Mengapa "Setuju untuk Tidak Setuju" Tidak Efektif dan Alternatifnya di Tempat Kerja

Mar 28, 2025 5 Min Read
two guys discussing a topic
Sumber:

Freepik

"Setuju untuk tidak setuju" bersifat meremehkan, menghambat kolaborasi, dan mencegah solusi yang bermakna.

Ketika menghadapi perbedaan pendapat di tempat kerja, Anda mungkin berpikir bahwa mengatakan "mari kita setuju untuk tidak setuju" adalah cara terbaik untuk mengakhiri diskusi dengan damai. Namun, sebenarnya frasa ini justru bisa menjadi penghalang dalam menyelesaikan masalah. Ungkapan ini memberi kesan kebuntuan tanpa solusi. Sebagai gantinya, ada cara yang lebih efektif untuk berdiskusi secara kolaboratif, menemukan solusi, dan membangun hubungan kerja yang lebih baik. Anda tidak harus selalu sepakat, tetapi ada pendekatan yang lebih konstruktif dalam menyikapi perbedaan pendapat.

Mengapa "Setuju untuk Tidak Setuju" Bermasalah

1. Bersifat Meremehkan

Mengatakan "mari kita setuju untuk tidak setuju" sebenarnya berarti memaksakan keputusan tanpa benar-benar mendengarkan atau mempertimbangkan perspektif orang lain. Frasa ini bisa terdengar menggurui, seolah-olah pendapat Anda yang paling benar, sekaligus meremehkan karena memberi kesan bahwa diskusi lebih lanjut tidak ada gunanya.

2. Menghindari Penyelesaian Masalah

Ungkapan ini sering kali menghentikan diskusi tanpa benar-benar menyelesaikan inti permasalahan. Akibatnya, ketidaksepakatan yang dibiarkan begitu saja bisa berubah menjadi ketegangan atau konflik yang muncul kembali di kemudian hari.

3. Menghambat Pemahaman

Mengakhiri percakapan dengan "setuju untuk tidak setuju" berarti melewatkan kesempatan untuk benar-benar memahami sudut pandang satu sama lain. Padahal, pemahaman yang lebih dalam dapat membangun empati, menemukan titik temu, dan membuka jalan menuju solusi yang lebih baik.

4. Membatasi Peluang Inovasi

Perbedaan pendapat yang dikelola dengan baik bisa menjadi pemicu kreativitas dan inovasi. Jika diskusi dihindari, tim akan kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi ide-ide beragam yang mungkin menghasilkan solusi yang lebih efektif.

Baca juga: Membangun Mindset Pemenang dalam Tim

Apa yang Sebaiknya Dikatakan daripada "Setuju untuk Tidak Setuju"

Ketika menghadapi perbedaan pendapat dengan rekan kerja, alih-alih langsung berkata "setuju untuk tidak setuju," gunakan pendekatan yang membuka peluang pemahaman, solusi, dan hubungan yang lebih baik.

Frasa G.O.A.T. (Greatest of All Time) ini berakar pada empat dimensi konflik yang produktif: ConnectionClarityCuriosity, dan Commitment.

connection

ConnectionApakah Anda Saling Mengenal sebagai Rekan?

Setiap konflik adalah kesempatan untuk memperkuat hubungan. Jangan sia-siakan dengan menjauhkan orang lain melalui "setuju untuk tidak setuju." Sebaliknya, gunakan frasa ini untuk menunjukkan kepedulian dan membangun koneksi:

"Saya peduli dengan [Anda/tim ini/proyek ini], dan saya yakin kita bisa menemukan solusi yang cocok untuk semua." → Mengakui tantangan sambil menegaskan kepercayaan pada solusi kolaboratif.

"Bisakah Anda elaborasi?" → Sebaliknya dari "setuju untuk tidak setuju," frasa sederhana ini menunjukkan bahwa Anda ingin memahami lebih dalam.

"Sepertinya Anda merasa [emosi], benar begitu? Terima kasih sudah terbuka akan perasaan Anda." → Teknik reflect to connect membantu memvalidasi perasaan orang lain dan membangun hubungan yang lebih kuat.

clarity

ClarityApakah Anda Memiliki Pemahaman yang Sama tentang Tujuan?

Banyak konflik terjadi karena miskomunikasi. Jika Anda langsung menghindari diskusi dengan "setuju untuk tidak setuju," Anda kehilangan kesempatan untuk menciptakan kejelasan. Gunakan frasa ini untuk menghindari kesalahpahaman:

"Apa hasil yang Anda harapkan?" → Membantu mengidentifikasi tujuan akhir dan membuka peluang kerja sama.

"Bisakah kita mulai dari apa yang kita sepakati?" → Menemukan titik temu dapat mengurangi ketegangan dan menciptakan suasana kerja sama.

"Yang saya dengar dari Anda adalah [ringkasan]. Benar begitu?" → Memastikan kedua belah pihak memiliki pemahaman yang sama dan menghindari asumsi keliru.

Alternatif: "Sejauh ini, yang saya tangkap adalah [ringkasan]. Tolong koreksi jika saya salah."

curiosity

CuriosityApakah Anda Benar-benar Tertarik pada Sudut Pandang Lain?

Semakin Anda memahami perspektif orang lain, semakin mudah menemukan solusi bersama. Tapi Anda tidak akan tahu jika tidak bertanya. Cobalah frasa ini:

"Saya penasaran, bagaimana menurut Anda situasi ini?" → Mengakui bahwa ada berbagai perspektif dan mendorong dialog terbuka.

"Apa yang Anda sarankan sebagai langkah berikutnya?" → Mengarahkan percakapan ke solusi konkret.

"Apa yang bisa saya lakukan untuk mendukung Anda sekarang?" → Menawarkan dukungan dapat meredakan ketegangan dan membangun kepercayaan.

commitment

CommitmentApakah Anda Memiliki Kesepakatan yang Jelas?

Setelah memahami perspektif satu sama lain, langkah selanjutnya adalah mencapai kesepakatan konkret. Hindari mengakhiri diskusi dengan "setuju untuk tidak setuju," dan fokuslah pada tindakan nyata:

"Apa satu langkah yang bisa kita sepakati selanjutnya?" → Membantu mempersempit diskusi ke solusi yang dapat segera diterapkan.

"Jadi, untuk merangkum percakapan kita, kita telah sepakat untuk [ringkasan]. Apakah ini sesuai pemahaman Anda?" → Mencegah kebingungan di kemudian hari.

"Mari kita jadwalkan waktu untuk mengevaluasi apakah solusi ini berjalan dengan baik." → Memastikan ada tindak lanjut untuk mengatasi masalah secara berkelanjutan.

Baca juga: 7 Kebiasaan Pemimpin Meeting yang Hebat

Contoh Frasa Kuat dalam Aksi

Sumber: Freepik

Contoh Kalimat Alternatif untuk Menyatakan Ketidaksetujuan

Berikut beberapa skenario di mana frasa-frasa ini dapat menggantikan "setuju untuk tidak setuju" dan menghasilkan hasil yang lebih produktif:

SkenarioSebelumnyaAlternatif
Konflik Tim Mengenai Arah Proyek“Mari kita setuju untuk tidak setuju dan lanjutkan saja.”“Saya ingin memastikan proyek ini berjalan sukses. Menurut Anda, apa hasil terbaik yang ingin kita capai bersama?”
Perbedaan Pendapat tentang Proses Kerja“Kita tidak akan pernah sepakat dalam hal ini, jadi mari kita setuju untuk tidak setuju.”“Saya ingin memahami sudut pandang Anda lebih baik. Apa bagian dari proses ini yang menurut Anda paling bermasalah?”
Konflik Antar Anggota Tim“Kita harus setuju untuk tidak setuju dalam hal ini.”“Saya tahu kita punya pandangan berbeda, tapi saya ingin mendengar lebih lanjut dari Anda. Menurut Anda, apa langkah terbaik agar kita bisa maju bersama?”

Tapi, Bagaimana Jika…?

Kadang-kadang, tidak semua perbedaan bisa diselesaikan atau menemukan solusi yang memuaskan semua pihak. (Meskipun ini sebenarnya lebih jarang terjadi daripada yang kita kira.)

Justru dalam situasi seperti ini, membangun connection, clarity, curiosity, dan commitment menjadi semakin penting untuk menjaga rasa saling menghormati dan menciptakan hubungan kerja yang kolaboratif. Berikut beberapa cara untuk menghadapinya:

“Jadi, yang Anda maksud adalah… Apakah saya memahami dengan benar? Itu menarik. Dan saya melihatnya dengan cara yang berbeda.” Frasa ini memastikan bahwa Anda benar-benar memahami perspektif lawan bicara sambil tetap menegaskan sudut pandang Anda sendiri—tanpa memaksa mereka untuk berubah pikiran.

“Saya tidak berharap kita akan mengubah pendapat masing-masing tentang… Bisakah kita sepakat untuk…?” Kunci dari frasa ini adalah langkah maju yang konstruktif—bukan sekadar “Bisakah kita setuju untuk tidak setuju?”, karena itu tidak membawa solusi. Misalnya, Anda bisa mengatakan: “Bisakah kita sepakat untuk saling menghormati dan bekerja sama dalam proyek ini demi kepentingan pelanggan?”

Artikel ini pertama kali diterbitkan di Letsgrowleaders.com.


Daftar Malaysia Leadership Summit 2025: Embedding AI in Your Organizational DNA sekarang!

Share artikel ini

Karin Hurt

Karin Hurt membantu para pemimpin yang berpusat pada manusia menemukan kejelasan dalam ketidakpastian, mendorong inovasi, dan mencapai hasil terobosan. Dia adalah pendiri dan CEO Let's Grow Leaders, sebuah firma pelatihan dan pengembangan kepemimpinan internasional yang dikenal dengan alat praktis dan program pengembangan kepemimpinan yang melekat, dan penulis empat buku termasuk Courageous Cultures: How to Build Teams of Micro-Innovators, Problem Solvers dan Advokat Pelanggan.

Screenshot 2022-12-07 at 12.56.12 PM.png

David Dye membantu para pemimpin yang berpusat pada manusia menemukan kejelasan dalam ketidakpastian, mendorong inovasi, dan mencapai hasil terobosan. Dia adalah Ketua dari " Let's Grow Leaders / Ayo Berkembang Pemimpin! ", sebuah lembaga pengembangan dan pelatihan kepemimpinan internasional yang terkenal dengan alat praktis dan program pengembangan kepemimpinan yang melekat. Dia adalah penulis beberapa buku termasuk Courageous Cultures dan pembawa acara podcast populer Leadership without Losing Your Soul.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Presentasi

Infografi: 7 Struktur Cerita Untuk Meningkatkan Presentasi

Apa film favorit Anda? Kami rasa Anda dapat menceritakannya dengan sangat semangat tentang itu, bahkan jika Anda sudah lama tidak melihatnya. Cerita itu seperti nutrisi bagi jiwa kita. Mereka dapat diingat karena mereka berhubungan dengan Anda di tingkat emosional. Mengapa? Karena Anda dapat berhubungan dengan peran tokoh utama.

Nov 30, 2021 1 Min Read

Alt

Bagaimana Berasimilasi Dengan Budaya Lain

Wawancara bersama Paul McDole mengulas tentang kepemimpinan yang dijalankan bersama dimana di dalamnya terdiri dari mereka-mereka yang berbudaya barat dan Indonesia.

May 05, 2021 6 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest