Ubah Nasib Bagi 'Orang Malas'

Nov 14, 2024 6 Min Read
santai rebahan main hp
Sumber:

Ketut Subiyanto dari Pexels.com

nb: Mohon secara bijak dalam membaca.

Orang malas menjadi sebuah konotasi negatif bagi kebiasaan seseorang dalam kehidupannya. Entah ia merupakan seorang cendekiawan atau seorang pemain game sejati, orang malas bisa saja melekat pada dirinya. Sebuah pernyataan cukup ‘menohok’ dari salah satu tokoh dunia tersohor bahwa ia akan mencari orang pemalas untuk bekerja dengan dirinya, karena ia akan mencari jalan paling cepat alias pintas untuk mencapai tujuan. Tapi itu hanya berlaku bagi sebagian orang saja, yang jelas ia malas namun memiliki kemauan. Akan terasa berbeda ketika ia malas tidak memiliki kemauan. Semua akan berjalan di tempat.

Seseorang yang malas dan tidak memiliki kemauan inilah yang bisa menjadi penyakit dalam tujuan hidupnya. Ia sama seperti orang pada umumnya, memiliki cita-cita dan impian yang ingin dicapai. Sayangnya sejalannya waktu, tahap demi tahap kehidupan dilaluinya, ia akan cenderung mudah mengeluh. Hal ini karena ia tidak memiliki kemauan untuk mendongkrak nasibnya atau merubah kebiasaannya sehingga mengeluh adalah sesuatu yang wajar. Tentu apapun selalu disesalkan dan jikalau ada kesempatan untuk berubah, ia melihat titik itu sebagai titik yang jauh untuk digapainya. Sehingga dalam benaknya hanya ada kata “TIDAK MUNGKIN” aku meraihnya.

Tidak ada impian yang mustahil jika kamu mau berusaha

Jangan lupa, impian yang masuk di akal, bukan meminta uang turun dari langit, dan langsung jatuh di depan mata. Dalam perjalanan karier saya sebagai konsultan bisnis alih-alih menjadi motivator bagi para anak muda, saya sering menjumpai kasus di mana seorang mahasiswa yang hidupnya sangat ‘berkecukupan’ namun waktunya hanya dihabiskan bermain dan ‘bergaya hidup’. Sedangkan cita-citanya adalah sebagai bankir wahid. Ada juga seorang mahasiswa yang sangat ‘berkecukupan’ namun cerdas memanfaatkan hartanya hingga tidak disangka ia seorang pebisnis sukses. Ada juga mahasiswa yang pas-pasan dan mencurahkan seluruh waktunya untuk beraktualisasi dengan dana sumbangan dari berbagai pihak.

Baca juga: Apa Makna Bekerja Bagi Anda?

Tiga kasus tersebut memiliki latar belakang yang berbeda dan tujuan yang berbeda. Namun apa hasilnya? Dua di antaranya puas akan hidupnya walaupun selalu ada ‘gonjang ganjing’. Ada masa di mana ia tidak memiliki uang sepeser pun namun ia masih tetap berkarya bahkan mendapat keuntungan walaupun perlu waktu yang lama. Sedangakan kasus mahasiswa yang ‘serba ada’, hidupnya nyaris tidak disenggol masalah yang harus ia hadapi sendiri. Semua serba disediakan. Sayangnya, masih dengan uang orang tuanya. Apakah ia senang dan bahagia? Jelas, siapa yang tidak mau? Namun, ia mengeluh bahwa tidak ada kepuasan dalam hidupnya. Sekali lagi, ini hanya contoh kasus nyata.

Salah satu caranya tentu harus ‘mengubah nasibnya’ sendiri. Mau tidak mau, kemauan terkadang harus dipaksakan. Sebuah kutipan menyebutkan bahwa 20 tahun kemudian kamu tidak hanya menyesali dengan apa yang TELAH kamu perbuat, namun kamu juga akan menyesali dengan apa yang BELUM kamu perbuat. Jika kamu hanya berdiam diri saja, tentu tidak ada perubahan yang signifikan. Jikalau kamu pun mengikuti alur hidupmu bagai air, kamu hanya mendapati dirimu duduk di belakang meja kantor dan pulang tepat waktu. Semua rutinitas seakan tidak ada arti. Karena itu, tidak ada kemauan sehingga cita dan impian hanya tersirat dalam benak.

Ubah nasib juga bukan serta merta orang yang tidak memiliki apa-apa menjadi orang yang memiliki apa-apa. Bukan seperti itu. Ubah nasib di sini adalah menjadikan hidupmu penuh arti. Jika kamu merasa masih enggan berusaha, baik, tidak masalah. Kamu akan tetap menjadi orang malas yang tidak berkemauan untuk maju. Ubah nasib ini juga bisa jadi terjadi saat kamu masih remaja, mahasiswa atau seorang ibu rumah tangga!

“Bagaimana ya, uang bulanan nggak cukup dari suami. Tapi kebutuhan makin tinggi. Harus gimana?” — sebuah kasus keluhan yang terucap dari ibu rumah tangga. Ya, harus gimana? Kamu tidak bisa mendapatkan sebuah kebutuhan secara cuma-cuma, sekali lagi semua perlu “kemauan” untuk berusaha.

Mari kita lihat seyogyanya apa saja yang ‘orang malas’ butuhkan:

Baca juga: Cara Berhenti Memedulikan Pikiran Orang Lain

6 Kiat Ubah Hidup Bagi ‘Orang Malas’

jogging olahraga pagi hari

Tirachard Kumtanom dari Pexels.com

1. Dorongan Eksternal

Kemauan keras akan datang dalam diri sendiri jika ada pemantiknya. Mulailah dengan mencari dorongan eksternal yang menurutmu efektif dalam menyadarkan dirimu untuk berbuat sesuatu. Dorongan ini bisa jadi dari seseorang atau dari sesuatu. Kamu hanya perlu mencari objek yang tepat sehingga jiwamu membara untuk berubah. Contohnya seperti sahabat dekat atau ibunda, bisa jadi dari sesuatu yang ingin kamu miliki.

2. Evaluasi Diri

Jika kamu terus mengeluh, bisa jadi kamu sebenarnya tidak tahu siapa dirimu. Sehingga semua berjalan selalu salah di matamu. Mulailah lakukan evaluasi diri. Kelebihan, kekurangan sehingga potensi yang kamu miliki yang bisa dimanfaatkan untuk ke depannya. Jika tak mampu menilai diri sendiri, cari seseorang yang mengenalmu secara mendalam dan lakukan evaluasi secara objektif.

3. Cari Tambahan Pemasukan/Peluang

Merasa tidak puas dengan apa yang dimiliki sekarang sedangkan sudah melakukan yang terbaik, kamu perlu berusaha lebih dengan menambah aktivitas. Jika dirasa lelah, kamu harus melakukan manajemen waktu secara disiplin. Jika masih dirasa lelah juga, cari kegiatan pasif yang menguntungkan sehingga hanya sekali mengoperasikannya-peluang keuntungan akan terus mengalir. Jika merasa lelah juga, ya diam saja, memang itu nasibmu dan jangan berharap lebih karena kamu tidak mau berusaha seperti di atas.

4. Sabar

Sabar adalah sebuah kata yang dikata terlalu 'umum' untuk sebuah nasihat, namun percayalah, sabar merupakan resep utama dari kesuksesan. Sabar dalam sebuah proses hingga sabar kamu mendapatkan yang kamu inginkan. Sekali lagi dunia ini bukan sebuah magis yang langsung datang begitu saja. Jika pun ada, itu hanya bonus dan tidak mungkin datang keberuntungan secara reguler. Semua ada titik di mana kamu berada di bawah dan kamu berada di atas. Coba saja dulu, daripada tidak sama sekali.

Baca juga: Demensia Digital, Ketika Gadget Merusak Otak Anak Muda

5. Batasi Pandangan

Maksudnya adalah batasi pandangan atau perspektif dalam memandang sesuatu atau kehidupan seseorang jika kamu tidak bijak dalam memahaminya. Saya pernah menemui seseorang di mana sebenarnya karier dia bagus dan sesuai proses karier seseorang, bermula dari staf. Namun karena paparan media sosial dengan foto temannya yang ‘kelihatannya sukses’ terpajang setiap waktu, hatinya risau bukan main. Parahnya, ia mengaggap dirinya tidak sesukses temannya. Terlebih, ia baru 1 bulan kerja. Terlalu singkat jika ia berharap ingin duduk di kursi manajer atau gaji tiba tiba besar seperti temannya. Foto yang ia pahami sebagai kesuksesan pun penuh perjuangan di dalamnya. Sayang orang ini tidak bijak memandangnya. Ia hanya melihat hasil dan ingin menyamai kedudukannya.

Jika kamu cukup bijak memahami bahwa selalu ada rintangan di setiap perjalanan seseorang, kamu pasti akan memandang hal seperti kasus di atas sebagai inspirasi bukan penyakit hati.

6. Percaya Diri

Saya merupakan seseorang sangat gamblang dalam menyampaikan pemikiran, ide dan karya saya sendiri. Walaupun mulanya dianggap sebagai remeh temeh, namun tidak sedikit hasil usaha saya diakui secara nasional. Memang mulanya seperti mimpi di atas awan. Selain kemauan tinggi, jika kamu malu untuk sampaikan apa potensimu terhadap dunia, sekali lagi, kamu seperti mencoret-coret mahakarya di pojokan kamar, tanpa ada orang yang mengetahuinya.

Percaya dirilah dan yakin akan kemampuanmu yang luar biasa. Jangan takut hasil buah pemikiranmu dicuri orang. Jangan seperti itu! Sampaikan saja dulu. Takut ditolak? Tenang, saya pun puluhan kali mengalami penolakan. Bahkan sekelas pencipta ulung yang dipatenkan karyanya hingga sekarang, kerap kali mendapat penolakan hingga ribuan kali. Jadi, jika baru saja mengalami satu penolakan dan kamu menyerah, kamu belum ada apa-apanya. Yakinlah. Apa yang kamu yakini saat ini adalah apa yang akan kamu dapati di kemudian hari.

Ingat, ‘orang malas’ disini sekali lagi sebuah sebutan bagi orang orang malas yang tidak berkemauan. Saya pun seorang yang malas, alias tidak mau ribet, namun saya tahu jalan terbaik dan tepat bagi saya. Saya berkemauan tinggi dan akan berusaha samapai orang lain merasakan manfaat apa yang saya lakukan. Tenang, jika kamu baru saja tersadar, kamu tidak mungkin sendirian dan kamu tidak terlambat di usia berapapun atau di perjalanan kehidupan manapun. Semua bisa diusahakan jika kamu memulainya sekarang. Ya sekarang, ini hanya tulisan untuk mendobrak semangat. Sisanya PR kamu untuk merubah nasibmu sendiri. Salam.

Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Nafisah Arinilhaq.

Share artikel ini

Kepribadian

Tags: Sifat Positif

nafisah arinilhaq

Nafisah adalah profesional di bidang pemasaran dan penjualan dengan pengalaman lebih dari 7 tahun. Selain sukses menangani 200 proyek untuk klien dari berbagai industri, Nafisah juga telah meraih 100.000 pengikut organik dalam satu kuartal, menghasilkan lebih dari 2 miliar rupiah dalam penjualan properti dalam dua bulan, dan memenangkan proyek senilai 100 juta rupiah dengan pitch singkat selama dua menit.

 

 

Alt

Mungkin Anda Juga Menyukai

Gambar Pria dan Wanita Sedang Mengecek Sosial Media

Apakah Social Media Menolongmu Atau Membunuhmu?

Artikel ditulis oleh : Michelle Gibbings. Bagaiaman Sosial Media dapat berdampak baik bagi pekerjaanmu.

Oct 06, 2022 4 Min Read

Jadi Seorang Pembaca Leader's Digest