7 Kiat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Persuasif

Jul 21, 2021 2 Min Read
rapat
Sumber:pexels.com

Komunikasi persuasif berarti menyampaikan pesan yang sifatnya membujuk orang lain, atau audiens sasaran. Tujuannya, agar orang tersebut berubah atau terpegaruh mengikuti keinginan komunikator secara kepercayaan maupun sikapnya. Melakukan komunikasi persuasif bisa dikatakan “susah-susah gampang”, karena kita harus membuat orang lain yakin dengan apa yang katakan. Dengan begitu, baru mereka bisa dengan senang hati mengikutinya.

Tak jarang, penolakan pun bisa terjadi, termasuk resistensi dari mereka yang sedang kita coba persuasikan. Karenanya, perlu mengetahui bagaimana komunikasi persuasif yang baik, agar tujuan kita pun berhasil tercapai. Salah langkah, maka komunikasi persuasif yang kita lakukan akan jadi sia-sia. Yuk, simak tujuh kiat untuk meingkatkan kemampuan komunikasi persuasif yang Glints tampilkan berikut.

Kenali dirimu sendiri


Alt

Sumber: kaboompics dari pexels.com

Hal pertama yang perlu diperhatikan juga dalam melakukan komunikasi persuasif adalah mengenali diri sendiri dan menyadari bagaimana level kemampuan yang kamu miliki. Secara garis besar, ada tiga kategori dalam konteks kemampuan, yaitu profesional, kepemimpinan, dan eksekutif. Perbedaan ketiganya terletak pada apa yang kamu komunikasikan kepada audiens. Pertama, secara profesional berarti kamu mampu melakukan komunikasi persuasif yang membuat audiens mau mendengarkan pesan yang kamu coba sampaikan.

Kedua, komunikasi persuasif dalam level kepemimpinan berarti kamu mampu mengajak audiens untuk peduli tentang pesan yang kalian sampaikan. Ketiga, level eksekutif berarti komunikasi persuasif yang kamu lakukan mampu membuat audiens bertindak, atau melakukan sesuatu. Karena itu, penting untuk mengenali diri kalian dan caramu berkomunikasi. Jangan sungkan juga untuk terus bertanya dan meminta masukan dari orang lain.

Baca juga: CEO yang Hebat Harus Mempelajari Ilmu Seni Menjual


Jujur, lepas dari stereotip negatif sales


Alt

Sumber: fauxels dari pexels.com

Terlepas dari apa pun yang kamu tawarkan, coba selalu jujur dengan apa yang kamu katakan pada saat melakukan komunikasi persuasif. Banyak yang menganggap “sales” dengan stereotip negatif. Entah itu barang nyatanya tidak sesuai dengan yang ditawarkan, benefit tidak sebanyak yang ditawarkan, dan lain sebagainya. Sebisa mungkin, jelaskan apa yang kamu tawarkan dengan baik, serta apa-apa saja keunggulan sebenarnya.

Persuasi tidak sama dengan “menipu”, sampai orang tersebut membuat pilihan yang sebenarnya tidak ia sukai. Coba hindarkan pikiranmu dari stereotip negatif tersebut. Ada banyak cara kok untuk melakukan komunikasi persuasif kepada orang lain, dibanding sekadar melebih-lebihkan yang tidak ada dari apa yang kamu tawarkan.

Fokus bagaimana membantu orang lain

Alt

Sumber: thisisengineering dari pexels.com

Pada saat mencoba komunikasi persuasif, fokus pada melihat apa kebutuhan seseorang, dan membantu mereka melengkapi hal tersebut. Fokusmu sebelumnya yang tertuju kepada bagaimana cara mereka mengikutimu, coba dihilangkan. Lihat apa tujuan, dan kebutuhan orang tersebut, serta bagaimana hal yang kamu tawarkan bisa membantu mereka. Misalnya, kamu sedang mencoba mempersuasi mereka untuk mengikuti sebuah seminar keuangan.

Coba hilangkan pemikiranmu mengenai tiket seminar yang harus terjual habis. Sekarang, coba pikirkan apa yang dibutuhkan orang lain, yang bisa mereka temukan melalui seminar yang kamu tawarkan. Seperti, gaya hidup modern yang boros, serta semakin meningkatnya harga-harga kebutuhan.

Miliki konteks yang berbobot

Alt

Sumber: Mikael Blomkivst dari pexels.com

Tawarkan juga konteks dari apa yang kamu komunikasikan. Jelaskan sedetail-detailnya agar lebih meyakinkan orang lain atau audiensmu. Misalnya hal-hal rinci, hasil penelitian, pendapat ahli atau tokoh tertentu, dan sebagainya terkait apa yang kamu tawarkan. Pastikan apa yang kamu jual itu “berbobot”, dan tidak bisa dianggap entang. Jadi, orang-orang pun bisa lebih tertarik, dan komunikasi persuasif yang kamu lakukan bisa menarik lebih banyak orang.

Baca juga: Bagaimana Anda Bisa Menjadi Seorang Pemimpin yang Berempati?


Perubahan apa yang diinginkan?


Alt

Sumber: fauxels dari pexels.com

Sebelum lebih lanjut menawarkan ini dan itu kepada targetmu, coba pikirkan dulu sikap apa yang kamu harapkan. Pikirkan perubahan apa yang kamu inginkan dari orang tersebut. Apakah kamu ingin dia mendapat pemikiran baru, atau ingin dia melakukan suatu tindakan tertentu dan membeli sesuatu? Dengan mengerti perubahan yang kamu inginkan, cara komunikasi persuasif yang kamu lakukan pun bisa menyesuaikan.

Misalnya saja, kalau kamu hanya ingin orang tersebut mendapat suatu pemikiran baru, kamu cukup menjelaskan sesuai dengan fakta-fakta yang ada, dan bagaimana kontradiksinya dengan apa yang ia ketahui selama ini. Lain halnya jika tujuanmu adalah agar orang tersebut membeli apa yang kamu tawarkan. Kamu bisa menjelaskan keunggulan, dan alasan mengapa orang tersebut harus memiliki apa yang kamu tawarkan. Dengan mengetahui terlebih dahulu perubahan apa yang kamu inginkan, komunikasi persuasif yang kamu lakukan pun akan lebih mudah dijalankan.

Tanyakan pertanyaan open ended yang “pintar”

Alt

Sumber: Alexander Suhorucov dari pexels.com

Dibanding terus menerus “mendoktrin”, serta memaksa orang lain menyetujui apa yang kamu tawarkan, coba lontarkan pertanyaan yang membuat mereka justru berpikir. Tanpa menawarkan secara langsung, komunikasi persuasif juga bisa berjalan lho. Misalnya saja kamu ingin mempersuasi orang yang sedang bekerja, agar mereka mau mulai membuka usaha. Dibanding menyuruh mereka langsung membuka usaha tertentu, kamu bisa memberikan pertanyaan seperti “apa yang akan kamu lakukan jika perusahaan tempatmu bekerja bangkrut, di saat kamu sudah menginjak usia tak lagi muda?” dan lain sebagainya.

Dalam komunikasi persuasif yang kamu lakukan, buatlah pertanyaanmu menarik dan “pintar”, dan melibatkan target audiensmu. Selain itu, hindari pertanyaan close ended, yang jawabannya hanya “ya” dan “tidak”. Sebaiknya, tanyakan pertanyaan open ended, yaitu pertanyaan dengan variasi jawaban.

Hadapi penolakan dari komunikasi persuasif yang dilakukan


Alt

Sumber: thisisengineering dari pexels.com

Penolakan itu sangat biasa terjadi pada saat kita mencoba komunikasi persuasif kepada seseorang. Coba dirimu sendiri, jika jalan-jalan ke mall, dan ada yang mencoba menawarkan sesuatu, apakah kamu akan mendengarkan atau justru menolak? Karena itu, salah satu cara meningkatkan kemampuan komunikasi persuasif adalah juga dengan bersiap menghadapi penolakan atau resistensi. Pada saat melakukan komunikasi persuasif dan mengalami penolakan, coba cari tahu apa yang membuat orang tersebut menolak yang kamu tawarkan. Apakah karena ia sudah pernah kecewa sebelumnya, tidak puas dengan apa yang kamu tawarkan, atau hal-hal lainnya.

Dengan begitu, kamu bisa memahami dan belajar apa yang sebaiknya kamu lakukan, agar komunikasi persuasifmu selanjutnya berhasil. Misalnya saja dengan membuat display yang menarik, agar orang tertarik untuk melihatnya terlebih dahulu, baru kamu bisa datang dan menjelaskan maksudmu dan apa yang kamu tawarkan. Dengan adanya pembelajaran dari satu kasus ke kasus yang lainnya, kemampuan komunikasi persuasifmu pasti semakin terlatih.
 
Komunikasi persuasif perlu terus diasah dan dilatih, agar bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Yang pasti, cobalah untuk mendengar, memahami, dan mencocokkan kebutuhan orang lain, atau audiensmu. Karena dengan begitu, mereka akan merasa bahwa kamu langsung berbicara pada mereka, dan tahu apa kebutuhan mereka. Perasaan seperti “wah, mengapa orang ini tahu apa yang saya butuhkan?” akan membuat mereka mendengarkan, dan bahka mengikuti apa yang coba kamu tawarkan.

Pastikan juga dirimu “asli”, berusaha menyampaikan segalanya sesuai dengan kebenaran. Dengan begitu, mereka yang kamu persuasikan pun bisa percaya. Juga, jangan lupa sampaikan maksudmu secara jelas dan tidak berputar-putar. Dengan begitu, mereka akan merasa bahwa kamu menghargai waktu dan perhatian yang mereka berikan.

Sumber artikel dari: 7 Kiat Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Persuasif


Tonton juga 'Kecerdasan Linguistik Seorang Pemimpin'!

Share artikel ini

Komunikasi

Tags: Kepemimpinan Tanpa Batas

Alt
Penulis Glints.com

Mungkin Anda Juga Menyukai

Seorang pria yang sedang mendengarkan sesuatu

Mendengarkan Buka Potensi Yang Tidak Terlihat Sebelumnya

Sudahkah kita mendengarkan dengan baik? Pasalnya, mendengarkan menjadi perkara yang sulit ketika kita terjebak dalam "Ego Danger Zone". Apakah itu?

Apr 18, 2022 2 Min Read

Alt

Bagaimana Berasimilasi Dengan Budaya Lain

Wawancara bersama Paul McDole mengulas tentang kepemimpinan yang dijalankan bersama dimana di dalamnya terdiri dari mereka-mereka yang berbudaya barat dan Indonesia.

May 05, 2021 6 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest