Pentingnya Keyakinan Diri di Balik Kesuksesan

Jun 02, 2021 6 Min Read
keyakinan
Sumber:

Djordje Petrovic dari Pexels.com

Sir Roger Bannister adalah salah satu pembawa obor pada Olimpiade London 2012. Berusia 83, Bannister merupakan salah satu ahli syaraf top Inggris dan dianggap oleh banyak orang sebagai atlet terbaik Inggris. Ia tidak pernah memenangkan medali Olimpiade, tetapi dianggap sebagai orang yang membantu dunia untuk percaya dalam mencapai hal yang mustahil. Bagaimana bisa?

Cerita tersebut dimulai dengan kegagalan Bannister pada saat Olimpiade 1962 di Helsinki. Ia berhasil mencetak rekor Inggris dalam marathon 1.500m, namun gagal memenangkan medali karena menempati posisi keempat. 

Sebab itu, Bannister termotivasi untuk melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan sebelumnya dalam sejarah manusia - untuk menempuh satu mil dalam waktu kurang dari empat menit.

Selama berabad-abad, orang-orang percaya bahwa mustahil bagi manusia untuk berlari satu mil dalam waktu kurang dari empat menit. Faktanya, banyak dokter dan ilmuwan menyimpulkan bahwa tubuh manusia akan pecah dan itu bisa berakibat fatal. Dunia dalam konsensusnya menyimpulkan bahwa itu tidak mungkin dilakukan. 

Semua orang percaya itu tidak mungkin, kecuali Bannister. Sistem keyakinannya tidak sejalan dengan dunia. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, ia sangat menyadari fisiologi dan komposisi tubuh manusia. Ia juga pelari yang baik dan tahu batas kemampuannya sendiri. Ia tahu perencanaan dan strategi adalah kunci untuk menembus jarak empat menit.
 

Baca juga: Mengapa Kegagalan Bisa Membuat Anda Lebih Sukses?


Orang mengejeknya karena menganggap tujuannya mustahil. Semua orang pikir ia membuang-buang waktu. Namun, Bannister tetap gigih berlatih meski dihadapi banyak kritik. 

6 Mei 1954 tiba, dan malam itu sangatlah dingin. Bannister melakukan perjalanan ke jalur Iffley Road di Oxford, dan tidak bisa mempercayai kondisi yang menyambutnya. Angin lintas yang mengerikan, hujan, suhu dingin, dan trek kayu yang licin akan menjadi tempatnya harus memecahkan rekor. 

Menurut beberapa ahli fisiologi olahraga yang bertugas, satu-satunya cara ia bisa berhasil adalah jika kondisinya “ideal”. Kondisi ideal dalam artian suhu sekitar 20 derajat celcius, angin tidak bertiup, dan trek berupa tanah liat kering yang keras. Nyatanya, kondisi yang dihadapinya benar-benar kebalikan dari ideal.

Perlombaan dimulai. Bannister berlari lap pertama dalam 57.5 ​​detik. Ia terus berlari dengan dua putaran berikutnya berkecepatan 1:58.2 lalu kemudian 3:00.7. 

Bannister memiliki satu putaran lagi. Bisakah ia melakukannya di bawah empat menit? Kerumunan mulai menggelengkan kepala mereka. Mustahil! Tidak ada yang bisa melakukannya. Ia pun akan jatuh kelelahan. 
 

Baca juga: "Imagineering": Rahasia di Balik Kesuksesan Disney


Faktanya, dua pelari yang mengikuti kecepatannya telah kehabisan nafas di putaran kedua dan putaran ketiga. Tiba-tiba, dengan 300 yard tersisa, Bannister mulai berlari lebih cepat, memanfaatkan setiap ons energi yang dimilikinya dan berhasil mencapai garis finish.

Kerumunan penonton menunggu pengumuman resmi. Banyak yang percaya ia tidak berhasil. Menggunakan pengeras suara, pengumuman dibuat: “Rekor baru telah terjadi di Inggris, seluruh persekutuan Inggris Raya, Eropa dan dunia! Waktu yang dicapai adalah tiga menit lima puluh sembilan koma empat puluh detik.”

Bannister telah melakukan hal yang mustahil. Setahun setelah dirinya memecahkan rekor dunia, 37 pelari lainnya memecahkan rintangan empat menit permil dan tahun berikutnya terdapat 300 pelari lain memecahkan rekor yang sama. Dalam 6.000 tahun sejarah manusia, tidak ada yang bisa menembus jarak ini, tetapi begitu Bannister membuktikan itu mungkin, akhirnya begitu banyak orang lain yang mampu melakukannya juga, mengapa?
 

Rahasia Dibalik Kesuksesan

Semua ada hubungannya dengan sistem kepercayaan yang tertanam dalam benak para atlet ini. Saat Bannister menunjukkan kepada dunia bahwa itu mungkin, orang-orang menjadi percaya bahwa itu mungkin.

Tidak ada kekuatan yang lebih dominan dalam diri manusia selain keyakinan. Keyakinan Anda memiliki kekuatan untuk menciptakan dan menghancurkan. Keyakinan ini tersimpan dalam mata pikiran Anda pada suatu konsep bernama belief system atau sistem keyakinan.
 

Sistem Keyakinan

Sistem Keyakinan Anda dibentuk sejak kecil oleh pengalaman Anda. Hal tersebut berupa serangkaian sistem yang mengatur pikiran, kata-kata, dan tindakan Anda. 

Jika Anda yakin sesuatu itu tidak mungkin, Anda tidak akan mencobanya. Berabad-abad yang lalu, orang berpegang pada keyakinan bahwa dunia ini datar. Keyakinan ini membatasi eksplorasi karena orang-orang takut jatuh dari bumi. Christopher Columbus pun percaya sebaliknya.

Bahkan hingga kini begitu banyak keyakinan yang membatasi kemajuan kita. 

Banyak orangtua percaya bahwa kesuksesan hanya dapat dicapai melalui pekerjaan "stabil" tertentu seperti dokter, pengacara, insinyur atau akuntan. Orangtua tersebut kemudian memaksa anak-anak mereka untuk mengejar karir demikian bahkan ketika anaknya tidak berminat. 
 

Apakah Anda Korban dari Keyakinan Anda?

Filsuf Inggris Stephen Law menggambarkan sistem keyakinan sebagai “sesuatu yang memperbudak”. Sebab, kita percaya bahwa mustahil sesuatu terjadi melampaui keyakinan kita.     

Selama bertahun-tahun, IBM dan pengedar perangkat keras komputer tradisional percaya bahwa kita tidak dapat menjual komputer secara online. Dell menghancurkan keyakinan itu. Demikian juga, Netflix menghancurkan kepercayaan tradisional tentang bagaimana video harus disewa. Selama bertahun-tahun, produser musik percaya bahwa menjual musik melalui CD dan DVD adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan nilai dan keuntungan.

Jadi, ketika jaringan P2P seperti e-Mule dan e-Donkey memungkinkan orang untuk mengunduh musik secara gratis, mereka segera menggugat dan mencoba menutupinya. Alih-alih berhasil, lebih banyak situs seperti itu yang tumbuh. Mereka terus mempertahankan keyakinan mereka sampai Apple memutuskan untuk memanfaatkan situs P2P dan menghasilkan uang melalui iTunes.
 

Yakin Jadi Beda

Industri kita dipenuhi dengan ketakutan akan perubahan. Ketika ‘Bannister’ muncul dan mendorong perubahan di industri itu, orang lain akan segera mengikutinya. Misalnya, sebelum Apple memasuki industri telekomunikasi dan musik, sebagian besar pemain mempertahankan norma dan kepercayaan arus utama.

Hal yang sama terjadi dengan Southwest Airlines dalam bisnis penerbangan, Nirvana di industri "properti" dan Starbucks dengan bisnis cafe. Mereka semua seperti Bannister, melanggar keyakinan dalam industri mereka. Begitu sering keyakinan kita menghambat kita dan membatasi kemajuan kita. 

Jadi, keyakinan seperti apa yang membatasi diri kita dalam berkembang? Di antaranya adalah:

  1. Saya tidak memiliki bakat untuk melakukan ini.
  2. Saya tidak bisa berubah. Inilah saya.
  3. Saya lahir tanpa bakat.
  4. Saya harus realistis.
  5. Menjadi rata-rata itu tidak masalah.
  6. Dia selalu lebih beruntung dari saya.
  7. Saya bukan siapa-siapa.
  8. Mereka sukses karena mereka telah melakukan ini selama bertahun-tahun.
  9. Saya tidak memiliki latar belakang pendidikan yang diperlukan untuk sukses.


Sama seperti keyakinan yang membatasi diri kita sendiri, kita juga memiliki keyakinan tentang orang lain. Jika terdapat orang lain yang lebih mampu dan unggul, maka kita percaya kita tidak bisa melampaui mereka.

Sekitar 15 tahun yang lalu, saya tinggal di London dan biasa bermain untuk tim kecil di taman setiap minggu. Tim kami cukup baik dan kami bisa memenangkan pertandingan melawan lawan yang agak buruk. Saya selalu percaya bahwa kami akan memenangkan setiap pertandingan karena lawan lemah. 

Suatu Sabtu, tim oposisi unggul 3-0 di babak pertama. Saya sangat marah karena kami kalah dari tim "buruk". Jadi, saya mulai mengambil bola dan menggiring bola ke arah gawang. Saya mencetak gol, lalu yang lain, dan akhirnya di akhir pertandingan saya dapat mencetak gol lain.

Pertandingan berakhir 3-3 dan saya sedih dengan permainan seperti itu. Setelah pertandingan, beberapa anggota tim lain datang untuk menjabat tangan saya dan memperkenalkan diri. Saya terkejut bahwa banyak dari mereka adalah bagian dari pemain sepakbola profesional di Swedia. 

Jika saya tahu bahwa saya bermain melawan pemain profesional, saya tidak akan pernah bermimpi menggiring bola melewati mereka. Tetapi karena saya mengatakan kepada diri saya bahwa ini hanya lawan "normal" kami, saya merasa biasa saja.
 

Mengatasi Keyakinan yang Membatasi Diri Sendiri

Berikut adalah beberapa cara untuk mengubah mindset buruk Anda:

  1. Identifikasi keyakinan yang menghancurkan diri sendiri 
  2. Identifikasi situasi spesifik yang memicu keyakinan ini
  3. Mulailah proses perubahan mindset Anda. Ini membutuhkan perubahan di tiga bidang:
  • Ubah bahasa Anda - Berhentilah mengatakan "Saya tidak bisa melakukan ini" dan katakan "Ya, saya bisa!"
  • Ubah fisiologi Anda - Bangun dan berusahalah melakukan yang terbaik.
  • Ubah fokus Anda - Hentikan fokus pada seberapa hebat lawan atau seberapa tidak mumpuni Anda. Terus ingatkan diri Anda bahwa terlepas dari seberapa menantang jalan di depan, Anda harus mengatasi tantangan ini untuk mencapai tujuan Anda.

 

Kesimpulan

Keyakinan saja tidak akan menghasilkan kesuksesan. Terobosan besar hanya dapat dicapai melalui kerja keras, perencanaan, dan praktik. Namun, kebanyakan orang akan berhenti jika tidak yakin. 

Bannister berlatih sekuat tenaga. Tetapi jika keyakinannya mengatakan bahwa itu tidak mungkin, ia mungkin tidak akan pernah mencapai prestasinya. 

Kita sering mengkompromikan tujuan kita dengan keyakinan yang membatasi dengan rasa takut. Ingatlah, hanya Anda yang bisa mengubahnya.

Apa ada hal-hal dalam hidup Anda yang ingin Anda lakukan tetapi semua orang berpikir itu tidak mungkin? Bahkan, Anda sendiri percaya bahwa itu memang tidak mungkin. Apakah itu adalah tujuan yang telah Anda lupakan, atau target yang Anda pikir tidak dapat dicapai? 

Jadi, mulailah dengan membingkai ulang keyakinan Anda dari "Saya tidak bisa menemukan solusi" menjadi keyakinan bahwa "Saya bisa". Tidak ada batasan absolut untuk apa yang bisa kita capai, asal saja kita yakin.

Tertarik dengan topik di atas? Tonton video beriku!

 

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Jadilah Seorang Pemimpin

Alt

Roshan is the Founder and “Kuli” of the Leaderonomics Group of companies. He believes that everyone can be a leader and "make a dent in the universe," in their own special ways. He is featured on TV, radio and numerous publications sharing the Science of Building Leaders and on leadership development. Follow him at www.roshanthiran.com

Mungkin Anda Juga Menyukai

soft skills untuk kesuksesan karier

Kuasai 7 Soft Skill Ini Agar Cepat Naik Jabatan

Oleh William Arruda. Sama pentingnya dengan hard skill, berikut 7 soft skill yang perlu kamu kuasai di dunia kerja.

Dec 21, 2023 4 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest