5 Tanda Seseorang Terjebak di Karier yang Salah

Apr 08, 2024 4 Min Read
mengejar deadline
Sumber:

Kamran Aydinov dari Freepik.com

Dani merasa ia berada di karier yang salah. Bukan perusahaannya, tapi apa yang dia kerjakan. Saat ini, ia diterima di bagian finance, sesuai dengan latar belakang pendidikannya di akuntansi. Namun, Dani sebenarnya tidak terlalu suka angka. Ia pun kuliah di bidang itu, karena dipaksa orang tuanya yang mengatakan bidang akuntansi lebih mudah cari kerja. “Nyaris semua perusahaan pasti butuh akuntansi,” kata maminya. 

Orang tuanya ternyata benar, memang Dani tidak punya kesulitan mencari kerja, tapi ia merasa 'hatinya' tidak di pekerjaan itu. Baginya, kerja di akuntansi dan meneliti angka adalah penyiksaan besar buatnya.

Saat mengikuti salah satu pogram coaching, Dani pun ditanya soal apa yang ia gemari. Dani cerita kalau ia menyukai psikologi. Ia senang mendengarkan dan berinteraksi. Makanya, di kantor ia malah senang terlibat dalam berbagai aktivitas kantor. Bosnya Dani pernah menyindirnya dengan berkata, "Suka ngurusin kerjaan orang tapi kerjaan sendiri tidak selesai".

Nah, orang-orang seperti Dani, cukuplah banyak di organisasi. Mereka merasa bahwa diri mereka berada di tempat yang salah, tapi tidak bisa berkutik. Ujung-ujungnya mereka tetap mempertahankan pekerjaan mereka, demi 'sesuap nasi'. Tapi, hatinya tidak di situ. Akibatnya, bukan hanya diri mereka yang menderita, organisasinya pun ikut dirugikan. Karena orang ini sebenarnya berada di tempat yang keliru.

Baca juga: Apa Makna Bekerja Bagi Anda?

5 Tanda Seseorang Terjebak di Karier yang Salah

Sebenarnya, ada beberapa hal yang bisa menjadi petunjuk kalau seseorang itu berada di karier yang salah. Nah, apa saja?

1. Stres dengan pekerjaan

Paling mudah, ia justru stres. Karena tidak cocok dengan kepribadian, minat dan bakatnya, mengerjakan pekerjaan itu bikin stres tersendiri. Bahkan, banyak yang mau berangkat kerja saja sudah stres karena membayangkan kesehariannya harus mengerjakan pekerjaan itu. Apalagi, saat ia melakukannya. Ujung-ujungnya, ia merasa sangat tidak bahagia dan tersiksa dengan pekerjaannya itu. 

Kadang, hal ini pun dapat mempengaruhi fisik dan mental seseorang. Bisa jadi, ia sering tidak masuk kerja atau pun banyak keluhan yang menyertai pekerjaannya.

2. Sering menunda-nunda pekerjaan

Ketika kita tidak menyukai yang kita kerjakan, hal paling mudah adalah menunda-nunda melakukan pekerjaan itu. Sebenarnya, menunda adalah respon bawah sadar untuk mengatakan, "Aku tidak suka dengan kerjaan ini". 

Kadang kala, mereka bahkan berharap dengan menunda pekerjaan itu, ujung-ujungnya mereka tidak perlu melakukan kerjaan itu lagi. Kalau pun harus dikerjakan, mereka menunda sampai last minute sehingga bisa dikerjakan dengan terburu-buru.

3. Kualitas dan kuantitasnya tidak maksimal

Ketika suatu pekerjaan tidak kita sukai, maka hal yang lumrah adalah bekerja sesuai dengan standar yang diharapkan. Bahkan, kadang-kadang hasilnya di bawah standar. Kenapa? Karena ketika kita tidak suka dengan suatu pekerjaan, maunya adalah cepat-cepat selesai. Pikiran orang yang tidak menyukai suatu pekerjaan adalah, "Bagaimana caranya saya bisa selesaikan ini secepat-cepatnya biar saya bisa melakukan hal lain yang saya sukai?"

Akibatnya, kita sering kali tidak bisa mengharapkan adanya kualitas dan kuantitas yang "luar biasa" dari orang yang tidak menyukai pekerjaannya itu. Boro-boro mengharapkan kualitas, sudah dikerjakan pun sebenarnya sudah harus disyukuri.

Baca juga: Ayolah, LinkedIn Bukan Hanya untuk Mencari Kerja

4. Tidak punya kreativitas dan kemajuan

Sering kali orang yang berada di karier yang salah tidak akan repot-repot memikirkan caranya untuk maju. Masalahnya, pikirannya tidak ada di sana. Mana mungkin ia mau memikirkan kemajuan. Ia pun malas memikirkan kreativitas yang bisa membuat pekerjaannya lebih bagus. Baginya, pekerjaan itu sendiri sudah menyiksa, apalagi harus meluangkan waktu untuk memikirkannya. 

Makanya, inilah siklus yang sering terjadi. Pertama-tama, karena ia tidak suka, ia hanya melakukan yang itu-itu saja. Lalu, karena mengerjakan yang itu-itu saja, ia makin bosan. Kemudian, ia pun semakin tersiksa. Lalu, kembali ke siklus awal, ia hanya melakukan yang itu-itu lagi. Itulah siklus penyiksaan yang dirasakan orang yang berada di karier yang salah.

5. Mencuri waktu untuk melakukan hal yang disukai

Sering kali, kita tahu minat dan bakat sesorang saat ia mengisi waktu luangnya. Bayangkan jika ada seseorang yang mengisi waktu luangnya dengan mengedit video. Padahal, ia menggeluti bidang akuntansi. Orang ini mungkin lebih tepat diarahkan ke promosi dan marketing sesuai dengan minatnya. Atau, bayangkanlah seseorang yang menari breakdance saat istirahat diantara jam-jam mengangkat batu bata. Mungkin orang ini lebih tepat diarahkan untuk menjadi penari latar. Atau pekerjaan lain, yang sifatnya lebih menghibur.

Sekali lagi. Sayangnya, orang yang berbakat kadang tidak berada di tempat yang tepat. Berbagai prosedur dan aturan sering kali menghalangi. Misalkan saja, ketika seseorang berbakat dan berminat di bidang SDM tapi lulus sebagai sarjana akuntansi, seperti kisah Dani di atas. Umumnya ia tidak akan diizinkan masuk ke pekerjaan SDM.

Itu sebabnya, sangat penting bagi bagian SDM dan leader-nya untuk memotret minat dan bakat timnya sendiri. Saya sendiri, sebagai leader, tidak akan pernah memaksa ketika tim tidak berbakat di suatu bidang. Sebaliknya, saya mengarahkan tim sesuai minat dan bakat mereka. Pengalaman saya, ketika seseorang ditempatkan di bidang yang pas, dia akan lebih senang mengerjakaan pekerjaannya. Terlebih, biasanya lebih banyak ide-ide kreatif yang akan bermunculan.

Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Dr. Anthony Dio Martin.

Share artikel ini

Komunitas

Tags: Konsultasi

Alt

Dr. Anthony adalah seorang praktisi bisnis, trainer, speaker, penulis, ahli psikologi, dan personal coach yang oleh media disebut sebagai “The Best EQ Trainer in Indonesia”. Saat ini, beliau adalah direktur lembaga training HR Exellency dan managing director MiniWorkshopSeries (MWS) Indonesia.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

mendengarkan lagu dari airpods

Soundtrack Tiada Akhir: Memikirkan Kembali Ketergantungan Kita Pada Hiburan Audio

Oleh Juliet Funt. Banyak dari kita memiliki keseharian yang erat dengan hiburan audio. Segelintir orang pun merasa 'terbantu' jika bekerja diiringi musik. Akibatnya, kita menjadi asing terhadap situasi hening tanpa stimulasi apapun. Apa dampak buruknya?

Oct 12, 2023 4 Min Read

kepemimpinan

3 Cara untuk Meningkatkan Mindful Leadership

Tahukah kamu tentang salah satu faktor terpenting dalam Science of Building Leaders? Yup, mindful leadership! Simak videonya yuk untuk belajar lebih mengenai mindful leadership!

Sep 13, 2021 2 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest