Upskill & Reskill: Pengertian, Tujuan, dan Penerapannya di Dunia Kerja

Nov 14, 2023 7 Min Read
anjing pompom kacamata
Sumber:

Cookie the Pom dari Unsplash.com

Dunia sedang mengalami perubahan yang sangat besar dan cepat. Akan ada dua hal yang menjadi sebuah megatrend di masa depan yaitu kemajuan teknologi seperti AI, Big Data, otomatisasi serta globalisasi seperti perdagangan bebas, outsourcing. Bahkan, gelombang kedua hal ini sudah mulai dirasakan oleh perusahaan - perusahaan di seluruh dunia. 

Akibatnya, banyak sekali perusahaan yang mempersiapkan diri untuk memasuki era ini. Ada banyak sekali perusahaan yang melakukan pembenahan internal. Salah satu pembenahan internal yang paling banyak disiapkan adalah pembenahan di bidang SDM. 

Sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Boston Consulting Group (BCG) pada bulan November 2019 mengatakan bahwa 61% responden percaya bahwa dua megatrend ini akan mempengaruhi karier mereka ke depannya. 

Selain itu, penelitian yang melibatkan 366.000 karyawan dari 197 negara ini mengatakan bahwa mereka siap untuk mempelajari skill baru untuk pekerjaan baru yang lebih menantang kedepannya. Supaya mereka bisa mempertahankan karier mereka maupun bersaing lebih kuat dalam mencari pekerjaan baru yang lebih menantang untuk perkembangan karier mereka ke depannya. 

Lalu, bagaimana reaksi perusahaan maupun karyawan dalam menghadapi kedua tantangan ini bagi kemajuan mereka? Mereka melakukan dua hal yang disebut sebagai upskilling dan reskilling

Pengertian Upskilling dan Reskilling

Alt

Mimi Thian dari Unsplash.com

Upskilling adalah sebuah kegiatan di mana seseorang mempelajari skill baru dengan tujuan untuk mempertahankan posisinya sekarang serta beradaptasi dengan situasi dan kondisi saat ini. 

Reskilling adalah kegiatan di mana seseorang mempelajari sebuah skill baru untuk mengambil pekerjaan baru yang jauh berbeda dengan posisinya yang sekarang. 

Setelah diteliti lebih dalam lagi, BCG melihat adanya perbedaan minat belajar penduduk suatu negara. Oleh karena itu, BCG membagi negara tersebut berdasarkan 4 tipe atau kategori yaitu:

1. Proactive Adapters - Kategori ini percaya bahwa megatrend akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap karier mereka. Sehingga, mereka mau menghabiskan waktu untuk belajar untuk menambah maupun mengasah skill mereka (Turki, Iran, Mexico, Kenya, Indonesia)

2. Bystander - Kategori ini percaya bahwa megatrend tidak terlalu memberikan dampak yang begitu besar bagi karier mereka. Akibatnya, sedikit sekali dari mereka mau meluangkan waktu untuk belajar mengasah maupun mengembangkan skill mereka. (US, Belgia, Polandia, Argentina)

3. Hesitators - Kategori ini memilih untuk melihat dan menunggu perkembangan yang ada. Biasanya paling banyak datang dari negara Eropa Barat (Belanda, Jerman, Italia)

4. Intrinsic Learnings - Mereka adalah tipe yang akan terus belajar meskipun mereka tidak percaya bahwa globalisasi akan memberikan dampak bagi karier mereka (RRT dan Vietnam) 

Baca juga: Catat! 5 Metode Dapat Kerja di Luar Negeri

Kecintaan seseorang untuk belajar ternyata dipengaruhi juga oleh jenis atau tipe pekerjaan. Survey mengatakan bahwa mereka menghabiskan waktu untuk belajar sebagai investasi pribadi karena mereka bekerja sebagai freelance (74%), pekerja mandiri yang bekerja dalam project tertentu (72%) dan sisanya adalah sebagai karyawan full time (62%). 

Selain itu, bidang pekerjaan yang memiliki waktu yang paling banyak dihabiskan untuk belajar adalah pekerjaan dalam bidang digital (76%) dan bidang IT/teknologi/ilmu pengetahuan serta bidang riset (72%). 

Untuk prioritas belajar, 63% memilih untuk belajar sendiri (otodidak), 61% memilih On the Job Training, 54% persen memilih belajar secara online (30% melalui lembaga online dan 24% melalui smartphone mereka), 36% memilih mengikuti konferensi atau seminar, 34%% memilih di lembaga konvensional, dan 7% melalui program pemerintah

Skill yang Paling Diminati di Masa Depan

upskilling dan reskilling untuk perkembangan karier

Amelie Mourichon dari Unsplash.com

Berdasarkan hasil statistik, skill yang paling diminati untuk dikembangkan adalah

1. Komunikasi 

2. Skill menganalisa 

3. Kepemimpinan

4. Memecahkan masalah yang kompleks 

5. Adaptasi dalam segala hal 

6. Kreativitas

7. Teamwork

8. Berinovasi

9. Berpikir kritis 

10. Efektivitas dalam bekerja 

11. Kecerdasan emosi 

12. Mengambil resiko 

13. Sensitivitas budaya 

Minat pengembangan skill sangat tergantung dari kebutuhan lingkungan pekerjaan maupun pilihan individu itu sendiri. 

Contohnya adalah responden di Amerika Latin seperti Mexico dan Brazil lebih banyak memilih mendalami skill adaptasi dan berinovasi. Sedangkan di RRT dan Jerman lebih banyak memilih untuk meningkatkan skill kecerdasan emosi.

Misalnya juga dalam kebutuhan lingkungan pekerjaan. Karyawan yang bekerja dalam bidang IT, hukum, keuangan, teknologi lebih membutuhkan hard skill seperti menganalisa dan memecahkan masalah yang rumit. Sedangkan orang - orang yang bergerak di bidang jasa, pelayanan sosial lebih membutuhkan soft skill seperti komunikasi, adaptatif, kepemimpinan. Begitu juga dengan orang yang bekerja di media dan kreativitas. Mereka lebih membutuhkan skill kreativitas dan berinovasi. 

Baca juga: 5 Soft Skill yang Dicari Perusahaan Startup

Reskill 

Berdasarkan hasil survey global, 67% karyawan mau melakukan kegiatan reskill dalam rangka mendapatkan pekerjaan baru dan 29% karyawan mau melakukan hal ini di saat mereka mengalami stagnan dalam mencari pekerjaan yang baru. 

Lalu, usia yang bersedia untuk melakukan reskill adalah usia 21 – 40 tahun, dan bidang pekerjaan yang bersedia untuk melaksanakan hal ini adalah pekerjaan di bidang penjualan, administrasi dan jasa. 

Hal yang lebih mengejutkan dalam penelitian ini adalah semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin kurang minatnya untuk melakukan pelatihan dalam bidang yang berbeda. 

Hal ini sangat wajar mengingat mereka sudah menghabiskan waktu, biaya dan tenaga untuk mendalami skill yang mereka sudah kuasai saat ini. 

Indonesia Dalam Pusaran Upskill dan Reskill 

Tadi kita sudah membahas respons global terhadap upskill dan reskill. Sekarang kita akan melihat bagaimana Indonesia merespons kegiatan upskill dan reskill ini. Berdasarkan statistik, Indonesia masuk ke dalam kelompok negara yang 65% – 70% respondennya mengatakan bahwa megatrend akan berpengaruh besar terhadap kariernya di masa depan. 

Jika dilihat lebih dalam, Indonesia masuk ke dalam golongan proactive adapters. Berikut presentase yang memperkuat hal tsb:

  • 53% (dari rata-rata global 49%) percaya bahwa pekerjaan mereka akan terpengaruhi perubahan teknologi
  • 54% (dari rata-rata global 45%) percaya akan dampak globalisasi terhadap dunia kerja
  • 72% (dari rata-rata global 63%) bersedia melakukan reskill
  • 64% (dari rata-rata global 65%) memiliki waktu untuk mempelajarinya

Sementara untuk kategori peringkat future skill (soft skill), 3 skill yang paling diminati untuk dikembangkan oleh karyawan Indonesia adalah skill menganalisa, komunikasi, dan kreativitas. 

Sedangkan skill yang kurang diminati untuk dikembangkan adalah mengambil resiko, teamwork, dan sensitivitas budaya

Berdasarkan hasil statistik, bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa karyawan Indonesia memiliki antusias yang tinggi untuk melakukan reskill maupun upskill. Namun, waktu belajar menjadi kendala bagi para karyawan Indonesia. 

Selain itu, ada faktor lain yang mendukung kuat hal ini seperti peristiwa Covid-19 yang menyebabkan terjadinya PHK dan resesi ekonomi secara meluas terutama di Indonesia. Serta kebijakan pemerintah yang mengeluarkan kartu prakerja terutama bagi para korban PHK untuk meningkatkan skill mereka. Sehingga, mereka bisa lebih siap saat melamar pekerjaan yang baru. 

Bagaimana Cara Beradaptasi?

perubahan dinamika kerja

Brett Jordan dari Unsplash.com

Berikut bagaimana cara agar perusahaan dan individu bisa beradaptasi dengan hal ini: 

1. Perusahaan

  • Membuat rencana kerja strategis yang dilengkapi dengan pemetaan keterampilan strategis,
  • Meluncurkan program peningkatan keterampilan yang ditargetkan dengan menggunakan metode belajar baru,
  • Membangun budaya upskill yang luas di perusahaan,
  • Memperluas upaya peningkatan keterampilan ke masyarakat luas.

2. Individu 

Membuat rencana karier supaya karyawan tetap kompetitif dalam dunia karier dengan cara: 

  • Meningkatkan keterampilan unik Anda,
  • Personal Branding.

Aksi yang harus diambil untuk memajukan karier antara lain:

  • Digital tools untuk belajar, 
  • Kursus atau pelatihan,
  • Proyek yang dilibatkan,
  • Membangun hubungan (komunitas, jaringan),
  • Mengaplikasikan mindset untuk terus belajar dan berkembang.

Kesimpulan

Dunia sedang mengalami sebuah perubahan besar. Perkembangan teknologi serta globalisasi menjadi sebuah megatrend di mana gelombangnya sudah bisa kita rasakan saat ini. Skill yang dipelajari pada saat masa kuliah pun ternyata tidak cukup untuk kebutuhan dan perkembangan karier di masa depan. 

Bagi perusahaan agar bisa bertahan bahkan memenangkan persaingan bisnis di era megatrend, mereka harus membantu karyawan mereka untuk mengembangkan dan memberikan skill yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan individu agar bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

Bagi para karyawan, mereka juga membutuhkan reskill, upskill dan pembelajaran seumur hidup agar mereka bisa mempertahankan jabatan mereka atau mendapatkan promosi jabatan baru ke depannya. Untuk mendapatkan hal tersebut, mereka perlu memahami bagaimana kemajuan mempengaruhi pekerjaan mereka dan meluangkan waktu untuk melatihnya. 

Sudah siapkah Anda untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada?

Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Debby Tanamal.

Share artikel ini

Komunitas

Tags: Konsultasi

References:

https://sloanreview.mit.edu/article/new-frontiers-in-re-skilling-and-upskilling/

https://talentguard.com/reskilling-upskilling-strategic-response-changing-skill-demands/

https://www.bcg.com/publications/2019/decoding-global-trends-upskilling-reskilling.aspx

Alt

Debby adalah mantan Director of Corporate Learning & Development di BINUS Group dengan pengalaman kerja lebih dari 20 tahun di bidang People Development & Leadership. Saat ini, beliau meneruskan kariernya sebagai Learning Performance Consultant di Alpha Code Indonesia.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

kecanduan handphone

5 Kebiasaan Orang Produktif Menghindari Distraksi Digital

Oleh Dr Amantha Imber. Di era yang sarat akan distraksi digital, berikut 5 rahasia dari beberapa figur publik yang identik dengan produktivitasnya dalam sehari-hari.

Feb 16, 2024 4 Min Read

toxic boss

4 Cara Menghadapi Seorang Toxic Boss

Seringkali kita temui segelintir orang yang bekerja untuk bos yang tidak menghargai mereka sama sekali dan bahkan ini dapat dikatakan sebagai toxic boss karena dapat membuat karyawan jenuh dan lingkungan yang tidak sehat di kantor. Hal ini tentu saja harus dihentikan.

Aug 30, 2021 2 Min Video

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest