Otak Introvert dan Ekstrovert, Apa Bedanya?

Jun 05, 2024 3 Min Read
introvert dan ekstrovert
Sumber:

Our-name dari Freepik.com

Pengelompokan ekstrovert dan introvert pertama kali dicetuskan oleh Carl Jung pada tahun 1920 dalam bukunya yang berjudul Psychologixche Typen. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Hans Eysenck, seorang psikolog Jerman pada tahun 1980.

Keduanya sama-sama menjelaskan tentang perbedaan sifat antara ekstrovert dan introvert. Secara umum, ekstrovert diidentikan dengan sifat yang terbuka, senang bergaul, dan memiliki kepedulian yang tinggi dengan lingkungan sekitar. Sedangkan introvert diidentikan dengan sifat pendiam dan suka merenung. 

Mari kita perjelas konsep Carl Jung ini dari awal, karena sering menjadi salah kaprah: seseorang menjadi introvert atau ekstrovert ditentukan oleh dari manakah ia mendapatkan energi. Introversi sering disalah artikan sebagai rasa malu, tetapi tidak ada hubungannya dengan itu. Sejatinya rasa malu adalah tentang rasa takut dihakimi oleh orang lain.

Penjelasan ilmiahnya begini, kita memiliki neurotransmitter yang mengikuti jalur tertentu pada otak kita dan hal tersebut dapat mengaktifkan sistem tertentu. Berawal dari sini, penjelasannya akan menarik.

Dalam sebuah percobaan eksperimental, subyek introvert dan ekstrovert diminta untuk berbaring dan rileks, sementara radioaktivitas disuntikkan dalam disis kecil ke aliran darah mereka. Kemudian mereka dipindai (scan) untuk menentukan bagian otak yang paling aktif. Ditemukan dua hal menarik dari eksperimen tersebut. Pertama, mereka yang tergolong introvert memiliki lebih banyak aliran darah ke otak mereka daripada ekstrovert. Lebih banyak aliran darah menunjukkan lebih banyak stimulasi internal. Kedua, darah introvert dan ekstrovert mengalir melalui jalur yang berbeda. Jalur introvert lebih rumit dan terfokus secara internal. Sementara ekstrovert memperhatikan secara eksternal apa yang terjadi, maka sang introvert memperhatikan pikiran dan perasaan internal mereka.

Baca juga: 7 Cara Update Kemampuan Otak untuk Menghadapi AI

Ternyata tidak hanya aliran darah yang mengalir pada jalur yang terpisah antara orang introvert dan ekstrovert, namun setiap jalur pun membutuhkan neurotransmitter yang berbeda. Jalur yang digunakan sang ekstrovert diaktifkan oleh dopamin, sedangkan jalur penggunaan introvert diaktifkan oleh asetilkolin. Sang ekstrovert memiliki sensitivitas yang rendah pada dopamin sehingga ia akan selalu membutuhkannya lagi dan lagi sedangkan sang introvert sebaliknya, ketika berlebih maka sang introvert akan merasa “overstimulated”.  

Jadi, kemunculan gelaja ekstrovert dikaitkan dengan dopamin/adrenalin, pengeluaran energi yang terhubung sistem saraf simpatis, sedangkan gejala introvert terhubung dengan asetilkolin yang terhubung dengan sistem saraf parasimpatis yang hemat energi

Setiap orang memiliki dua "sisi" sistem saraf yakni sisi simpatik, yang memicu respons “lawan, ketakutan, atau lari” dan sisi parasimpatis, yang bertanggung jawab untuk mode "istirahat dan cerna". Dengan kata lain, sisi sistem simpatik seperti menginjak pedal gas, sedangkan sisi parasimpatis seperti menginjak rem.

Akhirnya, dapat dimengerti tentang perbedaan sifat antara ekstrovert dan introvert. Carl Jung menambahkan bahwa sebenarnya jarang ada manusia yang sepenuhnya ekstrovert dan introvert. Karena menurutnya, setiap manusia berada di antara dua tipe kepribadian. Hanya yang paling dominan yang akan terlihat dalam sifat sehari-hari.

Apapun tipe ekstrovert ataupun introvert, tidak perlu minder. Karena pada akhirnya, semua orang akan saling beradaptasi untuk bisa terhubung dan bergaul di lingkungannya. Namun, ingat bahwa kamu hanya perlu memahami diri sendiri sehingga tidak perlu memaksa diri untuk menjadi orang lain. Terimalah diri sendiri apa adanya, karena dengan ini, kamu bisa hidup dengan damai dan bahagia.

Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Heru Wiryanto.

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Kepemimpinan Tanpa Batas

heru wiryanto

Heru adalah seorang ahli di bidang Data Science dan Human Resources. Saat ini, Heru aktif sebagai Director of Innovation Factory di PsikoUpdate Indonesia dan Director of Data Sciences and Artificial Intelligence Consulting Services di DAVEHUNT International.

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

pendaki gunung

Hidup Itu Berjalan, Bukan Berlari

Oleh Dudi Arisandi. Untuk kamu yang terlalu sibuk berlari menjadi yang terbaik, hingga lupa menikmati setiap langkah yang kamu tempuh.

Jan 08, 2024 3 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest