GRIT to GREAT: Kekuatan Passion untuk Mencapai Tujuan Jangka Panjang

May 15, 2024 5 Min Read
kegigihan
Sumber:

Sentavio dari Freepik.com

Dalam bekerja dan mencapai target, keseharian Anda bisa dipenuhi dengan rasa lelah, stres, bingung, bahkan kecewa. Hal ini Anda hadapi setiap hari. Dengan perasaan yang lebih sering negatif dibanding positif, jika tidak tersalurkan dengan baik, Anda akan merasa lelah secara fisik, emosional dan pikiran (fatigue).

Pencapaian target memang membutuhkan kegairahan (passion) dan kegigihan (perseverance) seseorang untuk terus melalui tahapan-tahapan sukses (milestone). Namun, mengapa banyak orang menyerah di tengah jalan? Atau mereka bekerja dalam kondisi yang saya sebut zombie mode karena mengerjakan pekerjaan yang sama berulang-ulang, tanpa menganalisa masalah, dan tidak melakukan perbaikan serta inovasi.

Seperti Anda ketahui, tantangan hidup dan pekerjaan selalu berubah. Apa lagi selama wabah Covid-19, kemungkinan stres dan konflik meningkat karena semua orang terpaksa menjalani rutinitas yang berubah 180 derajat.

Di kantor, persaingan bisnis di zaman globalisasi membuat perusahaan perlu untuk terus melakukan adaptasi yang berdampak pada berubahnya cara kerja Anda. Hal ini berdampak pada setiap orang karena kemampuan setiap orang dalam menghadapi perubahan dan kesulitan dari penyesuaian baru berbeda-beda. Hal ini memicu stres dan respon terhadap stres setiap orang mampu menyebabkan friksi dengan respon stres orang lain.

Grit adalah istilah yang pertama kali saya dengar dari ceramah Dr. Angela Duckworth di channel YouTube Ted Talk. Grit adalah gabungan antara gairah mencapai target (passion) dan kegigihan (perseverance). Di dalam bukunya, GRIT: The Power of Passion and Perseverance, untuk mengembangkan Grit, Anda perlu memiliki:

  1. minat atau gairah terhadap tujuan Anda
  2. semangat mencari peluang untuk lebih baik mencapai tujuan
  3. memiliki tujuan besar/utama
  4. memiliki growth mindset

Baca juga: Seni Bersaing dengan Diri Sendiri

Istilah growth mindset dipopulerkan oleh Profesor Carol Dweck, seorang peneliti dari Stanford University dalam bukunya MINDSET: The New Psychology of Success. Growth mindset adalah sebuah keyakinan bahwa "saya bisa dengan cara yang tepat". Bisa di sini artinya bisa mencapai suatu impian, bisa menguasai suatu keterampilan, dll. Oleh karena itu, orang yang memiliki growth mindset ini memiliki rasa penasaran untuk segera menemukan cara yang tepat untuk mencapai tujuannya sehingga dia bertanya pada orang lain, mencoba, dan mengevaluasi.

Dalam mencapai target kerja, yang secara rutin Anda lakukan adalah goal setting, planning, implementing, evaluate dan improve. Namun, seiring berjalannya waktu dan tingginya stres baik stres yang datang dari pekerjaan maupun dari kehidupan pribadi, gairah untuk mencapai target menjadi menurun dan Anda menjadi malas menemukan cara kerja yang lebih baik

Oleh karena itu, Dr. Angela Duckworth memberi perumpamaan bahwa mencapai impian atau tujuan seperti sedang berlari marathon, bukan sedang berlari sprint. Karena sering kali, target kerja dan target hidup Anda akan melalui jalan yang berliku, mendaki dan penuh tantangan. Anda akan menyerah di tengah jalan jika Anda mengerahkan seluruh energi Anda di awal dengan harapan Anda memiliki kekuatan super untuk mencapai finish 5, 10 bahkan 42 km di depan.

Sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Bisa.AI mengaitkan bagaimana lari marathon bisa membentuk karakter dan kapasitas sukses. Webinar yang berjudul What Marathon Teaches about Leadership and Life ini memaparkan bahwa ketika pelari marathon berlari menuju garis finish, ada rasa sangat lelah (fatigue).

Ketika pelari marathon membiasakan diri untuk gigih, menemukan cara untuk mengelola energi dan semangatnya, maka karakter disiplin, kegigihan, konsistensi dalam melakukan hal-hal kecil akan terbentuk. Karakter-karakter ini adalah modal dasar dari kesuksesan dan hasil yang sangat baik (great). Andrew Johnston, melatih mahasiswanya berlari marathon agar mereka memiliki karakter yang dibutuhkan untuk sukses dalam mencapai hasil belajar yang baik. Ternyata, tingkat kegagalan para mahasiswa menurun dengan drastis.

Pertanyaan terakhir dalam artikel ini adalah, bagaimana Anda bisa menjaga energi dalam mencapai tujuan yang ditentukan oleh perusahaan atau orang lain? Karena sering kali target dari perusahaan tidak membuat Anda bergairah dan mungkin tidak sesuai dengan minat Anda. Jim Loehr dan Tony Schwartz memaparkan dalam buku mereka The Power of Full Engagement menawarkan istilah corporate athlete. Anda seperti sedang berlari menuju jalan yang panjang dan berliku dalam mencapai target kerja. Kuncinya adalah mengelola energi, bukan mengelola waktu.

Ketika energi Anda tinggi, Anda mudah berkonsentrasi sehingga lebih cepat menyelesaikan suatu pekerjaan. Namun lingkungan mudah sekali menguras energi Anda, dari perilaku orang lain, masalah teknis, atau office politics. Oleh karena itu, penting sekali setiap profesional untuk menjaga keseimbangan 4 dimensi energi Anda:

Baca juga: 5 Tips Bertahan dan Sukses di Tempat Kerja

1. Mengelola energi fisik

Mengelola energi fisik berarti menjaga stamina tubuh Anda dengan makanan yang sehat, air putih yang cukup, istirahat, dan olahraga.

2. Mengelola energi pikiran

Mengelola energi pikiran bisa Anda lakukan dengan belajar, mencoba hal baru, dan tahu kapan Anda perlu mengalihkan pikiran Anda ke hal lain agar otak Anda tidak low batt

3. Mengelola energi emosional

Mengelola emosional membantu Anda menjadi lebih percaya diri, kontrol diri, dan empati ketika berhadapan dengan orang lain, terutama orang-orang sulit di kantor. Mengelola energi emosional berarti menjaga perasaan senang dan optimis dengan berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki energi positif. 

Saya paham bahwa sering kali Anda dikelilingi oleh energi negatif seperti keluhan, cemoohan, atau ketidakpedulian orang lain. Namun, milikilah kelompok pertemanan dengan orang-orang yang tepat.

4. Mengelola energi spiritual

Mengelola energi spiritual menjadi begitu penting ketika berurusan dengan target yang "tidak mungkin" dan tidak menggairahkan yang ditetapkan oleh perusahaan. Kuncinya? Lihatlah tujuan yang lebih besar. Tanyakan pada diri Anda, "apa manfaat bagi orang lain, customer, atau keluarga saya jika saya berhasil memberikan hasil terbaik dari pekerjaan ini?

Kegiatan yang membantu Anda bisa mengingat gambaran besar dan ikhlas menghadapi kenyataan tentunya dengan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar Anda tidak lepas dari tujuan hidup yang hakiki.

Mari Anda simpulkan pesan artikel dan sekaligus untuk mengkaitkan judul artikel ini, GRIT to GREAT, dalam kehidupan Anda. Setiap Anda memiliki tujuan, baik tujuan yang Anda tetapkan sendiri maupun yang ditetapkan oleh keluarga, masyarakat atau perusahaan. Sering kali tujuan tersebut begitu tinggi dan jauh, namun Anda ingin segera mencapainya. Bak pelari marathon yang ingin segera mencapai finish, Anda memang perlu memiliki kegigihan dan gairah untuk terus bersemangat menemukan cara terbaik menyelesaikan tantangan dalam upaya mencapai finish tersebut. Itulah GRIT, campuran antara gairah dan kegigihan.

Dengan GRIT, Anda memiliki keinginan untuk menemukan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah, memperbaiki diri dan memberikan hasil yang sangat baik. Sebagai career coach dan leadership development trainer, saya menyarankan kepada setiap profesional untuk menemukan bidang yang Anda minati, memiliki growth mindset, dan mulai berkumpul dengan orang-orang yang tepat sehingga Anda mudah menemukan strategi mencapai tujuan Anda dan mengelola 4 dimensi energi dengan baik. 

Baca juga: Hidup Itu Berjalan, Bukan Berlari

Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Rivalino Shaffar.

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Kepemimpinan Tanpa Batas

rivalino shaffar

Rivalino merupakan Associate Trainer di berbagai perusahaan dalam negeri termasuk Bank Mandiri, Bank Mualamat, dan Danone.

Mungkin Anda Juga Menyukai

3 Strategi CEO Selamatkan Perusahaan dari Krisis

3 Strategi CEO Selamatkan Perusahaan dari Krisis

OLEH STANISLAV SHEKSHNIA. Untuk mengetahui apa yang dialami para pemimpin bisnis di tengah situasi pandemi Covid-19, kami menyurvei lebih dari 300 CEO dan melakukan lebih dari 30 wawancara. Berikut adalah strategi CEO dalam menyelamatkan perusahaan di masa krisis!

Feb 10, 2022 1 Min Read

Leadernomics Indonesia

Kepemimpinan Yang Seimbang

May 22, 2023 25 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest