Pada tulisan sebelumnya saya menyebut bahwa alasan kenapa banyak perusahaan saat ini gagal bersaing walaupun sudah melakukan inovasi adalah karena mereka berinovasi secara linear sementara dunia bergerak eksponensial. Jadi apa yang perlu dilakukan oleh mereka?
Jelas tidak cukup bagi mereka hanya sekedar melakukan perbaikan (improvement). Mereka perlu melakukan transformasi. Sayangnya menurut survei dari McKinsey, 70% upaya transformasi perusahaan gagal. Apa sebabnya? Sebagian orang mengira penyebabnya adalah teknologi. Nyatanya 84% upaya transformasi gagal disebabkan karena faktor orang (Forbes Insight).
Seberapapun hebatnya strategi bisnis yang sudah dibuatkan oleh konsultan kelas dunia untuk Anda, tetaplah orang-orang Anda yang akan menjalankan strategi itu. Secanggih-canggihnya teknologi yang di-install oleh vendor, tetap saja orang-orang Anda yang harus memanfaatkannya. Ternyata menggerakkan orang itu lebih sulit dari menyusun strategi atau meng-install teknologi terbaru.
Karena itulah maka peran pemimpin dalam proses transformasi itu menjadi sangat krusial. Orang tidak bergerak dengan sendirinya. Mereka perlu digerakkan. Kalaupun mereka punya insiatif untuk bergerak, ribuan kepala itu bisa jadi bergerak sendiri-sendiri ke arah yang berbeda-beda. Mereka perlu pemimpin yang bisa mengarahkan gerak langkah mereka.
Baca juga: Ilmu Leadership Ala Greysia dan Apriyani
Bicara pemimpin, kita perlu bukan sembarang pemimpin, melainkan pemimpin yang mampu membawa perusahaan bergerak secara eksponensial. D. Quin Mills, Ph.D, seorang prosesor di Harvard Business School mengatakan begini, “Pemimpin yang baik membuat rencana bisnis yang lemah berhasil, sedangkan seorang pemimpin yang lemah dapat merusak meski itu rencana terbaik”.
Pemimpin seperti itu kita sebut dengan Exponential Leader. Seperti apakah ciri Exponential Leader itu? Ada dua kemampuan khas yang mereka miliki. Kemampuan tersebut membuat mereka mampu membawa tim yang dipimpinnya meraih prestasi-prestasi yang eksponensial. Para tokoh inovator bisnis dunia seperti Jack Ma, Larry Page, Steve Jobs, dan Elon Musk berhasil membawa perusahaannya tumbuh secara eksponensial karena memiliki kedua kemampuan tersebut.
Kedua kemampuan tersebut adalah Terobosan dan Dukungan. Terobosan adalah kemampuan pemimpin dalam menciptakan lompatan nilai bagi pelanggan jauh melampaui standar industri. Dukungan adalah kemampuan pemimpin dalam mendapatkan totalitas dukungan dari tim untuk melakukan lompatan-lompatan besar tersebut. Kedua kemampuan tersebut harus dimiliki dan dijalankan secara bersamaan dengan sama hebatnya. Kuat di salah satu dan lemah dilainnya tidak akan membuat Anda menjadi Exponential Leader.
Piyush Gupta, CEO DBS Bank Singapore adalah contoh seorang Exponential Leader yang memiliki kedua kemampuan tersebut. Piyush melakukan terobosan demi terobosan di DBS Bank. Piyush berambisi untuk memindahkan semua aktivitas perbankan ke Gadget nasabah. Dari membuka akun, transaksi keuangan, konsultasi keuangan, berinvestasi hingga mengajukan pinjaman, semuanya dapat dilakukan tanpa berhubungan dengan ‘Bank’ sama sekali. Ambisi ini mewujud dalam sebuah aplikasi yang bisa digunakan siapa saja di seluruh dunia, bernama DigiBank.
Baca juga: 5 Mitos Berbahaya dalam Leadership
Visi Piyush sederhana sekaligus sangat visioner. Dia ingin DBS Bank menjadi ‘invisible bank’, bank yang tidak terlihat. Tidak ada orang yang ingin berurusan dengan bank, begitu menurut Piyush. Apa yang orang inginkan adalah menabung, membeli rumah, atau membuka usaha. Maka dia ingin DBS Bank hadir di belakang layar. Tanpa melibatkan peran aktif nasabahnya, DBS melakukan semua urusan finansial untuk mereka. Jadi ketika nasabahnya ingin beli rumah, tinggal beli aja. Ketika mau buka usaha, tinggal buka saja. Semua urusan finansialnya, sudah dibereskan oleh DBS dibelakang layar. Hebat kan?
Dengan semua terobosan yang dilakukan Piyush dan timnya, wajar jika kemudian DBS Bank dinobatkan sebagai the World’s Best Digital Bank.
Tentu saja, Piyush tidak mungkin melakukan semua itu sendirian. Piyush mendapatkan dukungan total dari setiap karyawan yang bekerja di bawah kepemimpinannya. Apa buktinya? DBS memiliki DBS Power Up, sebuah aplikasi internal yang memungkinkan karyawan DBS untuk mengakses informasi, bekerja dan berhubungan satu sama lainnya 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Hebatnya, bukan hanya para karyawan rela mengunduh aplikasi tersebut di Gadget mereka, namun mereka juga menggunakannya secara aktif. Artinya, mereka rela kerja 24/7 untuk mewujudkan visi Piyush.
Ketika manajemen DBS berinisiatif membuat program rekognisi ‘I Thank You’, 120 ribu apresiasi diberikan dalam 6 bulan pertama. Itulah bukti dukungan karyawan pada para pemimpin dan koleganya, serta terhadap terobosan-terobosan bisnis yang dilakukan DBS. DBS Bank mendapat penghargaan sebagai Asia’s Best Employer 2016-2017.
Nah itulah ciri dan contoh seorang Exponential Leader. Sekarang mari tanyakan pada diri kita sendiri, sejauh mana saya telah menghasilkan terobosan untuk tim atau perusahaan saya? Dan sejauh mana saya mendapatkan dukungan dari tim untuk melakukan lompatan-lompatan besar?
Sumber artikel dari: SAATNYA JADI EXPONENTIAL LEADER
Tertarik dengan hal kepemimpinan? Tonton video di bawah ini untuk belajar lebih mengenai kepemimpinan di era digital!