Pemberi dari setiap hadiah yang baik dan sempurna telah memanggil kita untuk meniru pemberian-Nya, dengan kasih karunia, melalui iman, dan ini bukan dari diri kita sendiri.
– St. Nicholas of Myra
Beberapa minggu yang lalu, salah satu asisten editor kita, Prethiba Esvary, mengingatkan saya bahwa saya harus menulis sesuatu tentang pentingnya sejarah dan harus mempunyai ‘rasa’ Natal juga. Sepanjang 2017, saya sudah menulis tentang karakter hebat dari sejarah dan bagaimana saya mempelajari banyak pelajaran dari mereka.
Ini termasuk aktivis hak sipil, Rosa Parks, filsuf Socrates, dan banyak lainnya termasuk Isaac Newton, Benjamin Franklin, dan yang baru-baru ini Niccolo Machiavelli. Saya menggaruk kepala saya bertanya-tanya siapa yang bisa saya pelajari dari musim Natal ini. Saya mulai mengingat tentang begitu banyak berkat yang saya terima dari berbagai orang. Mereka telah memberikan banyak hal untuk memberkati saya dan banyak orang lain.
Pengingat Waktu
Ini adalah waktu spesial yang mengingatkan kita untuk hidup dengan nasib baik yang Anda terima, dan membagikan niat baik pada semua orang yang Anda temui - terutama orang-orang yang kurang beruntung daripada kita. Kita menyadari seberapa diberkatinya kita dibandingkan orang lain, dan saat waktu Natal kita diundang untuk memberikan beberapa berkat kita dalam semangat kepedulian dan kemanusiaan.
Pepatah lama berkata, “Di sana tetapi untuk Anugerah Tuhan saya pergi “ menyerukan kepada kita untuk beramal, dalam pengakuan bahwa kita bisa dengan mudah berada diantara orang yang membutuhkan yang kita cari untuk kita bantu. Saat saya merenungkan hal ini, saya langsung tau dari siapa kita bisa belajar. Mungkin tidak ada contoh yang lebih baik daripada kehidupan amal dari Nicholas of Myra - seorang pria yang kemudian disucikan karena pemberiannya akan terus mengilhami tradisi Natal yang abadi.
Sebagai seorang pemuda, semangat dalam memberi bersinar terang dalam diri Nicholas (270-343) yang mewariskan sejumlah uang yang cukup banyak setelah kematian orang tuanya yang kaya. Warisannya digunakan untuk membantu yang miskin dan sakit di Myra (saat ini adalah Demre, Turki), sebagai pemuda Kristiani yang hidup sesuai dengan kata-kata Yesus yang berkata: “Jual apa yang Anda miliki dan berikan uang kepada yang miskin.”
Kekuatan Dari Memberi
Ada banyak cerita tentang Nicholas yang dikenal dengan kebaikan hatinya dan bantuannya. Cerita yang paling terkenal, dimana menginspirasi sebuah tradisi saling memberi saat Natal, menceritakan kemiskinan dari seorang ayah duda dengan tiga anak perempuannya. Keluarga itu miskin sampai ayahnya hampir menjual anak perempuannya pada prostitusi.
Setelah mengetahui tentang kisah sengsara dari keluarga itu, Nicholas melempar sebuah tas yang berisi koin emas melalui jendela mereka selama 3 malam berturut-turut. Legenda inilah yang selanjutnya menjadi tradisi tahunan saling memberi saat Natal, terutama pada anak-anak, dimana Nicholas adalah santo pelindungnya.
Reid Hoffman, salah satu pendiri dari LinkedIn pernah berkata, “Jika Anda telah mengatur untuk membantu orang lain, Anda akan memperkuat reputasi Anda dan memperluas alam semesta kemungkinan Anda.” Inilah apa yang terjadi pada Nicholas. Semakin banyak dia memberi, semakin kuat reputasinya, meskipun biasanya dia memberi secara diam-diam.
Pada tahun 1823, seorang penulis asal Amerika, Clement Clarke Moore menulis puisinya yang terkenal, ‘A Visit from St.Nicholas’ , dimana dia mendeskripsikan orang suci yang murah hati itu sebagai seorang pria yang ceria yang meninggalkan hadiah untuk anak-anak, berkelana dengan kereta luncur yang ditarik oleh rusa terbang.
Melihat kehidupan dari Nicholas - yang diangkat menjadi uskup di usianya yang muda yaitu usia 30 tahun - jelas terlihat bagaimana kekuatan dari memberi menyentuh kita semua dalam tahap yang dalam dan kita semua bisa terinspirasi dengan perbedaan yang bisa dibuat ketika kita memilih untuk menjadi dermawan dengan sumberdaya dan waktu kita.
Mungkin tidak ada kualitas kepemimpinan yang lebih baik daripada memberi, karena segalanya berkembang ketika kita membantu orang lain dengan pola pikir rendah hati dan berterima kasih.
Baca juga! Pelajaran Kepemimpinan Dari Martin Luther King Jr.