Kecerdasan Emosi (EI) Sejauh Manakah Itu Berpengaruh

Dec 01, 2020 2 Min Read
Alt
Pentingnya EI dalam proses perekrutan karyawan, benarkah ?

Kecerdasan emosional (Emotional Intelligence-EI) didefinisikan sebagai 'kemampuan untuk mengenali, mengontrol dan mengekspresikan emosi seseorang, serta untuk menangani hubungan interpersonal secara bijaksana dan dengan empati'.

Selama dekade terakhir, para profesional, dari pendidik hingga pemimpin bisnis, telah tertarik pada pandangan dari pendukung kecerdasan emosional (EI) seperti psikolog DanEIl Goleman dan Richard Boyatzis.

Para ahli ini memperjuangkan gagasan bahwa EI merupakan faktor penting ketika membahas kepemimpinan yang berpengaruh, serta bagaimana seseorang membuat keputusan, melakukan pekerjaan, dan membangun hubungan dengan orang lain.

Namun seiring dengan penelitian puluhan tahun oleh para ahli yang memberi kita wawasan berharga tentang bagaimana pikiran manusia dirangsang, kita sering terbawa informasi baru atau terkini. Akibatnya, kita menganggap konsep seperti EI sebagai solusi untuk semua masalah yang kita hadapi di tempat kerja.

Contohnya adalah ketika EI disebut-sebut sebagai faktor penting dalam memprediksi kinerja pekerjaan. Mengutip temuan Goleman dan lainnya, banyak yang menyarankan bahwa tingkat EI harus lebih tinggi bukankah dengan kemampuan untuk memahami dan mengendalikan emosi, sambil merasakan empati terhadap orang lain, akan menghasilkan kinerja yang tinggi? Namun, penelitian menunjukkan bahwa kita mungkin telah terlalu menekankan pentingnya EI dalam kaitannya dengan kinerja pekerjaan.

 
Apa yang EI Informasikan kepada kita?

Kecerdasan emosional dapat memberi kita sedikit petunjuk tentang prestasi kerja. Namun, sejauh mana itu dapat memberikan gambaran tentang kinerja sebenarnya kurang dari yang diperkirakan sebelumnya.
Peneliti Dana Joseph, Jing Jin, DanIEl Newman dan Ernest H. O’Boyle (2015) meneliti faktor EI dalam kaitannya dengan kinerja pekerjaan dan variabel lain, dalam meta-analisis dari 15 studi terpilih. Apa yang mereka temukan sangat mengejutkan.

Saat memprediksi tingkat prestasi kerja, analisis menemukan bahwa EI hanya mampu memprediksi 8,4 persen kinerja karyawan. Selain itu, ketika mengukur kemampuan mental secara umum, para peneliti menemukan bahwa hal itu dapat memprediksi 26 persen kinerja karyawan.

Baca juga artikel "Kembangkan Kecerdasan Otak Anda"

Alt

Sumber: Pexels.com

Apa Artinya Terhadap Bisnis?

Dalam pandangan saya, seperti halnya kita cenderung merangkul konsep tertentu dengan harapan mendapatkan karyawan terbaik, kita juga cenderung menolak konsep ketika mendapatkan laporan yang tidak memuaskan tentang konsep tersebut.

Meskipun pentingnya EI telah dibesar-besarkan oleh mereka yang melihatnya sebagai faktor kunci dalam proses perekrutan, hal ini tidak merendahkan EI yang sebenarnya.

Sebaliknya, apa yang dapat kita lihat dari penelitian ini adalah bahwa manajer perekrutan harus menerapkan proses rekrutmen yang lebih holistik di mana kandidat diukur dari seluruh spektrum pertimbangan, seperti kemampuan mental umum serta keterampilan komunikasi.

Kita juga perlu berhati-hati saat menyarankan bahwa kecerdasan emosional - atau konsep lainnya - merupakan  jawaban atas masalah yang dihadapi dalam proses rekrutmen.

Apa yang disarankan oleh analisis ini adalah untuk mengatakan bahwa EI saja sebagai prediktor utama dari prestasi kerja adalah tidak benar. Kita harus lebih berhati-hati untuk tidak mengevaluasi kandidat berdasarkan satu atau dua faktor pengukuran saja.

Di saat tekanan persaingan dan minat industri meningkat, para pemimpin bisnis biasanya ingin mencari solusi cepat untuk tantangan yang mereka hadapi.

Tetapi kita mungkin perlu menekankan pentingnya meluangkan waktu untuk melakukan investasi yang signifikan dalam proses perekrutan karyawan baru.

Bagaimanapun, semua pemimpin bisnis harus menyadari tingginya biaya penggantian karyawan yang tidak cocok atau mereka yang merasa organisasi atau perusahaan itu tidak cocok untuk mereka.

Dalam jangka panjang, kunci untuk memastikan laba atas investasi yang lebih tinggi adalah melakukan investasi yang tepat dalam proses rekrutmen serta berusaha melakukannya dengan benar, dan tidak hanya mengandalkan satu atau dua faktor atau sumber daya sebagai solusi untuk semua masalah kita.

Meskipun kecerdasan emosional  memang bermanfaat, faktanya kita harus melakukan proses rekrutmen yang benar-benar mencerminkan kandidat: proses yang beragam dan luas, bukan sempit dan satu dimensi.

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Sifat Positif

Alt

Roshan is the Founder and “Kuli” of the Leaderonomics Group of companies. He believes that everyone can be a leader and "make a dent in the universe," in their own special ways. He is featured on TV, radio and numerous publications sharing the Science of Building Leaders and on leadership development. Follow him at www.roshanthiran.com

Mungkin Anda Juga Menyukai

santai rebahan main hp

Ubah Nasib Bagi 'Orang Malas'

Oleh Nafisah Arinilhaq. Bagaimana cara merubah pola pikir 'orang malas' yang dalam benaknya hanya ada kata "TIDAK MUNGKIN"?

Nov 14, 2024 6 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest