1. Bayangkan kita berada pada posisi orang itu
Bayangkan hidup menjadi seseorang yang selama ini kamu banding-bandingkan - tanpa mengecualikan apapun tentangnya. Ya, kamu akan mendapatkan apa yang terlihat indah dari luar namun juga segala kekurangan yang selama ini tidak tampak. Kamu harus melupakan realita kehidupan versimu: baik itu orang-orang tersayang, bakat, pengalaman, masa depan, dan masih banyak lagi. Apakah kamu benar-benar rela?
2. Cari kebenaran di balik glamor kehidupan orang lain
Tanyakan kepada mereka yang kemilau kesuksesannya membuat kamu iri. “Apa saja, sih, yang telah kalian lalui? Kok bisa kalian mendapatkan ini semua?
Di balik pencapaian mereka, kamu pasti akan mendengar tentang keraguan diri, perceraian, pengkhianatan, depresi, penyakit, kebangkrutan, imposter syndrome, dan lainnya. Semuanya bercampur dengan segala hal lainnya yang baik. Pokoknya kita hanya melihat bagian mereka sukses saja.
Kita bisa belajar dari pandemi, saat di mana kita lebih terbuka membicarakan tantangan hidup. Pada akhirnya, kita semua pun lelah dengan standar kehidupan yang tidak realistis.
Baca juga: Rasional Menghadapi Quarter Life Crisis
3. Tetap bersyukur
Dulu saat anak-anak saya masih kecil, kami mengadakan pertemuan keluarga setiap akhir pekan. Kebiasaan yang kami lakukan adalah masing-masing harus menyebutkan satu rasa syukur. Saat anak-anak saya mulai kesulitan untuk menjawab, masalahnya menjadi jelas. Mereka mengaitkan rasa syukur hanya dengan hal-hal besar.
Akhirnya, saya mengajari mereka untuk mensyukuri ‘hal kecil’: dipuji teman, menemukan sisa potongan kue yang mereka kira sudah habis, atau memenangkan game.
Mensyukuri hal-hal kecil akan membuat kita lebih menyadari sisi positif dari kehidupan yang selama ini luput karena kita terlalu fokus pada kehidupan orang lain.
4. Manfaatkan rasa iri sebagai kompas
Terkadang kita terlalu kewalahan dengan media sosial, sampai-sampai kita tidak tahu apa yang sebenarnya kita inginkan. Begini cara mengatasinya.
Coba ingat sesuatu yang membuatmu iri, dan jadikan itu sebagai peta. Tempat, benda, atau perasaan itulah yang selama ini kamu inginkan. Balikkan ceritanya dan biarkan rasa iri itu menjadi pemicu. Mungkin itu akan mendorong kamu untuk bekerja lebih keras. Mungkin rasa iri tersebut akan memotivasi kamu untuk berolahraga. Jadikan rasa iri sebagai motivasi supaya kita menjadi lebih baik.
Apapun yang saat ini sedang kamu hadapi, luangkan waktu sejenak untuk mensyukuri segala hal baik di sekitar kamu. Sifat kita sebagai manusia yang suka membanding-bandingkan mungkin tidak akan pernah hilang, namun kita bisa membiasakan diri untuk tidak dikendalikan olehnya.
Sebaliknya, fokuskan perhatian kita pada diri sendiri dan jadikan kebiasaan membandingkan ini sebagai alat pendorong diri untuk menjadi lebih baik.