Remote Working di Indonesia: Antara Kultur, Disiplin, dan Realita

Freepik dari Freepik.com
Saat dunia beradaptasi dengan konsep kerja jarak jauh alias remote working, Indonesia menghadapi tantangan yang tidak bisa dianggap enteng. Meski terlihat menjanjikan, penerapan remote working di tanah air belum bisa berjalan semulus di negara-negara maju. Apa alasannya? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Baca juga: 5 Cara Penting Seorang Multitasker Memulai Hari
Kultur Kerja di Indonesia: Bekerja Itu Harus Kelihatan
Di Indonesia, ada budaya kerja yang cukup kental: hadir di kantor = produktif. Banyak perusahaan masih menganggap kehadiran fisik sebagai tolak ukur kerja keras. Pola pikir ini berakar pada keyakinan bahwa supervisi langsung penting untuk memastikan karyawan benar-benar bekerja. Dengan kata lain, absensi menjadi indikator kinerja, bukan hasil kerja.
Selain itu, interaksi sosial di tempat kerja juga dianggap penting. Bekerja di kantor memberi ruang untuk diskusi spontan dan hubungan interpersonal yang lebih erat. Hal ini sulit direplikasi dalam setup remote, meskipun ada Zoom atau Teams.
Disiplin Kerja: Antara Ekspektasi dan Realita
Disiplin menjadi salah satu tantangan utama dalam remote working. Tidak sedikit pekerja yang kesulitan membagi waktu antara pekerjaan dan aktivitas pribadi. Misalnya, bekerja dari rumah kadang berarti tergoda rebahan lebih lama, sibuk dengan urusan rumah tangga, atau bahkan "menunda" tugas hingga mendekati deadline.
Dalam beberapa kasus, remote working di Indonesia juga disalahgunakan. Ada cerita tentang karyawan yang malah mengambil pekerjaan sampingan saat jam kerja, atau menghilang saat meeting online. Hal ini menunjukkan bahwa remote working membutuhkan tingkat kedewasaan dan tanggung jawab yang tinggi, yang sayangnya belum semua pekerja di Indonesia miliki.
1. Spotify: Kebebasan Kerja Di Mana Saja

Freepik dari Freepik.com
Berbeda dengan banyak perusahaan, Spotify menerapkan pendekatan "Work From Anywhere". Karyawan diberikan kebebasan untuk bekerja dari mana saja, selama target dan pekerjaan mereka selesai. Spotify percaya bahwa produktivitas tidak selalu harus terkait dengan lokasi fisik. Kebijakan ini didukung oleh infrastruktur dan sistem yang memungkinkan kolaborasi jarak jauh secara efektif.
Spotify sudah memiliki beberapa keberhasilan dengan kebijakan ini. Salah satunya adalah meningkatnya tingkat kepuasan karyawan, yang berujung pada peningkatan retensi talenta. Selain itu, Spotify berhasil menjangkau tenaga kerja global yang lebih luas tanpa terbatas oleh lokasi geografis. Mereka percaya bahwa kebijakan ini membantu menciptakan diversitas dan inklusi yang lebih baik dalam tim.
Tesla dan X: Kembali ke Kantor ala Elon Musk

Freepik dari Freepik.com
Di sisi lain, Elon Musk punya pandangan berbeda. Di Tesla dan X (dulu dikenal sebagai Twitter), Musk mewajibkan karyawan untuk kembali bekerja di kantor. Ia percaya bahwa kolaborasi langsung dan interaksi tatap muka adalah kunci inovasi dan efisiensi. Musk bahkan menyebut remote working sebagai "eksperimen yang gagal" bagi beberapa perusahaan.
Eksperimen gagal yang dimaksud oleh Musk merujuk pada penurunan produktivitas dan kesulitan koordinasi yang dirasakan selama periode remote working. Ia menyoroti bahwa beberapa karyawan justru kehilangan fokus dan tidak dapat berkontribusi maksimal karena kurangnya pengawasan langsung. Bagi Musk, kerja di kantor memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih cepat dan brainstorming ide secara real-time.
Baca juga: Mengapa Orang Indonesia Tidak Terbiasa dengan Feedback?
Praktik Remote Working di Indonesia
Beberapa perusahaan di Indonesia, terutama startup dan perusahaan teknologi, telah mencoba remote working. Namun, ada juga contoh di mana penerapan ini kurang berhasil:
- Perusahaan Distribusi Lokal: Salah satu perusahaan distribusi besar di Indonesia menemukan bahwa logistik dan koordinasi jarak jauh menyebabkan keterlambatan pengiriman dan kesalahan komunikasi. Hal ini memaksa mereka kembali ke model kerja berbasis kantor untuk divisi operasional.
- Sektor Layanan Pelanggan: Sebuah perusahaan BPO (Business Process Outsourcing) yang mencoba WFH untuk layanan pelanggan mendapati penurunan kepuasan konsumen karena karyawan sering kali menghadapi gangguan di rumah. Akibatnya, mereka beralih ke model hybrid.
- Perusahaan Media Digital: Salah satu media online terkemuka di Indonesia melaporkan bahwa proses kreatif, seperti brainstorming konten dan produksi video, lebih efektif dilakukan secara tatap muka. Mereka akhirnya menetapkan kebijakan kerja hybrid untuk meningkatkan produktivitas.
Risiko Remote Working di Indonesia

Pikisuperstar dari Freepik.com
Remote working di Indonesia menyimpan risiko, terutama karena pengawasan yang terbatas. Berikut beberapa tantangan yang sering muncul:
- Produktivitas Menurun: Tanpa pengawasan langsung, beberapa pekerja cenderung kehilangan fokus.
- Komunikasi Terhambat: Koordinasi jadi lebih sulit, terutama jika karyawan tidak terbiasa dengan tools online.
- Penyalahgunaan Waktu: Beberapa karyawan menggunakan waktu kerja untuk kegiatan pribadi atau pekerjaan lain.
Baca juga: Temukan Passion dalam Pekerjaan
Solusi untuk Masa Depan
Meski penuh tantangan, remote working tidak sepenuhnya mustahil di Indonesia. Dengan pendekatan yang tepat, konsep ini bisa berhasil. Beberapa langkah yang bisa diambil:
- Membangun Budaya Hasil: Fokus pada output, bukan hanya kehadiran.
- Pelatihan Disiplin: Memberikan pelatihan tentang manajemen waktu dan tanggung jawab.
- Infrastruktur Digital: Memastikan alat dan sistem pendukung bekerja optimal.
Remote working memang memberikan fleksibilitas, tapi juga membutuhkan disiplin dan tanggung jawab. Indonesia masih dalam proses untuk menemukan keseimbangan antara budaya kerja tradisional dan kebutuhan zaman modern. Apakah remote working bisa menjadi masa depan di Indonesia? Hanya waktu yang bisa menjawab. Tapi satu hal pasti: tanpa perubahan mindset, sulit rasanya membuat remote working sukses di negeri ini.
Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Deddy Mahyarto Kresnoputro.
Kepemimpinan
Tags: Kepemimpinan Tanpa Batas
Head of Student Recruitment and Promotion at IPMI International Business School