Sebagian besar pemimpin mengatakan sumber daya yang tidak mereka miliki adalah waktu. Namun, jika Anda benar-benar mengamati manajer selama sehari, Anda akan melihat mereka bergegas menghadiri rapat dan terus-menerus memeriksa handphone mereka.
Selama 10 tahun, Bruch dan Ghoshal mengamati perilaku manajer yang ‘sibuk’. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa 90% manajer menyia-nyiakan waktu dalam segala tindakan dan kegiatan yang tidak efektif. Hanya 10% manajer yang menghabiskan waktu mereka dengan bermanfaat dan reflektif. 10% dari mereka diklasifikasikan sebagai pemimpin hebat.
Di sisi lain, Psikiater John Diamond menemukan bahwa 90% orang membenci pekerjaan mereka. Mereka datang bekerja untuk menghabiskan waktu dan tidak sabar untuk pulang. Perbedaan antara pemimpin yang mencintai pekerjaan mereka dan mereka yang tidak adalah bahwa mereka meluangkan waktu di kesehariannya untuk mengisi ulang energi mereka dan melakukan refleksi diri.
Baca juga: Pemimpin yang Ideal Harus Banyak Bertanya
Refleksi diri
Berbicara mengenai refleksi diri, saya belajar banyak dari tokoh bersejarah asal Amerika Serikat bernama Ben Franklin. Ben memiliki pendekatan refleksi diri yang sistematis, dengan menjadikan hal itu sebagai bagian mendasar dari hidupnya. Dia menuliskan 13 daftar kebajikan yang akan ia terapkan sehari-hari dan mengevaluasi kepemimpinannya berdasarkan daftar tersebut.
Pada dasarnya, mengevaluasi diri sendiri itu tidak pernah mudah. Kita harus bersedia mengakui kesalahan, kegagalan, dan kekurangan kita. Menariknya, Steve Jobs pergi ke India untuk refleksi diri sebelum mendirikan Apple.
Dalam bisnis, refleksi memberikan peluang bagi suatu perusahaan untuk berkembang dan meningkatkan kualitas layanannya. Bisnis tumbuh ketika orang-orang di dalamnya mendalami apa yang mereka kerjakan.
Jadi, apa yang diperoleh seseorang melalui refleksi diri?
- Fokus - mulai bertindak dan mengerjakan tugas sampai selesai.
- Energi - tenaga yang muncul dari komitmen diri.
- Belajar - kemampuan untuk memperbaiki kesalahan dan meningkatkan diri sendiri.
Fokus tanpa energi menyebabkan eksekusi yang tidak maksimal. Di sisi lain, energi tanpa fokus membuat kita kehilangan arah dalam bekerja. Dan jika Anda tidak belajar dari kesalahan, pasti Anda akan mengulanginya lagi.
Ketiga hal itu hanya bisa diperoleh melalui refleksi diri. Orang yang suka menunda-nunda biasanya adalah mereka yang mempunyai tingkat energi dan fokus yang rendah. Pemimpin dengan fokus tinggi namun berenergi rendah pun tidak mampu menginspirasi orang lain dan gagal mengembangkan tim miliknya. Manajer dengan energi tinggi tetapi fokus rendah akan membingungkan karyawan mereka dengan pekerjaan yang kacau balau.
Manajer reflektif didorong oleh tujuan, semangat, dan keingintahuan yang tinggi. Mereka memulai hari dengan refleksi diri untuk memastikan eksekusi dan tindakan yang akan mereka lakukan berkesinambungan.
Baca juga: Bahagia dengan Berhenti Membandingkan Diri
Fokus
Konfusius pernah berkata, "Seorang pria yang mengejar dua kelinci sekaligus tidak akan menangkap apa-apa."
Dalam Star Wars episode 1, Qui-Gon berkata pada Jedi Anakin muda, "Selalu ingat, fokus kamu menentukan realitasmu.”
Di ujung hari yang melelahkan, jika kita fokus pada seberapa lelahnya kita, umumnya kita akan tetap lelah dan berakhir di depan TV. Jika kita memfokuskan kembali pikiran dari lelah karena harus sehat, ada kemungkinan besar kita akan berolahraga.
Sangat mudah untuk terganggu dengan TV, tablet, dan handphone yang kita miliki saat ini. Gangguan tersebut mencuri kekuatan fokus kita. Dan melalui refleksi, semua itu dapat dikoreksi.
Energi
Refleksi menghasilkan gairah dan energi. Energi yang berasal dari keinginan dan gairah karena Anda termotivasi untuk melakukan sesuatu.
Penulis Bill Strickland berkata, ”Gairah tidak dapat ditolak. Gairah adalah ide, harapan, dan kemungkinan yang secara alami akan muncul di benak pikiran Anda.”
Strickland percaya bahwa hanya dengan mengikuti hasrat Anda, Anda akan membuka potensi terdalam Anda. “Saya tidak pernah melihat kehidupan yang bermakna yang tidak didasarkan pada suatu gairah yang kuat. Dan saya tidak pernah melihat kehidupan yang penuh gairah yang tidak luar biasa."
Belajar dari Kesalahan
Refleksi mengajarkan kita untuk belajar dari masa lalu. Kita semua pasti pernah membuat kesalahan, bahkan kesalahan besar sekalipun. Kita pernah berada dalam situasi di mana segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Tapi, seberapa sering kita meluangkan waktu untuk merenungkan kesalahan kita itu?
"Kita tidak belajar dari pengalaman, kita belajar dengan merefleksikan pengalaman." - John Dewey
Baca juga: 3 Cara Mengenal Diri Sendiri (Self Awareness)
Evaluasi sikap Anda setiap hari