Penasaran berapa, sih, IQnya ChatGPT? Eka Roivainen, psikolog di Amerika Serikat melakukan pengujian dengan WAIS (Wechsler Adult Intelligent Scale) edisi ke-3. Hasilnya diperkirakan berdasarkan lima subtes, IQ Verbal dari ChatGPT adalah 155, superior dari 99,9% peserta tes yang membentuk sampel standarisasi WAIS III di Amerika Serikat sebanyak 2.450 orang. Karena chatbot tidak memiliki mata, telinga, dan tangan yang diperlukan, ia tidak dapat mengikuti subtes nonverbal WAIS. Namun, skala IQ Verbal dan IQ full scale sangat berkorelasi dalam sampel standarisasi, sehingga ChatGPT terlihat sangat cerdas menurut standar manusia manapun. (Catatan: WAIS III merujuk pada Wechsler Adult Intelligence Scale III, sebuah tes kecerdasan yang digunakan dalam pengukuran IQ).
Impresi pengujinya sebagai psikolog klinis juga menyatakan bahwa ChatGPT memiliki sikap yang baik saat mengikuti tes. Tidak menunjukkan kecemasan tes, kurangnya konsentrasi, atau kurangnya usaha. ChatGPT juga tidak mengeluarkan komentar skeptis yang tidak diundang tentang tes kecerdasan dan para pengujinya, ujar Roivainen.
Jadi, apakah pekerjaan manusia atau profesional lainnya terancam oleh AI? Semoga belum. Meskipun memiliki IQ tinggi, ChatGPT diketahui sering gagal dalam tugas-tugas yang membutuhkan pemikiran layaknya manusia atau pemahaman tentang dunia fisik dan sosial. ChatGPT mudah gagal dalam teka-teki yang jelas, seperti "Apa nama depan ayah dari anak-anak Sebastian?" (ChatGPT pada 21 Maret: Maaf, saya tidak dapat menjawab pertanyaan ini karena saya tidak memiliki cukup konteks untuk mengidentifikasi Sebastian yang mana yang Anda maksud.) Tampaknya ChatGPT gagal dalam bernalar secara logis dan cenderung mengandalkan database luasnya tentang fakta-fakta "Sebastian" yang disebutkan dalam teks online.
Baca juga: 7 Cara Update Kemampuan Otak untuk Menghadapi AI
Kecerdasan atau IQ itu kompleks. Kecerdasan relatif dengan ‘apa’ yang diukur oleh suatu alat tes kecerdasan, karena banyak nomenklatur kompetensi serta keterampilan berpikir yang dimiliki oleh manusia. Charles Spearman yang menemukan analis faktor mengungkapkan ada yang dinamakan g-factor kemudian Teori Catell-Horn mengenai Gf-Gc, di mana Fluid Intelligence mengacu pada kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah baru dengan menggunakan kemampuan reasoning, sedangkan Crystallized Intelligence mengacu pada kemampuan yang berasal dari pengetahuan yang sangat bergantung pada pendidikan dan akulturasi serta resisten dari dampak pertambahan usia.
Mengenai Fluid Intelligence, Catell percaya bahwa elemen ini merupakan bentuk dari fungsi faktor biologis dan neurobiologis yang sangat rentan terpengaruh oleh pertambahan usia. Gf dipercayai Catell, merupakan hasil dari belajar insidental individu dengan lingkungannya, yang mencakup kemampuan penalaran induktif dan deduktif yang dipengaruhi oleh faktor biologis dan neurobiologis. Nah, kompleks bukan? Wallahualam bish-shawab apakah ChatGPT memiliki faktor biologis dan neurobiologis yang berkembang di balik itu semua. Setidaknya, hal ini menyadarkan kita bahwa tes psikometri bukanlah satu-satunya alat untuk mengungkap kecerdasan seseorang.
Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Heru Wiryanto.