Rahasia Sukses di Tempat Kerja: Peran Penting Kecerdasan Emosi

Apr 10, 2025 5 Min Read
Orang Bekerja Bersama
Sumber:

Pexels

Mengapa Kecerdasan Emosi Sangat Berperan Dalam Karier dan Pekerjaan

Berbicara tentang Emotional Intelligence atau yang biasa disingkat EQ (Emotional Quotient), saya harus jujur, saya baru benar-benar mengenal konsep ini saat masuk kuliah dan mengambil jurusan Psikologi pada tahun 2007.

Sebelum itu, saya hanya mengenal IQ dan memandangnya sebagai satu-satunya ukuran kecerdasan. Bahkan, saya sempat mengikuti tes IQ saat penjurusan di SMA, dan pada waktu itu saya berpikir, jika seseorang memiliki IQ tinggi, otomatis mereka lebih pintar dan pasti sukses—seolah sudah auto berprestasi.

Namun, saat kuliah, pandangan saya mulai berubah. Saya mulai mempelajari lebih dalam tentang EQ, baik dari textbook maupun diskusi dengan dosen dan kakak tingkat. Dari sana, ketertarikan saya terhadap topik ini berkembang, dan akhirnya saya angkat sebagai variabel dalam skripsi saya.

Seiring berjalannya waktu, saya semakin yakin bahwa EQ memainkan peran yang sangat penting dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, terutama di dunia kerja. EQ bukan hanya sekadar soal perasaan, tapi tentang bagaimana kita mengelola emosi, berinteraksi dengan orang lain, dan menjalani kehidupan profesional dengan lebih baik.

EQ vs IQ: Data yang Bikin Pikir Ulang

Ketika berbicara tentang dunia kerja, ternyata banyak perusahaan yang lebih mengutamakan Emotional Intelligence dibandingkan IQ. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh CareerBuilder, berikut hasil yang sangat menarik:

  • 71% employer mengatakan bahwa mereka lebih menghargai atau mengutamakan EQ dibandingkan dengan IQ.
  • 59% employer menyatakan bahwa mereka tidak akan merekrut seseorang meskipun memiliki IQ tinggi, jika mereka memiliki EQ yang rendah.
  • Terkait promosi, 75% employer cenderung lebih memilih karyawan dengan EQ tinggi dibandingkan mereka yang hanya unggul dalam hal IQ.

Dari data ini, kita bisa melihat bahwa EQ sangat berpengaruh dalam proses seleksi dan promosi di tempat kerja. Ini membuktikan bahwa perusahaan tidak hanya mencari karyawan dengan kecerdasan intelektual, tetapi juga yang memiliki kemampuan emosional yang kuat untuk beradaptasi, bekerja dalam tim, dan memimpin.

Baca juga: Memahami Perbedaan Kesehatan Mental dan Kesehatan Emosional

Apa Itu Kecerdasan Emosi?

Man and Woman Sitting at Table

Sumber: Pexels

Pada dasarnya, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang untuk:

Mengenali dan memahami emosi dalam diri sendiri dan orang lain.

Memotivasi diri untuk tetap fokus pada tujuan dan mencapai hasil yang diinginkan.

Mengembangkan empati—memahami perasaan orang lain dan bertindak dengan cara yang sensitif terhadap kebutuhan mereka.

Mengelola dan mengendalikan emosi, baik dalam situasi yang penuh tekanan maupun dalam interaksi sosial.

Sebelumnya, jika kamu ingin lebih mendalami tentang aspek-aspek EQ, bisa cek postingan saya di Instagram tentang Mengenal Kecerdasan Emosi. Di sana saya menjelaskan lebih detail tentang komponen-komponen penting dalam EQ. Jangan ragu untuk saling follow!

Namun, jika kamu sudah cukup familiar dengan EQ, kita bisa lanjut ke bagian selanjutnya.

Ciri Karyawan dengan Kecerdasan Emosi Tinggi

Dari pengamatan saya di dunia kerja, karyawan dengan EQ tinggi biasanya menunjukkan beberapa ciri-ciri khas. Berikut adalah tanda-tanda karyawan dengan Emotional Intelligence yang baik:

1. Profesional Meskipun Menghadapi Masalah Pribadi

Karyawan dengan EQ tinggi mampu tetap menjaga profesionalitasnya meskipun tengah menghadapi masalah pribadi. Mereka bisa memisahkan urusan pribadi dari pekerjaan dan tetap fokus dalam menjalankan tugas.

2. Tenang di Bawah Tekanan

Karyawan ini tidak mudah panik, bahkan ketika tugas atau tekanan kerja datang mendalam. Mereka mampu mengelola stres dan memberikan contoh yang baik kepada rekan-rekan dan timnya.

3. Memiliki Semangat yang Tinggi

Semangat mereka bukan dipicu oleh insentif atau reward, melainkan datang dari dalam diri mereka sendiri. Ini yang dikenal dengan internal motivation. Mereka tidak hanya bersemangat untuk bekerja, tetapi juga mampu menginspirasi timnya untuk ikut semangat.

4. Memiliki Empati Terhadap Rekan Kerja

Sebagai pemimpin atau bahkan anggota tim, mereka sangat memahami perasaan orang lain. Kemampuan empati ini memungkinkan mereka untuk bertindak dengan bijak dan sensitif terhadap kondisi rekan-rekan kerjanya, sehingga menciptakan iklim kerja yang lebih suportif.

5. Karismatik dan Komunikatif

Karyawan dengan EQ yang baik umumnya memiliki daya tarik karismatik. Mereka juga merupakan komunikator yang hebat, mampu menyampaikan ide dan gagasan dengan jelas dan efektif, sehingga mudah diterima oleh orang lain.

Baca juga: Kecerdasan Emosi (EI) Sejauh Manakah Itu Berpengaruh

Bagaimana HR Menilai EQ di Tempat Kerja?

Dalam prakteknya, HR managers dan leaders sering menilai EQ karyawan melalui observasi dan track record karyawan tersebut. Beberapa perilaku yang biasanya diamati oleh para atasan antara lain:

Mengakui Kesalahan: Karyawan dengan EQ tinggi tidak takut untuk mengakui kesalahan mereka dan belajar dari pengalaman tersebut.

Mendengarkan Lebih Banyak: Mereka lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, terutama saat menghadapi ide-ide baru atau saat melakukan konseling dengan bawahan.

Menerima Kritik dan Masukan: Mereka terbuka terhadap kritik dan saran, serta mampu menerima masukan dengan sikap yang konstruktif.

Mengelola Emosi dengan Baik: Di saat menghadapi perdebatan atau diskusi yang panas, mereka tetap bisa menjaga emosinya dan tidak mudah tersulut.

Indikator-indikator ini sangat penting dalam proses pengembangan karyawan dan employee engagement. Karyawan dengan EQ tinggi berpotensi besar untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat dalam organisasi.

Baca juga: Keterlibatan Karyawan

Mengelola EQ: Sebuah Proses yang Dapat Dilatih

Kabar baiknya, berbeda dengan IQ yang cenderung tetap stabil seiring bertambahnya usia, EQ adalah keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatih. Meskipun demikian, pengelolaan EQ membutuhkan waktu, kesabaran, dan komitmen jangka panjang. Saya sendiri sering bercermin dan bertanya: "Sudahkah saya mengelola EQ saya dengan baik?" Dan itulah yang seharusnya kita semua lakukan—terus mengevaluasi diri, berusaha menjadi lebih baik, dan tidak berhenti belajar.


Daftar Malaysia Leadership Summit 2025: Embedding AI in Your Organizational DNA sekarang!

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Konsultasi

ariefianto nugraha

Ariefianto merupakan Senior Reward System Analyst di Telkomsel. 

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Pria Dengan Pakaian Rapi Memilih Jalan Mudah Atau Sulit

Apakah Anda Mengambil Jalan Pintas?

Artikel ditulis oleh : Gregg Vanourek.Apakah Anda Mengambil Jalan Pintas?

Nov 30, 2022 6 Min Read

pemimpin

Mengapa Seorang Pemimpin Bukan Karena Bawaan Lahir?

Dalam wawancara kami dengan Dr. Pyatt, dia memberikan pendapatnya tentang apakah pemimpin adalah mereka yang dilahirkan sebagai pemimpin atau sebenarnya bukan. Siapa saja sebenarnya pemimpin itu. Selain itu, diapun menjelaskan tentang pendapatnya mengenai sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin. Selamat menyimak.

Jan 21, 2021 3 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest