3 Cara Pemimpin Membangun Budaya Keberagaman & Inklusi

pikisuperstar dari Freepik
Sebuah studi dari Peterson Institute for International Economics menemukan adanya korelasi positif antara kehadiran perempuan dalam posisi kepemimpinan dan kinerja perusahaan. Perusahaan dengan setidaknya 30% perempuan di posisi kepemimpinan memiliki margin laba bersih 6 poin persentase lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang tidak memiliki pemimpin perempuan.
Menurut laporan Diversity Wins dari McKinsey & Company tahun 2020, bisnis dengan tim eksekutif yang beragam lebih mungkin untuk mengungguli pesaing mereka dalam hal profitabilitas.
Sebagai pemimpin bisnis, Anda perlu merangkul keberagaman dengan melibatkan setiap individu secara utuh. Keberagaman dan inklusi memungkinkan bisnis untuk melihat gambaran besar, memahami tren pasar sebelum muncul, serta meningkatkan kreativitas dan inovasi. Berikut adalah tiga langkah yang dapat Anda ambil untuk menciptakan budaya inklusif di tempat kerja:
1. Berikan Pelatihan Keberagaman bagi Seluruh Karyawan
Pelatihan ini dapat berfokus pada:
- Membangun kesadaran, pemahaman, dan empati terhadap berbagai latar belakang dan perspektif.
- Mengenali bias tak sadar (unconscious bias).
- Konsep inklusi dan kesetaraan serta bagaimana hal tersebut berkontribusi terhadap lingkungan kerja yang adil.
- Memastikan semua karyawan memahami undang-undang anti-diskriminasi agar tetap sesuai dengan regulasi.
- Menghormati identitas dan ekspresi gender yang beragam serta memahami tantangan yang dihadapi oleh individu transgender dan non-biner.
- Mengatasi stereotip terhadap komunitas LGBTQ+.
- Memahami kebutuhan karyawan dengan disabilitas dan menciptakan lingkungan yang mendukung.
- Menghargai keyakinan dan praktik keagamaan yang beragam di tempat kerja.
- Meningkatkan komunikasi lintas generasi dalam lingkungan kerja.
- Melatih karyawan dalam menanggapi diskriminasi dan pelecehan guna menciptakan budaya kerja yang saling mendukung.
Baca juga: 5 Kiat Mengelola Tim yang Beragam
2. Rayakan Keberagaman Budaya di Tempat Kerja
- Dorong karyawan untuk berbagi tradisi, kebiasaan, dan perayaan budaya mereka agar meningkatkan pemahaman dan apresiasi lintas budaya.
- Edukasi karyawan tentang makna perayaan dan praktik budaya yang berbeda dengan menyediakan informasi mengenai sejarah serta tradisi yang terkait.
- Kembangkan kebijakan inklusif yang mendukung keberagaman budaya, seperti jadwal kerja yang fleksibel untuk liburan budaya atau kebijakan berpakaian yang menghormati kebutuhan budaya tertentu.
- Cerminkan keberagaman dalam materi pemasaran dan produk perusahaan, serta rayakan hari-hari besar budaya melalui acara internal yang melibatkan makanan dan tradisi khas.
- Mintalah umpan balik dari karyawan untuk mengevaluasi efektivitas inisiatif keberagaman dan inklusi.
- Tetapkan tujuan keberagaman yang terukur dalam strategi bisnis.
- Promosikan komunikasi yang efektif dalam lingkungan kerja yang beragam melalui pelatihan bahasa dan dukungan bagi kandidat dari kelompok yang kurang terwakili.
Baca juga: Bagian Apa yang Anda Mainkan?
3. Promosikan Keberagaman dalam Posisi Kepemimpinan
- Tetapkan tujuan keberagaman yang spesifik, terukur, dan berbasis waktu untuk posisi kepemimpinan serta integrasikan dalam strategi bisnis.
- Libatkan panel rekrutmen yang beragam dalam seleksi kepemimpinan untuk mengurangi bias.
- Bangun program mentoring dan sponsorship untuk menghubungkan talenta potensial dengan pemimpin senior yang dapat membimbing pengembangan karier mereka.
- Rayakan pencapaian pemimpin dari berbagai latar belakang dan jadikan mereka sebagai role model dalam organisasi.
Membangun budaya keberagaman dan inklusi bukan sekadar inisiatif tambahan, tetapi suatu keharusan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang di era modern. Profesional HR harus mengaitkan keberagaman dan inklusi dengan kinerja bisnis, termasuk data tentang keterlibatan dan retensi karyawan, untuk meyakinkan pihak yang skeptis bahwa inisiatif ini memberikan dampak nyata. Menggunakan data dan mengubahnya menjadi wawasan dapat membantu mempercepat perubahan menuju lingkungan kerja yang lebih inklusif.
Baca juga: Menutup Kesenjangan Gender Global: 132 Tahun Adalah...
Kepemimpinan