Menurut Statista.com jumlah mi instan yang dimasak di Indonesia sepanjang Tahun 2020 adalah sebanyak 12,6 milyar porsi atau bungkus. Dan berdasarkan Data.worldbank.com jumlah penduduk Indonesia saat itu adalah 273,5 juta jiwa, maka CPC (consumption per capita) mi instan di Indonesia adalah sebesar 46 bungkus per tahun atau berarti setiap jiwa di Indonesia setidaknya memakan satu dus mi instan setiap tahunnya. Ini cukup besar.
Itu di Indonesia. Di dunia tak kalah hebat lagi, Statista.com mencatat porsi mi instan yang dikonsumsi seluruh negara di dunia pada Tahun 2020 adalah sebesar 116,6 milyar porsi atau bungkus. Artinya volume konsumsi Indonesia hanya sekitar 11% saja dibandingkan volume konsumsi mi instan di dunia.
Itu statistiknya, tapi kita tidak akan membahas itu disini, kita hanya akan mengambil pesan dari statistik tersebut bahwa mi instan adalah satu kategori makanan dalam kemasan yang paling disukai di dunia. Dan pertanyaan kita adalah:
Baca juga: Bekerja Lebih Efektif dengan Teknik Timeboxing
Kenapa mi instan begitu disukai?
Bagaimana kita bisa mengambil filosofi psikologi mi instan dalam perilaku dan kepribadian kita supaya juga disukai banyak orang?
Seperti satu meme quote yang populer, "Apa aku harus jadi Indomie dulu supaya aku jadi seleramu?"
Berdasarkan survey, mi instan disukai karena tiga hal utama:
- Convenient, quick, easy meals.
- Tasty.
- Affordable.
Pertama, mi instan disukai karena ia membuat nyaman, mudah, dan cepat dimasak. Tidak sulit dan tidak rumit. Maka filosofi mi instan pertama untuk disukai adalah jadikan dirimu orang yang mudah dan tidak rumit. Enak diajak bicara dan berdiskusi, pendengar yang baik, menghargai pendapat orang lain, bicara straight to the point tidak bertele-tele, orientasinya kepada solusi dan bukan menang-kalah, dan contoh lainnya.
Kedua, mi instan disukai karena rasanya lezat atau enak. Maka filosofi kedua untuk menjadi orang yang disukai adalah dengan menjadi orang yang enak diajak berteman, enak diajak bicara, ramah, santun, murah senyum yang tulus, humoris, bikin suasana menjadi enak setiap kali orang bertemu.
Ketiga, mi instan disukai karena harganya terjangkau, tidak mahal. Maka filosofi berikutnya adalah jadikan dirimu orang yang mudah dijangkau baik dalam arti fisik, sering saling mengunjungi, selalu hadir setiap kali diundang, tidak perlu usaha keras untuk orang bisa bertemu denganmu. Dan mudah dijangkau dalam arti ide dan gagasan, tidak bicara muluk-muluk, tidak menggunakan bahasa-bahasa tingkat tinggi, berbicara menggunakan bahasa lawan bicara, dan lainnya.
Kalau kamu punya ketiga unsur itu tadi dalam pergaulanmu dengan lingkungan sekitar, hampir pasti kamu akan menjadi selera setiap orang yang mengenalmu.
Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Rangga Primanto.