Mungkin, kamu malu atau tidak nyaman negosiasi dengan perusahaan tempat kamu melamar kerja.
Wajar kalau kamu merasa begitu. Kamu pasti tidak mau dianggap sombong atau tidak tahu malu oleh calon atasan. Jadi, haruskah kamu pasrah dengan gaji yang ditawarkan?
Jangan buru-buru. Pastikan dulu kamu tidak underpaid. Sebenarnya, kamu juga punya hak negosiasi. Saya akan ajarkan caranya supaya tidak kelihatan egois, serakah, atau tidak tahu diri. Ada, kok, seninya. Bisa kamu pelajari di tulisan saya.
Kita mulai dari pola pikir (mindset) yang kamu pakai.
Coba lihat dari sudut pandang perusahaan. Mencari kandidat yang tepat itu sulit. Bayangkan berbagai rangkaian kegiatan di dalam proses rekrutmennya:
- mempersiapkan budget personalia setiap departemen,
- marketing lowongan kerja, baik online maupun offline,
- menyaring ratusan, bahkan ribuan, CV kandidat yang masuk,
- mengatur waktu interview dengan calon kandidat dan user,
- menyiapkan penawaran dan kontrak.
Baca juga: Mau Negosiasi Gaji? Lakukan Persiapan Ini (Bagian 2)
Semua proses ini memakan waktu berbulan-bulan, dengan kebutuhan biaya yang signifikan. Sebisa mungkin perusahaan pasti akan menghindari biaya yang muncul di luar rencana.
Katakanlah kamu sudah ada di ujung tahap rekrutmen dengan penawaran kerja di depan mata. Tapi gaji yang ditawarkan ternyata di bawah ekspektasi. Kalau kamu putuskan untuk mundur, perusahaan harus mengulang lagi prosesnya, dari mengontak kandidat lain, atau bahkan mundur lagi ke tahap filtering CV.
Hal ini membuang-buang waktu, tenaga, dan budget bagi perusahaan. Bisa jadi, kalau dikalkulasi dalam jangka panjang, negosiasi yang kamu mau justru membuat perusahaan bisa hemat lebih banyak.
Karena sadar akan pertimbangan ini, perusahaan biasanya menyiapkan rentang gaji untuk tiap level di posisi yang berbeda. Artinya apa?
Selalu ada ruang untuk negosiasi.
Tawaran awal biasanya mengacu ke batas minimal rentang gaji, sebagai antisipasi jika ada negosiasi dari kandidat.
Negosiasi sendiri bukanlah hal yang tabu. Terkadang, yang jadi penghalang adalah perasaan tidak enak karena kita cuma “berharap” dapat lebih, tanpa yakin kalau kita memang kompeten.
Baca juga: Catat! 5 Metode Dapat Kerja di Luar Negeri
Wajar kalau kamu tidak enak minta gaji 15 juta buat posisi entry-level, kalau kamu tidak punya kemampuan, pengalaman, dan koneksi senilai gaji yang kamu mau.
Dengan pengalaman kerja sekalipun, kamu masih bisa terkendala untuk mengomunikasikannya ke perusahaan. Takut terkesan sombong, angkuh, dan terlalu percaya diri.
“Saya sudah kerja 10 tahun. Pengalaman dan skill sudah kompeten. Tapi, saya kan masih orang luar. Gimana cara menunjukkan ‘value’ yang saya punya?”
Di akhir rangkaian topik ini, saya jelaskan tentang value validation project (VVP) dan cara memakainya. Ini adalah metode spesifik yang menjembatani apa yang kamu punya, dengan apa yang perusahaan cari.
Kalau kamu sudah lakukan semua hal tapi negosiasinya gagal, terima dan langsung move on. Berarti memang bukan rezeki kamu. Fokus ke kesempatan yang ada berikutnya.
TLDR:
- negosiasi gaji bukan hal tabu,
- perusahaan menyiapkan rentang gaji di setiap level posisi;
- HR sebagai representasi perusahaan siap dan kompeten untuk bernegosiasi dengan kandidat.
Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Rivaldy Varianto.