Penderitaan dari Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Dec 01, 2023 4 Min Read
perempuan yang iri dengan temannya
Sumber:

dari Freepik.com

Ada sepasang kekasih angsa yang tinggal di kolam kecil belakang rumah kami. Sejak kedatangannya, saya sering membuat cerita tentang mereka berdua. Saya membayangkan sepasang angsa yang manis dan hidup bahagia. Saya melihat keduanya terbang, memancing, dan makan. Begitu bahagianya kehidupan mereka, pikir saya.

Suatu hari, kedua angsa tersebut kembali ke kolam setelah pergi entah ke mana. Menyadari kedatangan mereka, sesuatu yang tak terduga terbenak di pikiran saya: bagaimana jika saya mengarang ini semua? Bagaimana jika ternyata mereka memiliki hubungan buruk dan berpikir kehidupan burung gagak lebih menyenangkan? Nyatanya, saya hanya tahu apa yang tampak dari luar. Bagaimana bisa saya memahami perasaan seekor angsa?

Kita memiliki kecenderungan untuk iri dengan kehidupan orang lain baik itu teman, rekan kerja, bahkan selebriti. Wadah kita berjejaring di dunia maya pun dirancang untuk proyeksi semacam ini (jangan tersinggung, LinkedIn. Semua jenis media sosial juga begini, kok). Kita mengunggah apa yang terlihat cerdas, mengesankan, dan bergengsi tentang kita. Terpampanglah wajah kita dengan penampilan profesional dan status yang sudah kita rangkai sedemikian rupa. 

Baca juga: 18 Tanda Overthinking, Apakah Kamu Mengalaminya?

Kita memiliki pilihan untuk ‘tampil’ dengan versi terbaik kita - tanpa memperlihatkan kelemahan yang kita punya.

Pasfoto tersenyum yang diedit khusus untuk unggahan media sosial tidak mengecualikan orang dari berbagai pengalaman hidup di balik layarnya. Bahkan, kisah ‘autentik’ tentang kegagalan biasanya tidak diceritakan secara keseluruhan. 

Jika kamu mengagumi seseorang yang hidupnya tampak sempurna, ketahuilah bahwa pasti ia pernah menghadapi kesulitan yang tidak ditunjukkan olehnya. 

Tentu saja kita semua paham tentang hal ini. Namun, pemahaman ini tidak mempan melindungi kita dari kecenderungan untuk merasa kurang dan iri dengan kehidupan orang lain.

Kalau kata Teddy Roosevelt, “Perbandingan adalah pencuri kebahagiaan”. Menurut Mark Twain, “Perbandingan adalah kematian dari kebahagiaan”. Sementara itu, para Buddhis menyebutnya “penderitaan dari perbandingan”.

Terserah bagaimana kita mau menyebutnya. Toh, semua kutipan di atas mengimplikasikan kesamaan dari tindakan tersebut. 

Membandingkan diri sebenarnya bisa diatasi, kok. Kita bisa secara perlahan menghentikan kebiasaan buruk ini. Berikut tipsnya:

Cara Berhenti Membandingkan Diri dengan Orang Lain

percaya diri

dari Freepik.com

1. Bayangkan kita berada pada posisi orang itu

Bayangkan hidup menjadi seseorang yang selama ini kamu banding-bandingkan - tanpa mengecualikan apapun tentangnya. Ya, kamu akan mendapatkan apa yang terlihat indah dari luar namun juga segala kekurangan yang selama ini tidak tampak. Kamu harus melupakan realita kehidupan versimu: baik itu orang-orang tersayang, bakat, pengalaman, masa depan, dan masih banyak lagi. Apakah kamu benar-benar rela?

2. Cari kebenaran di balik glamor kehidupan orang lain

Tanyakan kepada mereka yang kemilau kesuksesannya membuat kamu iri. “Apa saja, sih, yang telah kalian lalui? Kok bisa kalian mendapatkan ini semua?

Di balik pencapaian mereka, kamu pasti akan mendengar tentang keraguan diri, perceraian, pengkhianatan, depresi, penyakit, kebangkrutan, imposter syndrome, dan lainnya. Semuanya bercampur dengan segala hal lainnya yang baik. Pokoknya kita hanya melihat bagian mereka sukses saja.

Kita bisa belajar dari pandemi, saat di mana kita lebih terbuka membicarakan tantangan hidup. Pada akhirnya, kita semua pun lelah dengan standar kehidupan yang tidak realistis. 

Baca juga: Rasional Menghadapi Quarter Life Crisis

3. Tetap bersyukur

Dulu saat anak-anak saya masih kecil, kami mengadakan pertemuan keluarga setiap akhir pekan. Kebiasaan yang kami lakukan adalah masing-masing harus menyebutkan satu rasa syukur. Saat anak-anak saya mulai kesulitan untuk menjawab, masalahnya menjadi jelas. Mereka mengaitkan rasa syukur hanya dengan hal-hal besar.

Akhirnya, saya mengajari mereka untuk mensyukuri ‘hal kecil’: dipuji teman, menemukan sisa potongan kue yang mereka kira sudah habis, atau memenangkan game

Mensyukuri hal-hal kecil akan membuat kita lebih menyadari sisi positif dari kehidupan yang selama ini luput karena kita terlalu fokus pada kehidupan orang lain.

4. Manfaatkan rasa iri sebagai kompas 

Terkadang kita terlalu kewalahan dengan media sosial, sampai-sampai kita tidak tahu apa yang sebenarnya kita inginkan. Begini cara mengatasinya. 

Coba ingat sesuatu yang membuatmu iri, dan jadikan itu sebagai peta. Tempat, benda, atau perasaan itulah yang selama ini kamu inginkan. Balikkan ceritanya dan biarkan rasa iri itu menjadi pemicu. Mungkin itu akan mendorong kamu untuk bekerja lebih keras. Mungkin rasa iri tersebut akan memotivasi kamu untuk berolahraga. Jadikan rasa iri sebagai motivasi supaya kita menjadi lebih baik.

Apapun yang saat ini sedang kamu hadapi, luangkan waktu sejenak untuk mensyukuri segala hal baik di sekitar kamu. Sifat kita sebagai manusia yang suka membanding-bandingkan mungkin tidak akan pernah hilang, namun kita bisa membiasakan diri untuk tidak dikendalikan olehnya. 

Sebaliknya, fokuskan perhatian kita pada diri sendiri dan jadikan kebiasaan membandingkan ini sebagai alat pendorong diri untuk menjadi lebih baik.

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Konsultasi

Juliet Funt

Juliet Funt adalah Founder dan CEO dari Juliet Funt Group & penulis buku best seller ‘A Minute to Think’.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

emosi

Pentingnya Memahami Emosi dan Perasaan Anda

Kita mempelajari perilaku sadar dan perilaku tidak sadar dari saat kita masih kecil. Jika beberapa atau semua dari emosi kita tidak divalidasi saat tumbuh dewasa, itu bisa menjadi sesuatu yang terlihat menakutkan dan sulit dipercaya ketika merasakannya saat sudah dewasa.

Aug 30, 2021 3 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest