Berdasarkan hasil statistik, skill yang paling diminati untuk dikembangkan adalah:
1. Komunikasi
2. Skill menganalisa
3. Kepemimpinan
4. Memecahkan masalah yang kompleks
5. Adaptasi dalam segala hal
6. Kreativitas
7. Teamwork
8. Berinovasi
9. Berpikir kritis
10. Efektivitas dalam bekerja
11. Kecerdasan emosi
12. Mengambil resiko
13. Sensitivitas budaya
Minat pengembangan skill sangat tergantung dari kebutuhan lingkungan pekerjaan maupun pilihan individu itu sendiri.
Contohnya adalah responden di Amerika Latin seperti Mexico dan Brazil lebih banyak memilih mendalami skill adaptasi dan berinovasi. Sedangkan di RRT dan Jerman lebih banyak memilih untuk meningkatkan skill kecerdasan emosi.
Misalnya juga dalam kebutuhan lingkungan pekerjaan. Karyawan yang bekerja dalam bidang IT, hukum, keuangan, teknologi lebih membutuhkan hard skill seperti menganalisa dan memecahkan masalah yang rumit. Sedangkan orang - orang yang bergerak di bidang jasa, pelayanan sosial lebih membutuhkan soft skill seperti komunikasi, adaptatif, kepemimpinan. Begitu juga dengan orang yang bekerja di media dan kreativitas. Mereka lebih membutuhkan skill kreativitas dan berinovasi.
Baca juga: 5 Soft Skill yang Dicari Perusahaan Startup
Reskill
Berdasarkan hasil survey global, 67% karyawan mau melakukan kegiatan reskill dalam rangka mendapatkan pekerjaan baru dan 29% karyawan mau melakukan hal ini di saat mereka mengalami stagnan dalam mencari pekerjaan yang baru.
Lalu, usia yang bersedia untuk melakukan reskill adalah usia 21 – 40 tahun, dan bidang pekerjaan yang bersedia untuk melaksanakan hal ini adalah pekerjaan di bidang penjualan, administrasi dan jasa.
Hal yang lebih mengejutkan dalam penelitian ini adalah semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin kurang minatnya untuk melakukan pelatihan dalam bidang yang berbeda.
Hal ini sangat wajar mengingat mereka sudah menghabiskan waktu, biaya dan tenaga untuk mendalami skill yang mereka sudah kuasai saat ini.
Indonesia Dalam Pusaran Upskill dan Reskill
Tadi kita sudah membahas respons global terhadap upskill dan reskill. Sekarang kita akan melihat bagaimana Indonesia merespons kegiatan upskill dan reskill ini. Berdasarkan statistik, Indonesia masuk ke dalam kelompok negara yang 65% – 70% respondennya mengatakan bahwa megatrend akan berpengaruh besar terhadap kariernya di masa depan.
Jika dilihat lebih dalam, Indonesia masuk ke dalam golongan proactive adapters. Berikut presentase yang memperkuat hal tsb:
- 53% (dari rata-rata global 49%) percaya bahwa pekerjaan mereka akan terpengaruhi perubahan teknologi
- 54% (dari rata-rata global 45%) percaya akan dampak globalisasi terhadap dunia kerja
- 72% (dari rata-rata global 63%) bersedia melakukan reskill
- 64% (dari rata-rata global 65%) memiliki waktu untuk mempelajarinya
Sementara untuk kategori peringkat future skill (soft skill), 3 skill yang paling diminati untuk dikembangkan oleh karyawan Indonesia adalah skill menganalisa, komunikasi, dan kreativitas.
Sedangkan skill yang kurang diminati untuk dikembangkan adalah mengambil resiko, teamwork, dan sensitivitas budaya.
Berdasarkan hasil statistik, bisa ditarik sebuah kesimpulan bahwa karyawan Indonesia memiliki antusias yang tinggi untuk melakukan reskill maupun upskill. Namun, waktu belajar menjadi kendala bagi para karyawan Indonesia.
Selain itu, ada faktor lain yang mendukung kuat hal ini seperti peristiwa Covid-19 yang menyebabkan terjadinya PHK dan resesi ekonomi secara meluas terutama di Indonesia. Serta kebijakan pemerintah yang mengeluarkan kartu prakerja terutama bagi para korban PHK untuk meningkatkan skill mereka. Sehingga, mereka bisa lebih siap saat melamar pekerjaan yang baru.
Bagaimana Cara Beradaptasi?