“Oh, kamu masih sangat muda,” ujar klien saya begitu mengetahui usia saya.
Kalau saja saya mendapatkan uang setiap kali seseorang mengatakan hal itu, mungkin saya tidak perlu menyambi sebagai tukang cukur lagi.
Tapi serius, ageisme (diskriminasi usia) sangatlah menyebalkan.
Mungkin bukan saya saja yang pernah berada dalam situasi ini. Kamu mungkin pernah suatu ketika bertemu seseorang dan diremehkan olehnya karena kamu terlihat ‘terlalu muda’ atau ‘terlalu tua’.
Meskipun saya mengerti klien saya tidak bermaksud merendahkan, sering kali ucapan seperti itu berkonotasi negatif meskipun bukan begitu maksudnya. Ironisnya, mungkin masing-masing dari kita pernah melakukan kesalahan yang sama.
Bukan Soal Usia, Tapi Pola Pikir
Seiring berjalannya waktu, definisi tradisional mengenai pada usia berapa seseorang dianggap pantas bekerja telah berevolusi. Stereotip soal usia sudah tidak lagi relevan.
Beberapa bisnis paling sukses di dunia pun dimulai oleh orang-orang yang bahkan tidak menyelesaikan sekolah atau perguruan tinggi.
Kesan pertama dan prasangka pasti muncul ketika bertemu seseorang untuk pertama kalinya. Namun, meneruskan persepsi tersebut dapat membatasi keyakinan seseorang tentang dirinya dan potensi yang ia miliki.
“Usia tidak menjadi masalah selama kita bisa memberikan kontribusi yang berarti di mana saja. Kesesuaian, kemampuan, pengalaman, kedewasaan, dan performa adalah faktor yang lebih penting,” ujar Laura Yee, HR Lead di Leaderonomics.
“Poin pentingnya adalah kemampuan seseorang untuk memanfaatkan wawasan dan pengalaman yang telah dimiliki dengan perannya saat ini,” tambahnya.
Baca juga: IQ ChatGPT = 155, Sepintar Itukah?
Era Menjadi Bos Bagi Diri Sendiri
Entrepreneurship adalah suatu kata yang saking seringnya digunakan menjadi sangat klise. Nyatanya, banyak orang tidak sekedar memiliki pekerjaan; mereka menciptakan lapangan pekerjaan dari apa yang mereka sukai.
Anggaplah kamu berusia 27 tahun dan mulai mengunggah vlog di YouTube karena hobi. Bisa saja beberapa tahun kemudian kamu menjadi YouTuber terkenal dengan bisnis sukses.
Kamu bisa menjadi seseorang yang ingin membantu mereka yang tidak mampu untuk memiliki tempat tinggal lalu merintis organisasi dengan fokus tersebut. Pada usia berapapun.
Adapun fotografer pernikahan, personal trainer (PT), produser video YouTube, makeup artist, influencer, dan masih banyak lagi.
Berkat banyaknya informasi dan peluang yang ada, kamu bisa menjadi bos diri sendiri dan tidak ada yang akan menghentikanmu (ya, kecuali anggota keluarga yang tidak setuju).
Memulai dan Meneruskan Kapan Saja
Sering kali usia menjadi faktor penentu kedewasaan dan pengalaman seseorang. Saya pernah bertemu dengan ibu-ibu berusia 79 tahun yang merupakan seorang pengajar. Nyatanya, pada usia yang sudah tergolong lansia, beliau mengatakan bahwa ia baru saja mengikuti ujian.
Namun, tidak dapat dipungkiri di beberapa profesi batasan usia memang dibutuhkan.
Pada dasarnya, semua bergantung pada pengalaman atau kemauan seseorang untuk belajar. Kamu bisa saja berusia 28 tahun dan tengah memimpin perusahaan yang telah kamu rintis sejak bertahun-tahun lalu namun masih dianggap muda dan belum cukup pengalaman.
Di sisi lain, kamu bisa memulai karier pada usia 60 karena suatu alasan. Memang sifat manusia suka berasumsi. Hanya saja, jangan sampai asumsi yang belum tentu benar tersebut menjadi tolak ukur mutlak kita pada orang lain.
Percayalah, Usia Bukan Segalanya
Tidak ada yang berhak untuk mengatakan bahwa kamu tidak bisa memulai bisnis pada usia 25 tahun. Dari sekian banyaknya hal yang ingin kamu lakukan, percayalah kamu tidak ‘terlalu tua’ atau ‘terlalu muda’ untuk itu semua.
Bagi kamu yang saat ini sedang menekuni hal yang kamu sukai pada usia yang tampaknya ‘tidak normal’ di mata orang lain, you’re doing great!
Bagi kamu yang tidak membiarkan usia untuk membatasi potensi diri kamu, you’re doing great!
Semoga mimpi-mimpi kita tercapai, terlepas pada usia berapapun kita berusaha menggapainya.
Baca juga: 10 Pelajaran dari 10 Tahun Perjalanan Karier