Sudahkah Belajar Jadi Bagian dari Masa Depanmu?

May 30, 2022 4 Min Read
Laki-laki berkacamata yang sedang belajar
Sumber:Kaushal Moradiya dari Pexels.com
Belajar seumur hidup, untuk apa?

Jika dihitung per minggu, kira-kira berapa lama waktu yang kamu habiskan untuk belajar? Sejam? Tiga jam? Lebih dari 10 jam? Atau mungkin, tidak sama sekali?

Sejam atau kurang adalah rata-rata pada umumnya untuk orang Australia, menurut laporan dari Swinburne University’s Centre for the New Workforce.

Berdasarkan data sebelum pandemi, laporan tersebut mencatat bahwa 3 dari 5 pekerja khawatir akan keahlian mereka di 5 tahun mendatang. Meski demikian, lebih dari setengah partisipan survey menghabiskan waktu kurang dari satu jam seminggu untuk belajar dalam bentuk apapun. 58% tidak mengikuti pelatihan formal dalam 12 bulan sebelum survei. Hanya 15% dari mereka menghabiskan waktu lima jam atau lebih untuk belajar setiap minggunya.

Laporan tersebut mengkaji hubungan antara pembelajaran, kolaborasi, dan inovasi. “Inovasi terhambat karena tidak adanya proses belajar di tempat kerja. Akibatnya, para pekerja semakin tertinggal dengan pekerjaan mereka,” ujar para peneliti di Swinburne University. 

Sudah pasti menciptakan budaya belajar di tempat kerja itu penting, baik melalui pelatihan atau mentoring. Dalam buku The Fifth Discipline, Peter Senge berpendapat bahwa ‘Organisasi Pembelajar’ adalah organisasi yang mampu mendorong individu di dalamnya untuk saling belajar satu sama lain dan mengembangkan kompetensi diri. Mereka adalah orang-orang yang think outside the box dan bekerja sama untuk menemukan solusi terbaik.

Baca juga: Prediksi Tren Pekerjaan 2022

Senge merumuskan 5 elemen penting: berpikir sistem (systems thinking), penguasaan pribadi (personal mastery), model mental (mental models), visi bersama (shared visions), dan pembelajaran kelompok (team learning). Baca penjelasan singkatnya di sini.

Namun, tidak cukup untuk sebuah organisasi menjadi ‘Organisasi Pembelajar’; kita semua perlu menjadi learning master diri masing-masing, bukan?

Mengapa demikian? Sering kali, pembelajaran terbaik adalah proses yang kita lakukan sendiri. Ini adalah perihal bagaimana kita memenuhi tanggung jawab untuk terus belajar seumur hidup.

Terdapat berbagai macam pendekatan dalam belajar, salah satunya berdasarkan kerangka kerja UNESCO pada tahun 1996, Learning: The Treasure Within. Melalui laporan tersebut, ditegaskan bahwa pembelajaran seumur hidup adalah hal yang paling utama dalam menghadapi masa depan.

Meskipun laporan tersebut dimaksudkan sebagai kurikulum anak, terdapat beberapa poin yang penting untuk dipahami semua orang:

Baca juga: 8 Skill Penting yang Sangat Dibutuhkan di Masa Depan

Learning to know – memperoleh dan mengembangkan basis pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan di masa kini. 

Learning to do – memperoleh dan mengembangkan kemampuan dan kompetensi untuk bisa berpartisipasi dalam masyarakat dan dunia kerja saat ini. Hal ini meliputi kemampuan fungsional dan teknis, kepemimpinan, dan kompetensi manajerial.

Learning to be – fokus belajar dan mengembangkan diri untuk membekali diri dengan kapasitas kognitif dan emosional untuk beroperasi dengan otonomi, penilaian, pilihan, etika, dan penalaran. Hal ini menitikberatkan fokus pada tubuh, pikiran, dan jiwa supaya kamu bahagia, sehat, dan berkembang. 

Learning to live together – mengembangkan keterampilan sosial, interpersonal, dan kemampuan untuk bekerja sama, mengatasi konflik, serta hidup dan bekerja dengan orang-orang dari berbagai latar belakang. Hal ini menyangkut kebutuhan akan koneksi, kolaborasi, dan kerja sama–yakni semua elemen penting untuk kehidupan yang memuaskan bersama orang lain.

Nah, kamu bisa mulai terapkan pilar-pilar di atas dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:

  1. Berapa banyak waktu yang kamu dedikasikan untuk menerapkan 4 pilar di atas? Jika kamu belum bisa menjawabnya, catat pembelajaran kamu selama sebulan dan hitung hasilnya.
  2. Berdasarkan pilar tersebut, tentukan fokusmu sekarang. Apakah per pillar sudah seimbang atau masih kurang? 
  3. Setelah paham kekuranganmu di mana, pertimbangkan apa yang harus lebih sering kamu lakukan. Tentunya kamu ingin meluangkan waktu yang relevan untuk pekerjaan, kehidupan, hubungan, dan komunitas di sekitarmu. 
  4. Selanjutnya, kamu perlu menentukan cara untuk mengatasi kemungkinan kesenjangan antar pillar nantinya.


Seiring kamu belajar, ingat baik-baik kutipan dari seorang penulis E.O. Wilson, “We are drowning in information while starving for wisdom”.

Artikel ini diterbitkan ulang dengan izin dari michellegibbings.com

Tonton juga:

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Konsultasi

Alt
Selain ahli di bidang kepemimpinan dan perubahan, Michelle Gibbings juga merupakan seorang founder perusahaan konsultan bisnis bernama Change Meridian. Pada tahun 2016, Gibbings menerbitkan bukunya berjudul ‘Step Up: How to Build Your Influence at Work’.
Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

introvert dan ekstrovert

Otak Introvert dan Ekstrovert, Apa Bedanya?

Oleh Heru Wiryanto. Sering kali banyak yang salah kaprah mengenai konsep introvert dan ekstrovert. Lantas, apa yang membedakan keduanya dari sudut pandang neurobehavior?

Jun 05, 2024 3 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest