Kepemimpinan Itu Sesuatu Yang Ekstrim!

Dec 02, 2020 2 Min Read
Kepemimpinan
Mengguncang dunia menjadi lebih baik dengan kepemimpinan ekstrim

Pemenang Hadiah Nobel, Bunda Teresa meninggal pada tahun 1997, ketika saya masih bekerja di NBC News. Saya mulai membaca cerita dan fakta tentang dia sambil mempersiapkan program khusus sebagai penghargaan untuknya.
Nama asli dari wanita pemalu dan pendiam ini, yang memberikan pengaruh besar bagi dunia, adalah Agnes Gonxha Bojaxhiu. Pada puncak pengepungan Beirut tahun 1982, ia berhasil meyakinkan Israel dan Palestina untuk melakukan gencatan senjata jangka panjang agar menyelamatkan 37 anak yang terdampar di rumah sakit.

Ada lagi kisah menakjubkan lainnya tentang perilakunya saat berada di toko roti untuk mendapatkan roti gratis bagi anak-anak di panti asuhannya. Tukang roti menampar wajahnya dan menyuruhnya keluar meskipun Bunda Teresa telah membuat permintaan yang baik dan sopan.

Walaupun ditampar, dia tidak membela diri atau membalas dengan tamparan atau jeritan. Sebaliknya, dia dengan tenang berkata, "Mungkin aku pantas mendapat tamparan karena meminta roti gratis." Dia berhenti sejenak sambil mengusap bagian wajahnya yang telah ditampar. Kemudian dengan nada agresif, dia mendesak penjual India, "Sekarang saya mohon agar Anda memberi saya roti."

Tukang roti itu menampar Bunda Teresa lagi, dan dengan tenang, dia berkata, "Terima kasih karena saya pantas mendapat tamparan karena meminta roti gratis." Tapi setelah beberapa saat, dia dengan tegas meminta kepada tukang roti untuk memberikan roti gratis kepada anak yatim piatu yang diasuhnya. Dia mendesak tukang roti selama lebih dari dua jam sampai tukang roti tidak bisa menahan permintaannya dan akhirnya memberikan roti dan mengusirnya dari tokonya.

Ketika saya membaca cerita ini, saya kagum. Bunda Teresa berhasil menampilkan kerendahan hati yang luar biasa dan tingkat ketegasan yang ekstrem pada saat yang bersamaan. Dia tahu kapan dia harus bersabar dan kapan dia perlu mengambil tindakan agresif dan tegas untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Sifat mengambil tindakan yang tepat dan membuat keputusan yang tepat itulah yang dimaksud dengan kepemimpinan ekstrim.

Baca juga artikel ini dalam bahasa Inggris "Leadership Is An Extreme Thing"


Alt

Sumber: Pexels.com

Maksud Kepemimpinan

Jadi, apakah kepemimpinan itu? Memiliki sifat jujur, karismatik, berpandangan jauh ke depan, dan memiliki banyak inspirasi bukan berarti Anda seorang pemimpin. Kepemimpinan bukan hanya sebuah sifat. Saya menemukan bahwa semua pemimpin, dari Bunda Teresa hingga Jack Welch, memiliki kemampuan yang sama - mereka berspesialisasi dalam menggunakan kualitas kepemimpinan yang tepat pada waktu yang tepat.

Beberapa pertanyaan yang penting anda pikirkan: Manakah yang lebih penting bagi seseorang: Memiliki kemampuan mendengar atau berbicara? Memiliki kemampuan untuk melihat secara detail atau kemampuan untuk melihat gambaran yang besar dan strategis. Memiliki kemampuan untuk belajar atau mengajar? Kemampuan untuk bersikap lembut atau tegas? Memimpin dengan kekuatan atau pengaruh? Bisakah Anda mengubah diri sendiri atau memberdayakan orang lain untuk memimpin perubahan itu?

Sifat-sifat ini, secara umum, saling bertentangan. Ironisnya, jawaban dari setiap pertanyaan di atas adalah keduanya. Kepemimpinan adalah tentang konteks dan keadaan. Ini tentang menggunakan kemampuan untuk berlatih dengan cara yang benar pada waktu yang tepat. Bunda Teresa menjelaskan dalam wawancara bahwa dia belajar dari Yesus untuk bertindak dengan bijak di antara dua ekstrem. Yesus menunjukkan perlakuan yang ekstrim ketika ia mengusir para pedagang di Bait Allah, namun di saat yang lain Yesus merendahkan diri dengan membasuh kaki para pengikutNya.
Kepemimpinan menyesuaikan konteks.

Dari penelitian dan pengamatan saya terhadap tindakan pemimpin hebat seperti Jack Welch, saya menemukan bahwa pemimpin hebat adalah orang yang aneh. Dalam hal tindakan mereka, mereka sangat mirip dengan Dr. Jekyll dan Mr. Hyde. Mereka dengan mudah dan terampil beralih dari satu sifat ke sifat yang berlawanan.

Sun Tzu

Sun Tzu menulis dalam bukunya The Art of War (Seni Berperang): 

"Kedermawanan dan menjunjung tinggi moral dapat digunakan untuk memerintah suatu negara tetapi tidak dapat digunakan untuk mengatur angkatan bersenjata. Kelayakan dan fleksibilitas digunakan untuk mengelola militer tetapi tidak dapat digunakan untuk memerintah suatu negara. "


Sun Tzu memahami bahwa kepemimpinan harus sesuai dengan konteks dan keadaan. "Intelek" kepemimpinan pemerintah tidak dapat diterapkan dalam administrasi militer atau urusan bisnis. Ini harus kontekstual!

Jack Welch

Welch selalu menyatakan bahawa kepimpinan adalah tentang E4 - mempunyai tenaga (Energi), menyalurkan tenaga (Energises), memiliki keunggulan (Edge) dan pelaksanaannya (Execute). Welch terlupa satu lagi “E” yaitu Ekstrem. Welch adalah contoh klasik di mana seluruh legasi kepimpinan adalah berdasarkan perubahan bergantian antara sifat-sifat kepemimpinan yang ekstrem.

Saat bekerja di General Electric (GE) selama 12 tahun, saya melihat sendiri bagaimana Welch selalu berubah dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya. Dia beralih dari makro, visioner kepada mendiskusikan strategy menjadi secara instan, menggali lebih dalam, mengajukan pertanyaan yang memungkinkan untuk memahami setiap rincian dari suatu situasi. Inilah perilaku seorang pemimpin sejati - berpindah dari satu ekstrem ke ekstrem lain, dan mampu menangani kedua ekstrem dengan baik.

Saya juga melihat Welch menggunakan otoritas dan rasa takut untuk mengambil sesuatu atau memastikan suatu tindakan diambil, dan pada saat yang sama, dia juga mendorong karyawan untuk merasa memiliki, komitmen, dan memberdayakan mereka untuk mengambil tindakan sendiri. Ini kelihatannya kontradiktif tetapi sangat tergantung pada situasinya. Welch tahu kapan sikap otoritatif diperlukan untuk memecahkan masalah dan pengaruh yang perlu digunakan untuk memberdayakan karyawan. Ini adalah pemimpin yang hebat dimana mereka mampu menggunakan kedua kualitas kepemimpinan ekstrim.

Baca juga artikel berjudul "Sosok Pemimpin yang Membawa Perubahan"


Alt

Sumber: Pexels.com

Pilihan tindakan yang tepat dengan seiring waktu

Pemimpin yang hebat tahu kapan untuk menghentikan atau meninggalkan ide yang gagal dan kapan untuk meneruskannya sehingga sukses. 

Nelson Mandela

Banyak orang mengira bahwa warisan terbesar Nelson Mandela sebagai presiden Afrika Selatan adalah cara dia memilih untuk meninggalkan jabatannya. Mandela memang bisa saja memilih menjadi presiden selama sisa hidupnya (dan dia punya alasan bagus untuk melakukannya!) Tapi dia memilih untuk tidak melakukannya. Namun, dia tidak pernah menyerah selama 27 tahun di penjara. Dia tetap teguh. Dia tahu kapan harus menyerah dan kapan harus bertahan hidup.

Mahatma Gandhi

Mahatma Gandhi memimpin seperlima penduduk dunia menuju kemerdekaan dengan pola kepemimpinan yang melanggar semua aturan politik. Dia dipukuli dan tidak pernah melawan, sebaliknya dia siap menerima hukuman penjara, tetapi pada saat yang sama memobilisasi pawai anti-Inggris di Salt March sepanjang 240 mil. Ia menantang pemerintahan kolonial dengan mendesak rakyatnya untuk membakar pakaian yang dibuat oleh orang asing.

Gandhi cukup bijak untuk menggerakkan orang dari semua lapisan masyarakat bagi membela dirinya. Meski demikian, ia mengambil pola kepemimpinan yang berbeda dengan cara melukai diri sendiri dan berpuasa. Ini adalah pria yang merupakan simbol kepemimpinan – memaksimalkan kekuatan dari "kepemimpinan ekstrim".

David Moyes

Saya bertemu David Moyes ketika dia menjadi manajer tim sepak bola Liga Primer Inggris Everton. Ia menjelaskan bagaimana pada tahap awal kehidupannya ia belajar tentang pentingnya membuat keputusan dan mengelola setiap situasi dengan cara yang berbeda. Dia mengatakan dia tidak memiliki formula untuk kepemimpinan. Kepemimpinan, baginya, adalah tentang membaca dan menanggapi situasi dan memahami bahwa setiap situasi itu unik.

Jadi, apa artinya semua ini bagi saya? Bisakah kita menjadi seperti Gandhi, Welch, Mandela, atau Moyes? Tentu saja kita bisa!

Kepemimpinan yang elastis

Markus Buckingham, dalam bukunya First Break All The Rules, melakukan penelitian terhadap ribuan pemimpin. Dia menemukan bahwa para pemimpin yang hebat memiliki sedikit kesamaan. Mereka berbeda dalam jenis kelamin, usia, ras dan memiliki cara yang berbeda. Namun, mereka memiliki satu kesamaan - mereka tidak ragu-ragu untuk melanggar hampir semua aturan konvensional yang ada. Mereka melakukan ini karena mereka tahu bahwa setiap situasi yang mereka hadapi adalah unik dan membutuhkan kepemimpinan yang fleksibel.

Ada waktu untuk rendah hati, ada waktu untuk tegas dan bertindak. Ada waktu untuk memastikan kesempurnaan, ada waktu untuk kecepatan dan kesederhanaan. Ada waktu untuk tersenyum, ada waktu untuk serius. Ada waktu untuk disiplin, ada waktu untuk spontan. Pemimpin yang hebat tahu waktu yang tepat untuk menggunakan sifat-sifat kepemimpinan yang berlawanan itu. Seorang pemimpin yang hebat harus mampu membuat keputusan berdasarkan konteks dan keadaan.

Kesimpulan

Jadi, jika Anda ingin menjadi pemimpin, belajarlah menjadi ekstrim! Karena kepemimpinan itu memang sesuatu yang ekstrim! Rubahlah dunia dengan kepemimpinan ekstrim.

Tonton juga video berjudul "Memimpin Disaat Ketidakpastian" di bawah ini:


Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Jadilah Seorang Pemimpin

Alt

Roshan is the Founder and “Kuli” of the Leaderonomics Group of companies. He believes that everyone can be a leader and "make a dent in the universe," in their own special ways. He is featured on TV, radio and numerous publications sharing the Science of Building Leaders and on leadership development. Follow him at www.roshanthiran.com

Mungkin Anda Juga Menyukai

waktu terbaik untuk menyerah

Kapan Waktu Terbaik untuk Menyerah?

Oleh Sandy Clarke. Ada kalanya menyerah merupakan sikap yang berani dan bijak.

Aug 16, 2024 3 Min Read

Leadernomics Indonesia

Kepemimpinan Yang Seimbang

May 22, 2023 25 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest