"Tahu nggak? Sebenarnya awal kuliah aku anaknya pasif banget. Mageran, mau ikut ini itu minder, takut pula diwawancara. Sampai akhirnya pas semester 4 aku ngerasa hidupku terlalu monoton. Apalagi itu lagi pandemi,” tutur Vena.
Selama 4 semester, keseharian Vena tidak jauh dari siklus ‘kuliah-main-kuliah-main’. Tugas terkumpul dan IPK standar sudah cukup membuatnya puas pada masa itu. Terlebih, orang-orang di sekitarnya juga memiliki kebiasaan yang sama. Jika bukan dirinya sendiri yang tergerak untuk berubah, Vena yakin mungkin hingga saat ini kondisinya tidak akan jauh berbeda.
Bosan dengan rutinitas pandemi, Vena kemudian memberanikan diri untuk mendaftar program pertukaran pelajar ke Jepang. Bermodalkan tekad, usahanya membuahkan hasil.
“Puji Tuhan aku dapet yang half-funded! Meskipun ditunda karena pandemi, itu jadi motivasi buat aku banget.”
Begitulah awal mula kisah Vena menoreh prestasi. Tertarik mencoba hal lain, Vena kemudian mendaftar program beasiswa XL Future Leaders (XLFL). Vena mengakui tidak berekspektasi banyak karena dirinya termasuk sebagai beberapa orang pertama yang mendaftar program XLFL dari universitasnya.
Dugaannya pun keliru. Pada November 2020, Vena diterima sebagai salah satu dari 160 awardee XLFL Batch 9. Vena terpilih dari 35.864 orang meskipun dirinya pesimis akan kalah dengan pendaftar lainnya yang berasal dari PTN ternama.
“Aku nggak nyangka banget bisa keterima XLFL, secara pengalamanku waktu itu belum banyak. Tapi ya, aku bangga ke diri sendiri karena akhirnya berani untuk mencoba hal baru.”
Baca juga: Rasional Menghadapi Life Quarter Crisis
Lingkungan Baru, Tantangan Baru
Menjadi bagian dari XLFL adalah tantangan bagi Vena. Ia mengakui teman-teman barunya termasuk tipikal yang ambisius dan high achiever, sungguh berbanding terbalik dengan lingkungan Vena sebelumnya.
“Habis keterima XLFL, aku culture shock sih. Mayoritas temen-temenku di sana tuh yang sering ikutan lomba, bikin komunitas, ikut pertukaran pelajar berkali-kali, dan bahkan ada yang udah jadi management trainee di perusahaan FMCG. Semalas-malasnya mereka, masih punya achievement gitu. Dari sinilah aku terpacu sama lingkunganku yang baru.”
Vena kembali meneruskan misinya. Sejak awal 2021, ia mendaftar magang dan program pertukaran pelajar di banyak tempat.
Namun, usahanya tidak selalu berjalan mulus.
Nyari kerja kan emang susah ya. Aku sering ngelamar, dan sering ditolak juga. Karena itu aku introspeksi dari CV, ngeliat kurangnya dimana. Terus coba daftar lagi.
Vena melalui masa-masa sulit layaknya mahasiswa pada umumnya. Baik itu ditolak magang berkali-kali, beradaptasi di lingkungan baru, problematika skripsi, hingga mengalami fear of missing out (FOMO) terhadap teman-temannya.
Ada kalanya ia kecewa, jenuh, dan membutuhkan waktu sejenak dari hiruk pikuk ambisi dan mimpi.
Meskipun begitu, semangatnya tidak pernah padam. Vena memiliki cita-cita untuk berkecimpung di industri media. Di masa paling sulitnya pun, impian Vena menjadi secercah harapan yang memotivasinya untuk terus berjuang.
Dan benar saja, jerih payahnya tidak sia-sia.
Agustus 2021, Vena berhasil magang di Narasi sebagai video editor. Pada bulan yang sama, Vena lolos seleksi pertukaran pelajar ke Filipina. Dari Maret 2022 hingga sekarang, Vena resmi menjadi karyawan kontrak di Kumparan.
Proses Vena memang tidak instan, tapi di sinilah ia belajar untuk mengembangkan diri selangkah demi selangkah menuju mimpinya.
Baca juga: Bersaing dengan Ribuan Kandidat, Bagaimana Agar Saya Diterima Kerja?
Vena dan Sikap Can-Do Attitude-nya