Seni Bersaing dengan Diri Sendiri

May 02, 2024 4 Min Read
perempuan yang percaya diri
Sumber:

Storyset dari Freepik.com

Sangat mudah bagi kita untuk membandingkan pencapaian kita dengan orang lain. Apalagi, kini kita hidup di abad digital yang memungkinkan kita dapat saling "memantau" kemajuan orang lain melalui akun media sosial.

Padahal, hidup bukanlah tentang berkompetisi atau mengalahkan orang lain.

Ya, kita cukup membandingkan diri sendiri kita hari ini dengan kemarin. Apakah ada kemajuan? Apakah ada perubahan yang lebih baik?

Pasalnya, gol setiap orang bersifat unik, membanding-bandingkan pencapaian kita justru tidak membuat kita lebih baik. Melainkan membuat kita makin terpuruk.

Agar bisa memiliki kesehatan mental sekaligus mencapai kebahagiaan sejati, kita hanya perlu bercermin dan belajar bagaimana bersaing dengan diri sendiri.

Berikut adalah sejumlah manfaat untuk "bersaing" dengan diri sendiri sebagai upaya kita mengejar apa yang disebut dengan kesuksesan—dan lebih penting lagi menggapai kebahagiaan sejati.

Baca juga: Penderitaan dari Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Manfaat Bersaing dengan Diri Sendiri

1. Menghargai Kemajuan Diri Sendiri

Pertama, menghargai kemajuan diri sendiri. Menghargai pencapaian seseorang atau kesuksesan yang mereka miliki sering kali diselimuti rasa iri atau malah membuatkan diri kita "down". Saat kita (merasa) bersaing dengan orang lain, kita akan berhenti menghargai kemajuan mereka, dan akan sulit bagi kita untuk mengenali dan menghargai upaya mereka.

Persaingan yang sehat itu baik ketika kita belajar dari orang lain, tetapi ketika kita terlalu berfokus pada persaingan, kita akan mulai membandingkan diri kita dengan orang lain dan berhenti memandang upaya mereka sebagai keuntungan bagi mereka dalam mencapai nilai-nilai mereka. Seseorang yang tetap setia pada diri mereka sendiri dan berjuang untuk apa yang mereka yakini patut dirayakan.

2. Menjaga Hubungan Baik

Kedua, menjaga hubungan baik. Ketika kita terlalu sibuk dengan gagasan untuk mengalahkan orang lain, sulit untuk membangun hubungan yang berkualitas dengan mereka. Jika kita akhirnya bisa bekerja sama dengan orang-orang dan fokus belajar satu sama lain, kita bisa berbagi pengetahuan dan berkembang.

Alih-alih fokus untuk berkompetisi, lebih baik kita fokus untuk bisa berkolaborasi.

3. Menikmati Proses

Ketiga, menikmati proses. Kita mungkin adalah masyarakat yang sangat berorientasi pada hasil akhir. Orang suka berbicara tentang pencapaian mereka dan pencapaian yang mereka dapatkan. Apa yang benar-benar layak untuk dirangkul di sepanjang jalan adalah pelatihan dan pengetahuan yang kita kumpulkan saat kita mencapai suatu tujuan.

Memfokuskan kembali pikiran kita untuk merangkul kekuatan dan pengetahuan yang telah kita bangun lebih penting daripada melihat hasil akhir.

Contoh yang bagus untuk hal ini mungkin seseorang di tim sepak bola. Kita selalu mengharapkan seseorang untuk menggambarkan pencapaian mereka di tim sepak bola sebagai trofi dan kejuaraan yang telah mereka menangkan. Namun, seseorang yang telah bermain sepak bola selama bertahun-tahun dan tidak pernah memenangkan kejuaraan juga memiliki hak untuk berbicara tentang pengalaman yang mereka miliki, bagaimana mereka belajar tentang kerja tim, bagaimana mereka menjadi lebih kuat, dan bagaimana mereka membuat beberapa permainan hebat selama menggunakan keterampilan mereka.

Baca juga: Cara Membebaskan Diri dari Herd Mentality (Kecenderungan Mengikuti Mayoritas)

4. Fokus pada Kekuatan Diri Sendiri

Keempat, fokus pada kekuatan diri sendiri. Ketika kita menghabiskan waktu untuk bersaing dengan diri kita sendiri daripada terus-menerus mengejar persaingan, kita dapat mempelajari keterampilan apa yang benar-benar berharga bagi kita dan apa yang kita kuasai. Mempelajari keterampilan baru memang penting, tetapi ketika kita terus-menerus bersaing dengan orang lain yang mungkin sudah memiliki keahlian dalam keterampilan itu, kita akan merasa frustrasi.

Kita harus meningkatkan bidang yang kita kuasai dan fokus pada keterampilan baru yang dapat kita bangun tanpa menjadi frustrasi dalam mencapai tingkat ahli itu. Kita bisa saja berkompetisi dalam "keterampilan yang salah" hanya karena keterampilan itu berharga bagi orang lain. Asah keterampilan yang ingin kita tingkatkan sendiri.

5. Meningkatkan Rasa Syukur

Kelima, meningkatkan rasa syukur. Akan selalu ada seseorang yang lebih baik dari kita. Saat kita menerima kenyataan bahwa akan selalu ada seseorang yang lebih baik dari kita, kita dapat berusaha untuk merasa lebih baik tentang peningkatan diri dari waktu ke waktu.

Intinya, kita perlu menyadari bahwa setiap orang memperjuangkan apa yang menurutnya paling penting atau membahagiakan. Dan tentunya gol, target atau apa yang kita kejar dengan orang lain tidak pernah sama.

Untuk menjaga hidup agar terus waras di abad ini, kita perlu meningkatkan kesadaran diri. Bahwa layaknya tata surya, setiap orang memiliki "orbit" masing-masing. Setiap individu memiliki "waktu suksesnya" sendiri-sendiri.

Pada akhirnya, saya jadi teringat petuah dari Rando Kim yang merupakan penulis buku laris sekaligus profesor di Korea Selatan, bahwa:

Setiap bunga akan mekar ketika saatnya tiba; forsythia, kamelia, dan bunga-bunga lain. Bebungaan itu tahu kapan mereka akan mekar; tidak seperti kebanyakan dari kita yang selalu ingin mendahului yang lain. Apakah kamu merasa tertinggal dari teman-temanmu? Apakah kamu merasa telah menyia-nyiakan waktu sementara teman-temanmu mulai melangkah menuju kesuksesan? 

Jika kamu berpikir demikian, ingatlah bahwa kamu memiliki masa mekarmu sendiri, begitu juga dengan teman-temanmu. Musimmu belum datang. Namun, ia pasti akan datang ketika kuncupmu terbuka. Mungkin kuncup itu mekar lebih lama dari yang lain, tetapi ketika sampai pada waktunya, kamu akan mekar dengan begitu indah dan menawan seperti bebungaan lain yang telah mekar sebelum dirimu. 

Jadi, angkatlah kepalamu dan bersiaplah menyambut musimmu. Ingat, kamu begitu menakjubkan!

Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Agung Setiyo Wibowo.

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Konsultasi

Alt

Agung merupakan seorang konsultan, self-discovery coach, dan trainer yang telah menulis lebih dari 50 buku best seller.

 

Mungkin Anda Juga Menyukai

menganggur

Yang Saya Pelajari Setelah 2 Bulan Jadi Pengangguran

Oleh Amal Agung Cahyadi. Menganggur setelah 6 tahun bekerja di industri teknologi, inilah pelajaran berharga yang saya petik.

Aug 19, 2024 3 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest