Kalau kamu suka mendengarkan podcast atau audiobook tentang pengembangan diri, kamu pasti akan menemukan satu saran yang sangat umum: bangun rutinitas pagi. Rutinitas pagi bermanfaat untuk membangun suasana hati dan mempersiapkan mental agar siap menghadapi hari. Namun, tidak sedikit dari kita yang merasa terbebani oleh serangkaian aktivitas yang padat sejak bangun tidur.
Jika kita berkaca pada mereka yang sangat produktif, kita mengetahui tentang rutinitas pagi mereka yang tidak terlepas dari meditasi, jalan santai, berjemur di bawah sinar matahari, olahraga, menulis jurnal, membaca buku, membuat daftar syukur, mandi air dingin, hingga minum air garam (ini sungguh ada).
Akhirnya, “rutinitas pagi” terkesan menginspirasi namun juga membebani dan hampir mustahil dilakukan oleh kebanyakan orang.
Terlebih, yang jarang disoroti adalah kenyataan bahwa rutinitas pagi yang sering bermunculan biasanya milik mereka yang bekerja untuk diri sendiri dan tidak memiliki anak. Alhasil, saran-saran tersebut sering kali tidak sesuai dengan kenyataan orang-orang yang hidup dengan balita atau para pekerja yang sejak pagi buta harus berangkat ke kantor. Saya pun pernah merencanakan rutinitas pagi yang ideal bagi saya, dan ternyata semuanya membutuhkan lebih dari 2 jam 30 menit. Pertanyaannya, siapa yang punya waktu sebanyak itu?
Menariknya, tren rutinitas pagi sering bertentangan dengan pilar utama kualitas hidup manusia: tidur. Sebut saja buku, aplikasi, kelas, dan tentunya TED Talks tentang tidur. Mengapa? Karena kita semakin menyadari betapa pentingnya tidur bagi kesejahteraan mental dan fisik kita, bahkan tidur dapat mencegah kanker hingga meningkatkan daya ingat. Selain itu, tidur merupakan fondasi bagi anak dalam mengelola emosi, belajar, dan menciptakan ketenangan yang dibutuhkan tiap keluarga dan rumah.
Saya percaya pada pentingnya memiliki rutinitas pagi, apapun bentuknya. Kalau kata Tim Ferriss: “Kuasai pagimu, kuasai harimu.” Itulah yang selalu saya coba lakukan, meskipun kadang tidak sempurna.
Rutinitas yang saya lakukan dan anjurkan sebenarnya sederhana, fleksibel, sangat realistis, dan didasarkan pada prinsip ‘cukup baik’.
Berikut 3 cara efektif membangun rutinitas pagi yang ideal bagimu:
Baca juga: 20 Kebiasaan Sehari-hari untuk Meningkatkan Daya Fokus
1. Rutinitas H-1
Siapkan semua yang kamu butuhkan malam sebelumnya. Selain memberi kamu lebih banyak waktu di pagi hari, cara ini juga meningkatkan peluang rencanamu untuk terlaksana.
2. Rutinitas Akordion
Tentukan kegiatan yang ingin kamu lakukan setiap hari, namun dengan durasi yang fleksibel. Misalnya, kamu bisa berolahraga selama 45 menit pada hari Sabtu. Namun, pada hari kerja, kamu cukup meluangkan waktu selama 5 menit untuk yoga.
3. Rutinitas Harian yang Bisa Diubah
Mirip dengan sebelumnya, tapi kali ini kamu menyesuaikan kegiatan sesuai dengan mood dan waktu. Mungkin hari ini kamu ingin meditasi, tetapi besok kamu ingin berjalan pagi atau membaca buku yang memotivasi. Tentunya, kamu tidak harus memiliki rutinitas yang sama setiap hari.
Intinya, mulailah hari dengan niat. Lakukan secara konsisten, niscaya kamu akan berhasil.
Saat kamu merenungkan rutinitas pagimu, ingatlah kata-kata sang ahli meditasi Dan Harris: “Lebih baik bermeditasi sebentar, secara teratur, daripada menetapkan standar yang terlalu tinggi sehingga akhirnya kamu menyerah.” Saya rasa ‘komitmen bertahap’ adalah tujuan yang ideal.