Memunculkan Ide dari Pikiran yang Jenuh

Benzoix dari Freepik.com
Kita semua pasti pernah merasa lelah dan seakan-akan berada dalam situasi creative block yang tidak kunjung usai.
Karenanya, pikiran tentang memulai suatu hal yang baru, menghasilkan ide berbeda, atau melihat sesuatu dari perspektif lain terasa sangat sulit.
Ekonom John Maynard Keynes pernah berkata: “Kesulitan terbesar bukanlah dalam mengembangkan ide baru, tetapi dalam melepaskan yang lama”.
Memang, melepaskan ide-ide lama itu sulit. Ketika kita lelah, motivasi kita pun umumnya juga menurun sehingga berdampak pada kreativitas kita. Ibaratnya, otak kita sebagai baterai sudah habis dan pengisi dayanya berhenti bekerja.
Jadi, apa yang harus kita lakukan ketika mengambil waktu untuk istirahat bukanlah pilihan? Yuk, simak solusinya:
1. Kenali dan Resapi Motivasi Diri

Vlada Karpovich dari Pexels.com
Ada gagasan keliru bahwa motivasi datang secara ajaib sehingga kita dapat menunggu hingga motivasi tersebut muncul. Padahal, kita pun harus memantiknya.
Ketika kamu tidak mau melakukan sesuatu, duduklah dan mulai apapun yang perlu kamu kerjakan. Memang ini butuh kedisiplinan, kamu bisa dorong dengan menetapkan tujuan kecil. Katakanlah ke diri sendiri, “saya akan mengerjakan ini selama 15 menit dan setelahnya bisa minum kopi” (kalau saya sih, lebih suka teh).
Ketika sudah 15 menit, kemungkinan besar kamu akan konsisten menyelesaikan tugas tersebut.
Baca juga: 8 Kegiatan yang Ampuh Mendorong Kreativitas
2. Pahami Dua Jenis Motivasi: Intrinsik dan Ekstrinsik

Andrea Piacquadio dari Pexels.com
Pada tahun 1970-an, psikolog Edward Deci melakukan eksperimen terhadap dua kelompok mahasiswa untuk menyelesaikan puzzle. Kelompok yang diberikan insentif tampak kurang tertarik untuk menyelesaikan puzzle tersebut setelah dibayar. Sebaliknya, kelompok mahasiswa yang tidak diberikan insentif lebih lama merangkai puzzle tersebut dan tampak lebih tertarik.
Deci menyorot perbedaan antara motivasi ekstrinsik yang datang dari luar diri dan motivasi internal yang merupakan dorongan seorang individu.
Kenaikan gaji, promosi jabatan, kemenangan, status, popularitas, dan semacamnya merupakan segala bentuk dari motivasi ekstrinsik. Sebaliknya, mengerjakan tugas atau mencapai sesuatu berdasarkan tujuan, perkembangan, rasa ingin tahu, kesenangan, dan ekspresi diri termasuk sebagai motivasi intrinsik.
Penulis Daniel Pink menemukan bahwa imbalan eksternal hanya bekerja untuk pekerjaan non-kreatif, kurang cocok untuk pekerjaan yang memerlukan inovasi dan pemikiran kontemporer.
Perlu digaris bawahi bahwa motivasi ekstrinsik berada di luar kendali kita. Sebagai makhluk sosial, mudah saja kita terjebak dalam perangkap perbandingan sosial. Ketika kita membandingkan diri dengan orang lain, hal itu dapat membuat kita demotivasi, berdampak negatif pada harga diri kita, dan membuat kita terus merasa tidak cukup.
Fokuslah pada hal-hal yang berarti bagi kamu. Kemungkinan besar, motivasi intrinsik itu pun akan datang dengan sendirinya.
Baca juga: Menjadi Kapten untuk Pikiran
3. Perluas Pandangan terhadap Kreativitas

Mccutcheon dari Pexels.com
Ada baiknya kamu mendefinisikan ulang tentang proses pembuatan ide dan kreativitas.
Coba pikirkan, apakah menjadi kreatif tentang menghasilkan ide yang benar-benar baru, atau dapat pula kita mengembangkan sesuatu dari yang telah dibuat oleh orang lain?
Bagi saya, kreativitas adalah keduanya. Kreativitas dapat lahir dari berbagai macam bentuk. Daripada melabeli diri sendiri sebagai orang yang kurang kreatif, cobalah melakukan berbagai aktivitas lain yang dapat memperluas pola pikir dan menumbuhkan kreativitas serta ide-ide baru.
Sayangnya, kita sering kali meyakinkan diri sendiri kalau kita tidak kreatif. Kita pun mudah mengkategorikan orang-orang antara yang ‘kreatif’ dan ‘tidak kreatif’. Padahal, kita semua memiliki kapasitas untuk menjadi kreatif–hanya caranya saja yang berbeda bagi masing-masing individu.
Contohnya, kamu bisa menemukan ide dengan mengubah bentuk, menambah, atau mengurangi ide yang sudah ada. Ide-ide terbaik pun tidak selalu dimulai dari nol. Terkadang, perubahan kecil itulah yang dapat merubah ide biasa-biasa saja menjadi luar biasa.
4. Mengapresiasi Kerja Keras Diri
Melalui bukunya, psikolog Paul Bloom membahas tentang bagaimana manusia menghargai hal-hal yang melibatkan kerja keras dan usaha.
Paul menyinggung penelitian dari Duke University yang melibatkan 2 kelompok berbeda. Satu kelompok diberikan barang setengah jadi dan kelompok kedua diberikan barang jadi. Mereka kemudian diminta untuk menilai barang tersebut. Para peneliti menemukan bahwa nilai barang meningkat ketika partisipan merakitnya sendiri. Faktanya, mereka bersedia untuk membayar 63% lebih mahal atas barang yang mereka buat daripada kelompok yang menerima barang siap pakai.
Fenomena ini dikenal dengan sebutan ‘Ikea Effect’; mereka yang berhasil menyusun barang siap rakit (flatpack) akan tahu betapa puas rasanya dan betapa frustasinya jika tidak bisa merakitnya.
Baca juga: Belajar Bagaimana Cara untuk Belajar
5. Telusuri Apa yang Asing dan Berbeda
Sebuah studi baru-baru ini dari Harvard University menemukan bahwa orang-orang yang lebih handal dalam pekerjaan kreatif kemungkinan besar memiliki hobi dan prestasi dalam bidang yang sama.
Pada studi tersebut, partisipan diminta untuk menyelesaikan tes ‘berpikir divergen’. Tes ini melibatkan partisipannya untuk memikirkan kegunaan baru dan tidak biasa dari benda sehari-hari. Studi ini juga mengidentifikasi berbagai area otak yang digunakan dalam aktivitas kreatif dan menyimpulkan bahwa “otak kreatif ‘terhubung’ secara berbeda dan orang-orang kreatif lebih mampu menggunakan sistem otak yang biasanya tidak bekerja sama”.
Maka dari itu, coba melakukan hobi atau kegiatan yang jauh berbeda dari pekerjaanmu sehari-hari. Hal ini mampu mengaktivasi berbagai area otak dan menciptakan jalur serta kemampuan saraf baru.
Berkaitan dengan hal tersebut, bacalah secara luas. Jika kamu hanya membaca dari satu genre, kamu hanya mempersempit sudut pandangmu. Bacalah berbagai jenis bacaan agar wawasanmu datang dari berbagai sumber. Seiring waktu berlalu, kamu akan menyadari bahwa ketidaktahuan akan membawamu ke berbagai ide cemerlang.
Baca juga: Stres Bekerja? Ini 5 Tips Jaga Work-Life Balance
6.Ciptakan Suasana Baru

RDNE Production dari Pexels.com
Ketika kamu pindah ke tempat baru, otakmu akan berpikir secara berbeda. Jadi, ketika kamu merasa stuck, pindahlah ke suatu tempat dan lihat bagaimana suasana baru merangsang munculnya ide-ide baru.
Selain itu, jadilah individu yang aktif. Ketika kita bergerak dan berolahraga, kita melepaskan endorfin yang mendorong munculnya ide baru dan menenangkan pikiran seiring dengan hilangnya rasa lelah sepanjang hari.
Kita juga bisa bergaul dengan teman atau rekan kerja. Bekerja dengan orang lain yang memiliki pengalaman atau pengetahuan berbeda akan membantu kamu untuk melihat dunia dan masalah dari sudut pandang lain. Ingat, sejatinya keberagaman ide berangkat dari keberagaman pikiran.
7. Kelola Energi secara Bijak

John Mark Smith dari Pexels.com
Otakmu perlu istirahat, jadi tidurlah sesuai waktunya.
Sering kali kita memikirkan ide cemerlang ketika istirahat. Dengan beralih dari segala hiruk pikuk keseharian, kita menciptakan ruang untuk berpikir secara berbeda. Maka dari itu, perspektif atau ide baru sering kali muncul ketika kita sedang berlibur atau beristirahat tengah malam.
Simpanlah buku catatan di samping tempat tidur. Ide bisa saja muncul pada malam hari ketika otak sedang bekerja dalam mekanisme bawah sadar. Sebelum tidur, ajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau masalah yang ingin kamu atasi–kamu akan takjub dengan apa yang nanti terlintas dalam pikiranmu.
Ingat kata-kata bijak dari penulis Goethe, “Apapun yang kamu bisa lakukan atau impikan, mulailah; keberanian memiliki kejeniusan, kekuatan, dan keajaiban di dalamnya”.
Kepribadian
Tags: Konsultasi