kompetensi diri dan berkontribusi lebih pada organisasi Anda.
  4. Hindari segala upaya membandingkan. Fokus hanya pada tujuan Anda saat ini.


Baca juga: Kenapa Penting untuk Mengenal Kekuatan dan Kelemahan Anda

Kesimpulan

Buddha pernah berkata bahwa jalan menuju kebahagiaan sebenarnya cukup sederhana; rahasianya adalah belajar untuk menginginkan apa yang Anda miliki dan tidak menginginkan apa yang tidak Anda miliki.

Jadi, ingatlah bahwa rumput lebih hijau di tempat-tempat yang Anda siram. Saran saya adalah: Jangan membandingkan diri Anda dengan orang lain. Bandingkan diri Anda dengan orang yang Anda kenal kemarin.

Tertarik mendalami kepercayaan diri? Tonton video berikut!

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Jadilah Seorang Pemimpin

Alt
Roshan adalah pendiri dan CEO dari Leaderonomics Group, kepala redaksi untuk Leaderonomics.com dan seorang yang menamakan dirinya sendiri dengan sebutan 'kuli'. Ia percaya bahwa semua orang bisa menjadi pemimpin dan dapat membuat lekukan di alam semesta dengan cara mereka masing-masing.

Mungkin Anda Juga Menyukai

berpikir

Evaluasi Diri Sebagai Pemimpin dengan 5 Pertanyaan Berikut!

Sudah seharusnya semua pemimpin melakukan evaluasi diri. Diperlukan refleksi diri secara berkala oleh seorang pemimpin dalam upayanya mencapai visi, memberdayakan karyawan, dan memastikan tujuan dalam jangka panjang dapat tercapai. Pastikan Anda mengetahui jawaban dari 5 pertanyaan berikut ini sebagai seorang pemimpin atau pribadi yang ingin berkembang lebih baik lagi!

Nov 26, 2021 4 Min Read

Adon Saptowo

Tidak Ada Yang Tak Mungkin: Adon Saptowo, Base Jam

Adon Saptowo dari Base Jam memberi inpsirasi kepada kami semua

Aug 24, 2021 1 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest