Pelajaran Kepemimpinan dari Film ‘The Matrix’

Aug 31, 2021 1 Min Read
kepemimpinan matrix
Sumber:cottonbro dari pexels.com
Film ‘The Matrix’ Mengajari Kita Beberapa Pelajaran Penting dari Kepemimpinan

Film Matrix pertama kali sudah dirilis lebih dari 10 tahun yang lalu. Tetapi kita masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana film sci-fi dikombinasikan dengan gaya film aksi Hong Kong.

Kamu ambil pil merah - kamu tetap di Wonderland dan Saya tunjukkan kepada Kamu betapa dalam lubang kelinci itu


Lebih dari itu, Matrix bukan hanya film aksi tanpa otak tetapi disajikan dalam plot yang filosofis.
 
Dalam dunia Matrix, apa yang manusia pikir sebagai realita sebenarnya adalah realita virtual buatan yang diciptakan oleh mesin hidup, menangguhkan manusia dalam keadaan mimpi, demi memanen sumber energi manusia untuk mesin-mesin itu. 

Meskipun dengan pengaturan sci-fi yang sangat abstrak ini, Saya percaya bahwa film ini memberikan pelajaran kepemimpinan yang baik, khususnya dalam menerima realita dan mencari perspektif alternatif.

Baca juga : Menjadi Pemimpin Bijak : Mendengar dengan Baik

Alt

Sumber : cottonbro dari pexels.com

Mencari realita alternatif

Pada awal film, seorang karakter Morpheus menawarkan Neo sebuah pilihan jika dia ingin mengetahui realita yang sebenarnya dimana realita yang ditawarkan akan sangat berbeda:”Kamu ambil pil biru - ceritanya selesai, kamu bangun dari tempat tidurmu dan percaya apa pun yang ingin kamu percaya. Kamu ambil pil merah - kamu tetap di Wonderland dan saya tunjukkan kepada kamu seberapa dalam lubang kelinci itu.” 

Ini situasi yang relevan untuk pemimpin. Seringkali seorang pemimpin menderita dari sindrom ‘baju baru kaisar’, dimana berita buruk dipisahkan dan realita diberikan dengan nuansa mawar. Sangat mudah untuk terus mengambil ‘pil biru’ dan tetap tidak peduli dengan masal yang sebenarnya. 

Inti pembahasan yang pertama dari film untuk pemimpin ini adalah apakah kita mengelilingi diri kita dengan ‘yes-men’ dan apakah kita mempunyai orang-orang yang bersedia menawarkan kita ‘pil merah’ dan membuka ‘baju baru kaisar’?
 

Kita tidak bisa berharap untuk menjalin kemitraan jika kita terlihat meremehkan pihak lain.

 
 
Situasi dalam kehidupan nyata mungkin tidak sesederhana itu dalam satu sudut pandang yang salah, dimana alternatifnya adalah yang benar. Seperti di ‘The Matrix’, jika seseorang mati dalam realita virtual, orang itu juga mati dalam kehidupan nyata. Realita itu terhubung dan sampai batas tertentu bersifat simbiosis.

Saya dapat menghubungkan hal ini dengan konflik realita yang sering terjadi di tempat umum dan tempat pribadi seperti keinginan untuk menerapkan konsistensi dalam kebijakan, lalu di satu sisi, mengenali adanya kebutuhan untuk pengecualian berdasarkan kontribusi dalam memfasilitasi bisnis.

Demikian pula, seringkali ada ‘realita’ alternatif yang dihubungkan antara apa yang dirasakan oleh manajemen dan apa yang dirasakan oleh karyawan atau antara ekspektasi dari pemegang saham eksternal dengan bagian internal dari organisasi.
 
Inti pembahasan yang kedua adalah, sebagai seorang pemimpin, apakah kita mampu untuk menjembatani realita alternatif dan mengelola pemegang saham yang berbeda untuk tujuan bersama?

Mencari realita alternatif bisa menyakitkan. Dalam film ‘The Matrix’, realita nyata adalah lingkungan yang keras tanpa kenyamanan makhluk hidup. Begitu sulit sampai karakter bernama Cypher mengatakan,”Sebenarnya, Saya sudah berpikir ini sejak saya sampai disini: Kenapa saya tidak mengambil pil BIRU?”

Lalu, inti pembahasan yang ketiga: pemimpin perlu untuk tangguh dan tetap berada di jalur dalam mencari dan menerima realita alternatif. Dan lebih jauh, diluar dari diri kita sendiri, kita juga perlu untuk membawa tim kita untuk perjalanan yang sulit.

Mungkin Anda akan suka : Kunci Sukses Seorang Pemimpin dalam Berbisnis

Alt

Sumber : cottonbro dari pexels.com

Tekuk diri kita pada kebenaran

Dalam sebuah adegan, Neo bertemu seorang anak laki-laki yang dapat membengkokkan sendok dan mencobanya sendiri:
Anak laki-laki :Jangan coba untuk membengkokkan sendok itu. Itu mustahil. Melainkan.. Coba untuk menyadari kebenarannya.

Neo: Kebenaran apa?

Anak laki-laki: Tidak ada sendok.

Neo: Tidak ada sendok?

Anak laki-laki: Maka Anda akan melihat bahwa bukan sendoknya yang bengkok, hanya Anda saja.

Seringkali dalam pekerjaan dan dalam kehidupan kita menghadapi tantangan yang mendorong sebuah perubahan, apakah itu adalah transformasi nasional atau menjaga rumah untuk tetap rapi. Secara tidak sengaja, kita dengan cepat menilai orang yang perlu untuk berubah, apakah itu rekan kerja di departemen lain atau anak-anak dengan baju dan mainan mereka yang berantakan.

Selalu mudah untuk melihat diri kita sendiri sebagai korban dan orang lain yang bersalah dan perlu untuk berubah. Demikian pula, Einstein berkata bahwa wanita menikahi pria dengan harapan mereka akan berubah tetapi hasil yang didapat adalah mereka selalu kecewa. 

Nilai yang bisa diambil dari ‘The Matrix’ dan khususnya, tentang sendok dari anak laki-laki, adalah perubahan dimulai dari diri kita sendiri. Satu hal seperti yang disebutkan sebelumnya adalah untuk mencari realita alternatif. Untuk berubah, kita perlu untuk ‘membengkokkan diri kita’ kepada realita yang ada. Dalam urusan dengan orang lain, kita mungkin mulai dengan mempunyai perspektif yang berbeda dan mungkin juga perspektif yang bertentangan.

Namun, kita tidak dapat berharap untuk memperjuangkan perubahan pada orang lain jika kita tidak mengapresiasi dan menerima perspektif dari orang yang ingin kita ubah. Lalu perubahan itu juga biasanya ditolak, kita tidak dapat mengharapkan orang lain untuk berubah jika kita sendiri tidak menunjukkan kepemimpinan dengan cara melakukan perubahan itu pada diri kita sendiri - atau setidaknya, menunjukkan perubahan transformasi kita dengan contoh sebagai seorang pemimpin.

Itu mungkin juga adalah cara terbaik untuk mulai kompromi bersama dengan cara menunjukkan kesediaan untuk ‘membengkokkan’ dulu baru mengajak orang lain untuk mengikutinya.

Baca juga : Keteladanan Kunci Sukses Kepemimpinan

Alt

Sumber : Alex Green dari pexels.com

Empati untuk berkolaborasi

Dikatakan bahwa kepemimpinan mencakup pada perubahan dari keadaan sebelumnya. Namun di seluruh organisasi dan diluar dari perubahan akan selalu melibatkan kolaborasi dan membantun kemitraan yang efektif baik dengan rekan kerja, rekan bisnis, atau pemegang saham.

Kita tidak dapat berharap untuk menciptakan sebuah kemitraan jika kita terlihat merendahkan pihak lain. Berikut adalah apa yang terjadi ketika Architect bertemu Neo:
 
Architect:Saya adalah Architect. Saya yang menciptakan Matrix. Matrix pertama yang saya buat itu cukup sempurna. Itu adalah sebuah karya seni. Sempurna. Indah. Sebuah kemenangan yang hanya bisa disamakan dengan kegagalan yang sangat luar biasa. Kiamat yang tidak dapat dihindarkan tampak sebagai akibat dari ketidaksempurnaan dalam semua umat manusia.

Architect memandang dirinya sebagai seseorang yang sempurna dan manusia sebagai makhluk yang tidak sempurna dan lebih rendah. Dengan posisi yang seperti itu, dia tidak bisa membangun sebuah kemitraan dan tidak bisa melibatkan diri dengan Neo lalu akhirnya, mereka berdua saling berlawanan. 
 
Sebaliknya, pada akhir dari ‘The Matrix’, Neo berhasil mendapatkan kesepakatan dengan kelompok mesin:
Neo: Saya hanya meminta untuk mengatakan apa yang ingin saya katakan. Setelah itu, lakukan apa yang ingin Anda lakukan dan saya tidak akan mencoba untuk menghentikan Anda.

Deus ex Machina: Katakan.

Neo: Program Smith telah berkembang diluar kendali Anda. Dia akan segera menyebar melalui kota ini seperti penyebarannya melalui Matrix. Anda tidak dapat menghentikannya. Tetapi saya bisa.

Deus ex Machina: Kami tidak memerlukan Anda! KAMI TIDAK PERLU APAPUN!

Neo: Jika itu benar, maka saya sudah membuat kesalahan dan Anda harus membunuhku sekarang.

Deus ex Machina: Apa yang Anda inginkan?

Neo: Perdamaian.
 
Tidak seperti dengan Architect, Neo menghadap kelompok mesin dengan rendah hati. Lalu, dia menawarkan kepada mereka sebuah solusi untuk permasalahan mereka. Ditambah lagi Neo menunjukkan kepemimpinan sejati dengan mengorbankan dirinya untuk keuntungan orang lain (dengan mengajukan perdamaian antara kelompok mesin dan manusia).

Meskipun kelompok mesin adalah musuhnya, Neo mengetahui apa yang diperlukan untuk membuat kemitraan - memahami apa yang diperlukan oleh mereka dan menawarkan mereka sebuah cara kedepannya adalah keuntungan bagi kedua pihak dalam jangka panjang (manusia dan mesin).

Seberapa sering kita memikirkan jika kita berada di posisi orang lain dan tidak hanya memahami tetapi juga berempati dengan perspektif dan keperluan mereka? Pelajaran dari ‘The Matrix’ adalah bahwa ini adalah jalan untuk mendapatkan kemitraan, khususnya dengan pemegang saham yang menantang.

Baca juga : Semua Orang Adalah Pemimpin


Kesimpulan

Jika ada, saya berharap setidaknya melalui artikel ini, saya sudah memberikan Anda alasan yang cukup untuk kembali menonton ‘Matrix trilogy’ (kembali). Selain itu, pelajaran inti yang saya ingin bagikan dari ‘The Matrix’ adalah:
 
1.Kesediaan untuk mencari dan menerima pandangan alternatif dari realita, memang prosesnya akan terbukti menyakitkan

2.Kesediaan untuk mengubah diri kita terlebih dahulu jika kita ingin memimpin orang lain untuk berubah.

3.Kesediaan untuk benar-benar dan dengan rendah hati berempati dengan orang lain, untuk menjalin hubungan kemitraan yang memenuhi kebutuhan dari dua pihak.

Apakah Anda bersedia? Itu pada akhirnya adalah pilihan Anda (Seperti pilihan yang dihadapkan kepada Neo, untuk membuat perbedaan dan merubah Matrix).

Dari adegan terakhir...


The Architect: Anda memainkan permainan yang sangat berbahaya.

The Oracle: Perubahan selalu seperti itu.

Alt

Sumber : Markus Spiske dari pexels.com

Waktunya untuk meninggalkan gelembung itu.


Di Leaderonomics, tujuan kami adalah untuk menyediakan Anda dengan konten terbaik agar Anda tumbuh dan berkembang sebagai seorang pemimpin. Kami mempunyai lebih dari 2000 video untuk membantu Anda dalam perkembangan Anda.


Baca juga dalam versi English

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Jadilah Seorang Pemimpin

References:


Alt
Johan adalah mantan CEO dari perusahaan TalentCorp. Dia percaya bahwa kemitraan yang kuat melalui perbedaan jenis kelamin dan etnis adalah yang terbaik untuk Malaysia dan berharap karyawan kita bisa lebih berkembang, khususnya dalam merangkul inklusivitas dan pengaturan kerja yang fleksibel.
Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Gambar Pria Dengan Setelan Loncat Sangat Tinggi

Silakan, Ambil alih

Artikel ini Ditulis Oleh : Eva Chrisodoulou. Silakan, Ambil alih

Jul 09, 2023 7 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest