Pilihan tindakan yang tepat dengan seiring waktu
Pemimpin yang hebat tahu kapan untuk menghentikan atau meninggalkan ide yang gagal dan kapan untuk meneruskannya sehingga sukses.
Nelson Mandela
Banyak orang mengira bahwa warisan terbesar Nelson Mandela sebagai presiden Afrika Selatan adalah cara dia memilih untuk meninggalkan jabatannya. Mandela memang bisa saja memilih menjadi presiden selama sisa hidupnya (dan dia punya alasan bagus untuk melakukannya!) Tapi dia memilih untuk tidak melakukannya. Namun, dia tidak pernah menyerah selama 27 tahun di penjara. Dia tetap teguh. Dia tahu kapan harus menyerah dan kapan harus bertahan hidup.
Mahatma Gandhi
Mahatma Gandhi memimpin seperlima penduduk dunia menuju kemerdekaan dengan pola kepemimpinan yang melanggar semua aturan politik. Dia dipukuli dan tidak pernah melawan, sebaliknya dia siap menerima hukuman penjara, tetapi pada saat yang sama memobilisasi pawai anti-Inggris di Salt March sepanjang 240 mil. Ia menantang pemerintahan kolonial dengan mendesak rakyatnya untuk membakar pakaian yang dibuat oleh orang asing.
Gandhi cukup bijak untuk menggerakkan orang dari semua lapisan masyarakat bagi membela dirinya. Meski demikian, ia mengambil pola kepemimpinan yang berbeda dengan cara melukai diri sendiri dan berpuasa. Ini adalah pria yang merupakan simbol kepemimpinan – memaksimalkan kekuatan dari "kepemimpinan ekstrim".
David Moyes
Saya bertemu David Moyes ketika dia menjadi manajer tim sepak bola Liga Primer Inggris Everton. Ia menjelaskan bagaimana pada tahap awal kehidupannya ia belajar tentang pentingnya membuat keputusan dan mengelola setiap situasi dengan cara yang berbeda. Dia mengatakan dia tidak memiliki formula untuk kepemimpinan. Kepemimpinan, baginya, adalah tentang membaca dan menanggapi situasi dan memahami bahwa setiap situasi itu unik.
Jadi, apa artinya semua ini bagi saya? Bisakah kita menjadi seperti Gandhi, Welch, Mandela, atau Moyes? Tentu saja kita bisa!
Kepemimpinan yang elastis
Markus Buckingham, dalam bukunya First Break All The Rules, melakukan penelitian terhadap ribuan pemimpin. Dia menemukan bahwa para pemimpin yang hebat memiliki sedikit kesamaan. Mereka berbeda dalam jenis kelamin, usia, ras dan memiliki cara yang berbeda. Namun, mereka memiliki satu kesamaan - mereka tidak ragu-ragu untuk melanggar hampir semua aturan konvensional yang ada. Mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa setiap situasi yang mereka hadapi adalah unik dan membutuhkan kepemimpinan yang fleksibel.
Ada waktu untuk rendah hati, ada waktu untuk tegas dan bertindak. Ada waktu untuk memastikan kesempurnaan, ada waktu untuk kecepatan dan kesederhanaan. Ada waktu untuk tersenyum, ada waktu untuk serius. Ada waktu untuk disiplin, ada waktu untuk spontan. Pemimpin yang hebat tahu waktu yang tepat untuk menggunakan sifat-sifat kepemimpinan yang berlawanan itu. Seorang pemimpin yang hebat harus mampu membuat keputusan berdasarkan konteks dan keadaan.
Kesimpulan
Jadi, jika Anda ingin menjadi pemimpin, belajarlah menjadi ekstrim! Karena kepemimpinan itu memang sesuatu yang ekstrim! Rubahlah dunia dengan kepemimpinan ekstrim.
Tonton juga video berjudul "Memimpin Disaat Ketidakpastian" di bawah ini: