Pekan lalu, ada pengalaman menarik yang mengubah pandangan saya tentang rapat yang efisien.
Jadi begini, ada seorang klien datang terlambat 20 menit ke rapat Zoom yang hanya dijadwalkan selama 25 menit. Saat menunggu sambil mengerjakan hal lain, saya sempat mengira bahwa rapat ini dibatalkan. Namun, tiba-tiba klien tersebut masuk dengan senyum ramah dan permintaan maaf. Dengan hanya 5 menit tersisa sebelum rapat berikutnya, saya punya dua pilihan: menjadwal ulang rapat atau melanjutkan agenda dalam kurun waktu secepat memblender jus.
Kami memilih opsi kedua, dan hasilnya sungguh di luar dugaan.
Dalam waktu hanya 4,5 menit, kami berhasil:
- Bertukar informasi konteks perusahaan (120 detik)
- Meringkas situasi terbaru (kurang dari 60 detik)
- Mengidentifikasi pemangku kepentingan dan keselarasan proyek (30 detik)
- Menyesuaikan kapasitas kami dengan kebutuhan mereka (30 detik)
- Menyepakati langkah-langkah berikutnya
Dan selesai tepat waktu.
Yang membuat saya takjub, semua hal penting tersampaikan—bukan hanya cukup, tetapi selesai secara menyeluruh. Memang, kami tidak sempat berbasa-basi menanyakan kabar, namun kami berhasil menyelesaikan tujuan utama rapat tersebut. Benar-benar luar biasa dan tak terduga.
Baca juga: 7 Kebiasaan Pemimpin Rapat yang Hebat
Ketika Batasan Menjadi Pemicu
Sebagai seseorang yang percaya akan pentingnya koneksi yang bermakna, ‘eksperimen’ tak sengaja ini menantang keyakinan saya. Meski saya tetap meyakini bahwa membangun hubungan itu penting, pengalaman ini membuka wawasan baru tentang cara saya memandang komunikasi bisnis. Hal ini membuat saya bertanya-tanya: seberapa banyak durasi rapat yang sebenarnya ditentukan oleh kebiasaan, bukan kebutuhan?
Data menunjukkan bahwa karyawan di Amerika Serikat menghabiskan sekitar 15% dari waktu kerja mereka—setara dengan 393 jam per tahun—untuk rapat. Sayangnya, hanya 30% rapat yang benar-benar produktif. Selain disebabkan oleh agenda yang kurang jelas, peserta yang tidak relevan, dan diskusi yang melebar, ada kemungkinan bahwa kita sering melebih-lebihkan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sebuah diskusi.
Fenomena Waktu yang ‘Mengembang’
Ada alasan psikologis mengapa kita sering merasa membutuhkan waktu lebih lama dari yang sebenarnya diperlukan. Tanpa disadari, kita cenderung mengisi waktu yang tersedia. Slot 30 menit sering kali dihabiskan sepenuhnya, meskipun kegiatan bisa selesai lebih cepat. Ini dikenal sebagai Parkinson's Law: pekerjaan akan berkembang sesuai dengan waktu yang dialokasikan untuk menyelesaikannya.
Penelitian juga menunjukkan bahwa 91% peserta rapat hanya mampu mempertahankan fokus selama 15 menit pertama sebelum konsentrasi mereka menurun. Meski begitu, kita tetap sering menjadwalkan rapat selama 30 menit, atau bahkan satu jam, untuk diskusi yang dianggap ‘penting’. Seolah-olah durasi yang lebih lama otomatis menghasilkan hasil yang lebih baik, meskipun kenyataannya sering kali tidak demikian.
Baca juga: 6 Tips Memenangkan Hati Calon Klien Saat Meeting
Menemukan Durasi yang Ideal
Tentu, saya tidak menyarankan semua interaksi dipadatkan menjadi secepat mungkin. Sebaliknya, hal tersebut justru melelahkan dan tidak produktif. Namun, mungkin ada baiknya kita mulai mempertanyakan seberapa banyak waktu yang benar-benar diperlukan untuk rapat.
Daripada bertanya, “Berapa lama rapat ini harus berlangsung?” mungkin lebih baik kita bertanya, “Seberapa cepat ini bisa diselesaikan?”. Bagaimana jika kita sengaja memberikan batas waktu yang lebih ketat, setidaknya sebagai eksperimen?
Membangun Kesadaran akan Waktu
Anggap ini sebagai ajakan untuk bereksperimen. Ketika Anda menjadwalkan rapat berikutnya, coba tanyakan:
- Apakah durasinya bisa lebih singkat?
- Apa yang akan terjadi jika waktu yang dialokasikan hanya setengahnya?
- Bisakah batasan waktu membantu meningkatkan fokus dan kejelasan diskusi?
Siapa tahu, seperti yang saya alami, terkadang lebih singkat justru lebih baik.