Mungkin kamu sudah pernah mendengar kisah inspiratif antara seorang nelayan dan pengusaha ini. Suatu hari, ada seorang nelayan yang sedang menikmati harinya di tepi sungai. Datanglah seorang pengusaha kaya yang tampaknya sedang stres.
Pengusaha tersebut menghampiri si nelayan, “Kamu tidak bisa mendapatkan banyak ikan dengan satu joran pancing. Mumpung masih muda, sebaiknya kamu cari pekerjaan lain untuk mendapatkan lebih banyak uang.”
“Untuk apa?” tanya si nelayan.
“Untuk membeli perahu sehingga kamu bisa melaut lebih jauh dan menangkap lebih banyak ikan!”
“Lalu?” jawab si nelayan.
“Nantinya kamu bisa membeli banyak perahu dan membayar orang untuk membantumu bekerja.”
“Memangnya kenapa?” tanya si nelayan kesekian kalinya.
“Masa kamu belum paham? Kamu bisa membangun armada kapal penangkap ikan yang berlayar ke seluruh dunia dan memiliki ratusan karyawan yang akan menangkap ikan untukmu!”
Si nelayan bertanya sekali lagi, “Apa yang akan saya dapatkan dari itu?”
“Kamu bisa menjadi sangat kaya sampai tidak perlu bekerja seperti ini lagi! Enak kan, tinggal bersantai dan menikmati hidup?” sahut si pengusaha.
Si nelayan tersenyum dan berkata, “Lalu, kamu pikir aku ini sedang apa?”
Baca juga: Penderitaan dari Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Filosofi ‘Carpe Diem’
Mungkin nelayan tersebut familiar dengan filosofi ‘carpe diem’, yakni frasa dalam bahasa Latin yang artinya ‘petiklah hari’. Kalimat lengkapnya adalah ‘carpe diem, quam minimum credula postero’ yang berarti: ‘petiklah hari dan percayalah sedikit mungkin akan hari esok’. Carpe diem termasuk sebagai moto filosofis tertua dalam sejarah budaya Barat – yang mana pertama kali dicatat lebih dari 2.000 tahun lalu oleh penyair Romawi bernama Horace.
Carpe diem bermaksud agar kamu fokus pada apa yang sedang terjadi saat ini. Nikmati keunikan dan nilai dari setiap momen yang ada dalam hidup, mengingat realita bahwa waktu berjalan dengan cepat dan hidup itu singkat.
Faktanya, carpe diem memiliki keterkaitan dengan frasa Latin lainnya, memento mori, yang berarti ‘ingatlah akan kematianmu’. Sebagaimana disampaikan oleh Shakespeare secara eksplisit, kita semua adalah ‘makanan untuk cacing’. Semua frasa ini menegaskan bahwa hidup kita akan berakhir, maka manfaatkan sebaik mungkin selagi kita masih hidup.
Bagaimana Selama Ini Kamu Memanfaatkan Waktu?