Ayesha Felice: Wujudkan Anak Muda Melek Peluang Global Melalui Gores Denai

Sep 26, 2024 5 Min Read
ayesha felice
Sumber:

dokumen pribadi

“Aku nggak merasa pintar, tapi disiplin dan punya rasa ingin tahu yang tinggi,” ujar Ayesha Felice, pendiri organisasi non-profit Gores Denai.

Semangat Ayesha berkontribusi di bidang pendidikan berangkat dari keresahannya kala duduk di bangku SMA. Sebagai anak muda yang memiliki rasa ingin tahu tinggi, Ayesha gemar mencari kesempatan di ranah internasional yang tidak ia dapatkan dari sekolahnya kala itu.

Inisiatifnya pun membuahkan hasil. Di tahun 2019, ia menerima penghargaan Most Outstanding Delegate dari Global Youth Model United Nations (MUN) yang diikutinya di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, Ayesha mengernyitkan dahi ketika semua pihak di sekolahnya tidak tahu apa itu MUN. 

“Kalau ku perhatiin, temen-temenku dari sekolah internasional sangat didukung untuk berkompetisi di skala internasional, entah itu dengan adanya coachfunding, atau komunitas orangtuanya. Sayangnya, aku nggak dapat hal yang sama dari sekolah negeri,” ujar Ayesha. Celah inilah yang disoroti Ayesha melalui Gores Denai yang didirikannya pada umur 15 tahun.

Sebelum kuliah di Belanda, Ayesha selalu menempuh pendidikannya di sekolah negeri. Ia pun tidak pernah mengikuti les bahasa Inggris. Menurutnya, pelajar di sekolah negeri hanya butuh sosok role model yang mengarahkan pola pikir mereka bahwa mereka pun bisa berkarya di luar tanah air.

Alhasil, perhatian Ayesha terhadap isu tersebut terwadahi melalui Gores Denai. Mulanya, Gores Denai fokus membagikan informasi seputar MUN. Kini, Gores Denai memiliki beberapa program seperti Gores Denai Mentorship Program (GDMP), workshop Gores Denai Hands-on Program (GDOH), dan program kurikulum Gores Denai Enrichment Program (GDEP). Secara keseluruhan, program-program tersebut ditujukan untuk memperluas wawasan pelajar sekolah negeri terkait kesempatan lintas negeri seperti lomba dan beasiswa. Terhitung sekitar 1.000 orang lebih telah mengikut program yang dilaksanakan Gores Denai. 

Baca juga: Seni Bersaing dengan Diri Sendiri

Alt

Talkshow Gores Denai

Sejak belia, Ayesha kerap mengeksplorasi berbagai kesempatan dan giat meraih mimpi-mimpinya. Inilah salah satu poin penting yang ingin dibagikannya melalui Gores Denai. 

I think in nature, I’m just curious. Aku nggak bisa diem dan selalu penasaran. Orangtua ku juga bertanya-tanya kenapa aku bisa ranking 1 dan kuliah di luar negeri karena sama sekali nggak ada tuntutan dari mereka soal itu,” jelasnya.

Pada usia 15 tahun, Ayesha mengikuti ajang GADIS Sampul 2019 dan menerima penghargaan dari MUN pertamanya. Setelah lulus SMA dan menerima peringkat tertinggi jurusan IPS di sekolah, Ayesha diterima berbagai universitas ternama seperti Universitas Indonesia, Erasmus University Rotterdam, Leiden University, University of California (UC) Davis, UC San Diego, dan UC Irvine. 

ayesha erasmus

Ayesha di Erasmus University Rotterdam 

Saat ini, Ayesha telah resmi lulus dan menyandang gelar sarjana dari Erasmus University. Selain mengikuti program magang di salah satu bank asal Belanda, Ayesha masih memimpin Gores Denai yang dewasa ini menerima The Diana Award atas kontribusinya di bidang sosial.

Ketika ditanya mengenai kebiasaan baik yang membentuknya hingga seperti sekarang, Ayesha menjawab: “Selain penasaran, aku juga sangat disiplin. Lari aja ku catat jadwalnya, supaya di akhir bulan aku bisa evaluasi kenapa ada hari-hari yang bolong. Aku orangnya juga sangat visual. Kalau aku bisa bawa kamu ke kamarku, kamu bisa lihat fotoku sama role model-ku yang di-print, haha.”

Baca juga: Otak Introvert dan Ekstrovert, Apa Bedanya?

ayesha maudy

Ayesha Felice dengan Maudy Ayunda

“Dengan menulis dan memajangkan foto-foto yang menginspirasi, aku rasa mimpiku jadi terasa ‘nyata’ dan mungkin untuk dicapai,” ucap Ayesha, dalam keterangan tertulisnya, Jum’at (17/5/24). 

Kisah Ayesha adalah contoh nyata dari kebiasaan sederhana yang bisa berdampak besar karena dedikasi dan kegigihan. Sesuai dengan apa yang dikatakan Ayesha, “Take your time to find your passion. Cari tahu apa yang ingin kamu lakukan, apa yang memotivasimu, kenapa kamu melakukannya, dan apa yang pada akhirnya menggerakanmu untuk terus lanjut,” tutupnya.

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Jadilah Seorang Pemimpin

Penulis di Leaderonomics.com

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

pria yang sedang mengalami quarter life crisis

4 Hal yang Kupelajari Selama Melewati Quarter-Life Crisis

Oleh Agung Setiyo Wibowo. Kapan menikah? Kapan lanjut S2? Berbisnis atau kerja kantoran? Berikut beberapa pelajaran yang saya petik selama melewati masa yang identik dengan pertanyaan tersebut.

May 13, 2024 3 Min Read

Leadernomics Indonesia

Kepemimpinan Yang Seimbang

May 22, 2023 25 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest