Catat, Ini 4 Tanda Penting Anda Harus Segera Resign!

May 25, 2022 2 Min Read
Ini 4 Tanda Penting Bahwa Anda Harus Resign
Sumber:Tara Winstead dari Pexels.com
Masih ragu untuk resign?

Terdengar familiar bukan, bahwa Anda penuh semangat saat awal mula diterima kerja, lalu semuanya berbanding terbalik ketika Anda memasuki tahun kelima?

Tidak salah lagi, Anda adalah salah satu karyawan berpotensi di perusahaan. Tapi akhir-akhir ini, Anda tidak seperti biasanya. Hilang sudah semangat, minat, dan gairah pada saat awal kerja–akhirnya Anda mempertimbangkan untuk resign.

Anda ingin resign, tapi ragu alasannya. Mungkin Anda benar-benar tidak suka dengan si bos baru, muak dengan ketidakmampuan rekan kerja Anda, menerima tawaran lain dari LinkedIn, ataupun pekerjaan Anda dirasa sudah tidak menyenangkan. Perasaan kuat ingin berhenti kerja sudah sepatutnya Anda perhatikan, bukannya diabaikan.

Nah, ini adalah 4 pertanda penting Anda harus resign:

Baca juga: Menghadapi Emosi Negatif? Bagus, Jangan Sia-siakan!

Anda stres dan lelah berlebihan

Alt

Sumber: Karolina Grabowska dari Pexels.com

Sementara stres bersifat relatif bagi setiap orang, tidak jarang kita temui kasus karyawan yang diberi beban kerja melebihi batas seharusnya. Dalam kasus ini, Anda selalu merasa lelah dan bangun dalam keadaan cemas di pagi hari karena teringat beban kerja yang seakan-akan tidak kunjung selesai.

“Hei, kamu kelihatan capek,” komentar teman Anda saat bertemu di hari libur. 

Fisik tidak bisa bohong, bahkan teman Anda saja menyadari betapa lelahnya Anda. Anda lebih mudah sakit, terbiasa tidur 4-5 jam sehari (tahukah Anda bahwa ada seorang CEO yang meninggal karena kebiasaan buruk ini?), dan berat badan Anda turun (karena pola makan tidak teratur) atau bertambah (karena stress eating). 

Kerja keras Anda sia-sia jika pada akhirnya Anda berada di rumah sakit. Mungkin ada sebagian orang yang menyanggupi beban kerja tinggi. Namun, mungkin Anda adalah salah satu dari mereka yang tidak sanggup dengan ritme kerja yang begitu berat, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. 

Sayangnya, mungkin sebelumnya Anda kurang teliti membaca kontrak kerja. Atau pembaruan organisasi membebani Anda untuk melakukan lebih banyak pekerjaan.

Jika Anda memang ingin mencapai work-life balance, maka pertimbangkanlah keputusan Anda untuk resign. Ingat bahwa Anda bekerja untuk hidup, bukan sebaliknya.

Baca juga: Catat! Kiat Memegang Kendali Atas Karier Anda

Karier stagnan

“Hubungan kita gini-gini aja,” ujar mantan kekasih Anda. Serupa dengan hubungan, pekerjaan Anda seharusnya tidak hanya sekedar soal gaji. 

Apa yang Anda kerjakan seharusnya juga mengembangkan diri Anda, baik itu dari segi karakter, kompetensi, dan lain sebagainya. Sementara gaji secara intuitif menjadi alasan utama kebanyakan orang dalam memilih pekerjaan, penelitian menunjukkan bahwa orang juga termotivasi oleh pekerjaan yang menarik dan menantang. Ketika tidak ada lagi semangat yang tersisa untuk bekerja, itulah saatnya Anda mempertimbangkan hal lain.  

Saat saya bekerja di sebuah perusahaan farmasi, saya perlu berkendara 4-6 jam untuk mengunjungi apotek dan rumah sakit di luar kota. Seperti salesman manapun, saya belajar berkomunikasi dengan orang asing dan membangun relasi.

Saya adalah karyawan terbaik pada masa itu. Ketika saya merasa sudah mempelajari semuanya, saya tahu ini waktunya saya pergi. Saya resign karena ingin belajar di lingkungan lain yang benar-benar baru bagi saya.

Ketika Anda mencapai titik di mana bekerja terasa begitu-begitu saja–hanya bagaikan rutinitas “pengisi” hari Anda, pertimbangkanlah untuk resign. Keputusan tersebut hanya bisa dibuat oleh Anda, bukan atasan ataupun perusahaan Anda.

Baca juga: 5 Alasan Kenapa Anda Harus Menghargai Rekan Kerja Anda

Tidak cocok dengan rekan kerja

Alt

Sumber: Yan Krukov dari Pexels.com

Meskipun gajinya tidak seberapa, kebanyakan orang akan tetap bekerja di suatu perusahaan karena lingkungan kerjanya mendukung.
 
“Selamat datang Jonathan di keluarga (nama perusahaan)!” sapa spanduk berkilap neon di bilik saya pada hari pertama saya bekerja. Saya masih ingat hari istimewa itu, ketika saya tahu saya berada di lingkungan yang tepat.
 
Sayangnya, tidak semua orang dianugerahi hal tersebut. Beberapa dari kita merasa tidak cocok, tertekan, dan tidak nyaman dengan rekan kerja di kantor. Biasanya saya tunggu hingga 6 bulan untuk menentukan apakah saya bisa beradaptasi atau tidak.
 
90 hari pertama, saya coba bersosialisasi dengan ikut acara kantor, festival olahraga, dan menjadi volunteer ketika HR membutuhkan. Tapi ada kalanya Anda sudah berinisiatif dan lingkungan kerja Anda memang kurang cocok. Tidak ada yang tertawa pada lelucon Anda, Anda tidak diajak makan siang, dan menurut mereka serial TV favorit Anda membosankan.
 
Secara alami Anda merasa ditolak, tapi jangan pernah merasa bahwa itu semua tentang Anda. Pada dasarnya, tidak semua organisasi itu cocok untuk Anda.
 
Anda tidak perlu menjelaskan alasan pribadi Anda. Anda berhak pergi dan berada di antara mereka yang benar-benar peduli dengan Anda. 

 Baca juga: Rahasia Sukses Kepemimpinan Steve Jobs, Sang Pendiri Apple

Atasan yang menyebalkan

Alt

Sumber: Yan Krukov dari Pexels.com

Kebanyakan orang meninggalkan bos mereka, bukan pekerjaannya. Penelitian Gallup tahun 2011 membuktikan bahwa alasan utama orang-orang resign adalah karena memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan atasan mereka.
 
Motivasi adalah pendorong utama untuk tetap berkomitmen pada pekerjaan Anda–dan atasan Anda ikut bertanggung jawab atas hal ini. 
 
Itulah mengapa beberapa dari kita menggunakan jasa personal trainer. Instruktur dibayar bukan untuk sekedar menyuruh, tapi juga ‘memaksa’ ketika kita malas untuk berolahraga.
 
Ada kalanya kita membenci pekerjaan kita, namun tetap bertahan karena dua alasan. Anda ingin membuat atasan Anda terkesan atau percaya bahwa kemampuan Anda sedang diuji.
 
Anda mengerti bahwa atasan Anda memiliki niat baik. Tentunya kita semua membutuhkan pemimpin yang membuat kita berkata, “Saya ingin seperti dia.”
 
Apakah Anda tetap ingin bekerja dengan atasan Anda selama 2 tahun ke depan? Jika tidak, mungkin Anda perlu pindah ke divisi atau organisasi lain karena cepat atau lambat, kemungkinan besar atasan Anda menjadi alasan Anda untuk resign. Anda akan pergi mengetahui bahwa Anda pantas mendapatkan seseorang yang lebih baik.
 
Saya pernah memiliki bos yang sangat tegas. Tapi saya belajar banyak darinya dan yakin tidak ada yang bisa menggantikan ilmu yang bos saya berikan kepada saya.
 
Maka dari itu, jangan langsung berhenti dari bos yang sedang menguji Anda. Ya, Anda berhak pergi jika memiliki filosofi atau tujuan yang berbeda dengan atasan Anda. Namun, pertimbangkan kembali jika atasan Anda sedang “mendorong” kemampuan Anda.
 

Kesimpulan

Resign adalah keputusan yang baik jika waktu dan alasannya tepat. Namun, terkadang kita ragu karena rasa takut dan stigma yang akan muncul.
 
Semakin cepat Anda membuat keputusan, semakin sedikit pula opportunity cost yang Anda keluarkan untuk bergabung di perusahaan baru yang cocok untuk Anda.
 
Sebelum Anda serahkan surat pengunduran diri tersebut, jangan lupa untuk menyelesaikan segala bentuk tanggung jawab dan masalah di perusahaan sebelumnya ya. Semoga sukses!

Artikel ini diterjemahkan dari 4 Concrete Signs That It's Time To Make an Exit

Tonton juga:

Share artikel ini

Kepemimpinan

Tags: Konsultasi

Alt

Jonathan Allen Yabut adalah seorang Managing Director di The JY Consultancy & Ventures dan penulis buku From Grit to Great.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Seorang wanita sedang mengobrol di kantor

Mengapa Kita Tidak Melihat Wanita Sebagai Pemimpin?

New York Times mencatat bahwa terjadi penurunan jumlah pemimpin wanita sebanyak 25%. Bagaimana bisa bias gender dan kurangnya representasi wanita di posisi kepemimpinan tetap terjadi?

Mar 08, 2022 3 Min Read

Ilmu Kepemimpinan Ala Samurai

Ilmu Kepemimpinan Ala Samurai

Kira-kira, bagaimana kita bisa mengaplikasikan ilmu kepemimpinan ala samurai dalam kehidupan sehari-hari? Simak pembahasan lengkapnya pada livestream berikut ini! \

Jan 25, 2022 36 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest