Kenapa Venture Capital Berinvestasi ke Startup "Underdog"?

Oct 30, 2024 2 Min Read
startup
Sumber:

Jcomp dari Freepik.com

Jawaban simpelnya, karena perusahaan rintisan (startup) tersebut memberikan diversifikasi pada portofolio venture capital sebagai sang investor.

Sebuah perusahaan investasi (venture capital) mungkin saja mendiversifikasi uangnya dalam beberapa kategori perusahaan:

  • 25% perusahaan baru
  • 50% perusahaan berkembang
  • 25% perusahaan besar

Ada juga investor individual atau perusahaan investasi yang hanya berinvestasi di perusahaan baru. Beberapa lainnya ada yang berinvestasi di beberapa kategori perusahaan sekaligus.

Analogi diversifikasi seperti menaruh banyak telur dalam beberapa keranjang. Tujuannya mengurangi risiko kehilangan seluruh investasi, sekaligus meningkatkan kemungkinan anomali keuntungan.

Disebut anomali, karena umumnya hanya segelintir aset yang begitu menguntungkan, hingga mampu menutup kerugian mayoritas aset lainnya.

Tantangan bagi venture capital adalah mengidentifikasi startup dengan anomali tersebut.

Andrew Chen, investor di perusahaan investasi asal Amerika, Andreessen Horowitz, menjelaskan apa yang beliau cari dari investasinya:

being in venture capital is about being in the “exceptions” business.

Menurutnya, melebihi apa yang jelas terlihat (anggota tim, pasar, produk), ada beberapa hal yang membuat sebuah startup menarik bagi venture capital:

  1. Menggunakan teknologi atau media baru secara unik. Menarik untuk beliau jika ada app yang bisa berinteraksi dengan media video pendek seperti Instagram Stories atau Snap Stories.
  2. Memanfaatkan perilaku konsumen lewat cara baru. Menurutnya, kebiasaan cenderung sama dari waktu ke waktu. Tak heran andai beliau pesimis mendengar startup hendak menciptakan kebiasaan baru.
  3. Punya taktik kuat guna menumbuhkan perusahaannya. Startup gagal lebih banyak karena tak laku di pasar. Karenanya, beliau tertarik jika telah ada taktik guna menghasilkan penjualan, apalagi secara organik.

Alasan tersebut mungkin tidak relevan bagi beberapa investor. Sebab, setiap investor, terutama perusahaan investasi bisa beralasan lain, misal:

  1. Kompetisi bisnis. Startup mendapat investasi demi menyeimbangkan peta kompetisi di antara investornya. Misal, Go-Jek dan Grab atau Bukalapak dan Tokopedia. Masing-masing keduanya memiliki investor berbeda, walau ada yang beririsan. Contoh lainnya: Traveloka mengakuisisi Pegipegi.
  2. Akses teknologi dan legalitas. Startup dengan teknologi unik atau memiliki legalitas tertentu, bisa menarik perhatian perusahaan investasi. Selain investasi, skenario lain bisa dalam bentuk akuisisi. Tujuannya untuk dikolaborasikan demi pertumbuhannya. Contohnya, Bukalapak mengakuisisi Prelo, Go-Jek mengakuisisi Loket.

Akuisisi memang berbeda konsep dengan investasi startup. Namun, keduanya disokong tujuan yang sama; mendorong pertumbuhan perusahaan dan investornya.

Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Amal Agung Cahyadi.

Share artikel ini

Bisnis

Tags: Konsultasi

amal agung cahyadi

Selama 10 tahun lebih, Amal telah menjadi bagian dari berbagai perusahaan startup hingga unicorn seperti Traveloka, Bukalapak, Tanigroup, dan BukuKas. Kini, Amal menggeluti bidangnya di Content Marketing sebagai freelance (agungcahyadi.com).

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Jangan Mulai Bisnis Bersama Teman, Lho Kenapa?

Jangan Mulai Bisnis Bersama Teman Sendiri!

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pertemanan dalam tim bisnis meningkatkan kemungkinan pergantian pendiri sebesar 28,6%. Bagaimana bisa?

May 10, 2022 3 Min Read

Alt

Bagaimana Mengubah Bencana Menjadi Berkat

Lam Kee Hing, sebagai seorang penulis dan juga orang yang banyak berkecimpung di dunia kepemimpinan, berkisah tentang kisahnya saat tertarik menulis buku. Di akhir wawancara ini ada nasehat yang sangat baik bagi mereka yang ada keinginan untuk menulis buku.

May 19, 2021 9 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest