Memulai pekerjaan baru tentu menyenangkan, tetapi kita semua tahu bahwa urusan administrasi bisa sangat menguras energi. Riset menunjukkan bahwa proses onboarding karyawan baru biasanya melibatkan 54 tugas, termasuk mengisi formulir. Proses onboarding yang lambat dengan tumpukan dokumen hanya akan menyebabkan frustasi bagi karyawan baru.
Permudah proses onboarding dengan memanfaatkan formulir online dan tanda tangan digital. Mulailah proses sebelum hari pertama dengan memberikan informasi penting tentang perusahaan dan menyiapkan akses ke alat yang diperlukan. Pendekatan proaktif ini memungkinkan Anda sebagai HR untuk memulai sebelum tanggal resmi. Cara ini mempermudah karyawan baru dengan memberi mereka lebih banyak waktu untuk fokus memahami peran mereka dan beradaptasi dengan tim.
Baca juga: 5 Tips Diterima dengan Baik di Lingkungan Kerja Baru
4. Kurang Persiapan dan Struktur yang Tidak Jelas
Banyak perusahaan, terutama startup, mengandalkan kultur perusahaan yang cenderung informal dan santai—dengan anggapan bahwa hal tersebut dapat mendorong terciptanya inovasi. Namun, penting untuk memastikan bahwa proses onboarding tidak dilakukan secara sembarangan dan tanpa struktur yang jelas.
Karyawan yang paling kreatif pun membutuhkan sense of belonging untuk bekerja dalam tim dan memenuhi target. Anggaplah proses onboarding sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan para karyawan baru ke dalam kultur perusahaan. Misalnya, dengan mengundang mereka ke channel khusus karyawan baru pada aplikasi seperti Trello atau Slack.
Libatkan juga tim marketing Anda; beberapa organisasi menerapkan 'drip campaign', di mana setiap hari karyawan baru berinteraksi dengan jajaran manajemen, HR, dan rekan-rekan lainnya sebelum hari pertama kerja. Jangan lupa siapkan merchandise perusahaan (jika ada) untuk menyambut mereka pada hari pertama.
5. Tidak Memberikan Ekspektasi Kerja yang Jelas
Karyawan baru umumnya penuh semangat, tapi semangat ini bisa hilang dengan cepat. Salah satu alasan hilangnya motivasi dan penurunan kinerja adalah target atau ekspektasi kerja yang tidak jelas. Kesalahpahaman pun dapat dihindari dengan menyampaikan secara jelas apa yang harus dicapai oleh karyawan di setiap tahapan.
Meskipun setiap perusahaan berbeda, tentukan secara garis besar apa yang harus dikontribusikan oleh karyawan baru dan bagaimana cara mengukurnya. Hal ini akan lebih jelas dengan adanya deskripsi pekerjaan sebagai pernyataan visi atau misi dasar. Bagikan juga indikator kesuksesan yang dapat diukur dalam jangka waktu bulanan, 90 hari, atau setahun.
6. Inkonsistensi Proses Onboarding
Meskipun proses onboarding bisa berlangsung dengan cara yang tidak selalu pasti, usahakan untuk menjaga konsistensi dalam pelaksanaan pembekalan ataupun pelatihan. Tentu saja, Anda tidak bisa mengontrol seluruh kegiatan secara langsung, namun pastikan ada onboarding checklist yang memastikan semua karyawan menerima informasi yang sama.
Perubahan metode onboarding di setiap pertemuan bisa membuat karyawan bingung dan memperumit peran Anda. Sebelum memulai sesi onboarding, tentukan daftar kegiatan, tujuan, dan dokumen yang dibutuhkan.
7. Informasi Onboarding yang Tidak Sesuai Peran
Mungkin Anda pernah tergoda untuk melatih karyawan dari berbagai area perusahaan secara sekaligus. Namun, pendekatan ini justru bisa membuat mereka kewalahan dan tidak efektif. Saat onboarding karyawan baru, pastikan informasi yang diberikan relevan langsung dengan peran masing-masing karyawan.
Contohnya, onboarding untuk HR tidak perlu mencakup pembahasan tentang sales. Fokuskan saja pada perkenalan anggota tim dan karyawan HR baru. Mungkin ada informasi umum tentang perusahaan yang perlu disampaikan, namun pastikan informasi yang disampaikan selama onboarding relevan dengan peran karyawan baru tersebut.
Baca juga: 4 Cara Identifikasi Lingkungan Kerja yang Toxic
Penutup
Proses onboarding sangat penting bagi karyawan maupun kesuksesan organisasi, namun tantangannya sering kali mempengaruhi penyesuaian dan produktivitas karyawan baru. Masalah umum seperti miskomunikasi, ekspektasi kerja yang tidak jelas, dan kurangnya sosialisasi dengan kolega perlu diantisipasi agar tidak menjadi gawat di kemudian hari. Untuk mengatasi masalah tersebut, organisasi harus mengambil langkah proaktif dengan menekankan manfaat dari proses onboarding yang terstruktur dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung.