Mengapa Kita Tidak Melihat Wanita Sebagai Pemimpin?

Mar 08, 2022 3 Min Read
Seorang wanita sedang mengobrol di kantor
Sumber:Alexander Suhorucov dari Pexels.com
Pemimpin wanita, kenapa tidak?

New York Times mencatat bahwa terjadi penurunan jumlah pemimpin wanita di perusahaan besar Amerika Serikat (AS) sebanyak 25%. Karena jumlah CEO wanita sudah rendah, maka kepergian Denise Morrison sebagai CEO dari Campbell Soup Company memiliki dampak numerik yang besar. Nyatanya, jumlah CEO wanita di AS menurun secara signifikan dari 32 ke 24 pada tahun 2017. 

Mengapa sangatlah berarti bahwa jumlah wanita dalam level eksekutif semakin menurun? Pasalnya, sering kali timbul bias gender dalam menentukan pemimpin atau manajer yang akan dipromosikan atau direkrut. Studi Heather Murphy mencatat bahwa baik wanita maupun pria hampir selalu memilih pria sebagai sosok pemimpin.

Dalam penelitiannya yang lain, Murphy menceritakan soal partisipan risetnya yang diminta untuk mendengarkan rapat pemasaran palsu via telepon. Dalam salah satu rapat tersebut, partisipan riset Murphy mendengarkan ‘Eric’ dan ‘Erica’ memaparkan masing-masing ide mereka yang sama persis. Usai rapat, partisipan riset ditanya untuk menentukan pembicara mana yang lebih pantas menjadi pemimpin. Eric pun memenangkan suara terbanyak meskipun Erica juga memberikan ide yang sama. Murphy mengutip Nilanjana Dasgupta dari University of Massachusetts yang mengatakan bahwa “Ketika seseorang secara konsisten dihadapkan dengan sosok pemimpin yang sama (pria), maka dia akan cenderung memperhatikan pemimpin yang memiliki kategori tersebut di masa depan.”

Baca juga: Pemberdayaan Perempuan di Lingkungan Kerja

“Dalam kata lain, meskipun seorang wanita bertindak seperti pemimpin, kemampuannya akan kurang diperhatikan karena sosok pemimpin yang diterima pada umumnya adalah pria.”

Adanya bias inheren inilah yang membuat penurunan jumlah wanita dalam level kepemimpinan sangat berarti. Murphy menegaskan bahwa kita memerlukan lebih banyak wanita sebagai pemimpin untuk memperluas pola pikir kebanyakan dari kita yang bias. Namun, jumlah tersebut malah menurun. Faktanya, data sebelumnya tentang eksekutif wanita yang turun dari jabatannya pada 2017 justru digantikan oleh pria. 

Miller mencatat bahwa tantangan untuk para eksekutif wanita berakar pada bias terhadap wanita yang berkuasa. Berkaitan dengan ini, Miller mengutip dua penelitian:

  • Baik wanita dan pria sama-sama memiliki keluarga, namun urusan rumah tangga dianggap sebagai tanggung jawab wanita saja yang justru menghambat terbukanya peluang untuk wanita.
  • Kemampuan memimpin tidak dipengaruhi oleh perbedaan gender. Sebuah studi terhadap 2.600 eksekutif tidak menemukan perbedaan dalam berbagai bidang termasuk keterampilan interpersonal, kemampuan analitis dan manajerial, serta kemampuan umum.


Meskipun begitu, wanita tetap jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menduduki posisi eksekutif. Masalah ini bagaikan lingkaran yang tidak ada ujungnya. Karena kita tidak melihat wanita sebagai pemimpin, maka peluang tersebut tidak datang untuk wanita. Maka dari itu, kita harus tetap memerangi bias gender dan mendukung lebih banyak wanita untuk menjadi sosok pemimpin yang nantinya juga akan memperjuangkan isu ini.

Mari kita terus bertanya: “Mana perwakilan wanitanya?”

Tonton juga:


Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Wanita dan Kepemimpinan

Alt
Anne adalah seorang konsultan dan penulis buku New Rules for Women.
Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

3 Strategi CEO Selamatkan Perusahaan dari Krisis

3 Strategi CEO Selamatkan Perusahaan dari Krisis

OLEH STANISLAV SHEKSHNIA. Untuk mengetahui apa yang dialami para pemimpin bisnis di tengah situasi pandemi Covid-19, kami menyurvei lebih dari 300 CEO dan melakukan lebih dari 30 wawancara. Berikut adalah strategi CEO dalam menyelamatkan perusahaan di masa krisis!

Feb 10, 2022 1 Min Read

Adon Saptowo

Tidak Ada Yang Tak Mungkin: Adon Saptowo, Base Jam

Adon Saptowo dari Base Jam memberi inpsirasi kepada kami semua

Aug 24, 2021 1 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest