4 Cara Identifikasi Lingkungan Kerja yang Toxic

Jcomp dari Freepik.com
Kali ini saya ingin membahas tentang lingkungan kerja yang toxic. Mungkin kalian pernah berada atau menghadapi lingkungan kerja yang toxic? Atau ingin menghindari yang seperti itu? Mungkin coretan saya bisa memberikan sedikit gambaran. Tulisan ini dibuat agar kita dapat mengidentifikasi tempat kerja yang tidak sehat. Tempat kerja seperti ini akan menghambat karier kita ke depan, dan bahkan mempengaruhi kesehatan mental kita.
Seperti apa sih lingkungan kerja yang toxic?
Baca juga: Burnout, Bahaya yang Sulit Diakui
Lingkungan kerja di mana pekerjaan, suasana, orang-orang yang bekerja di dalamnya, atau kombinasi dari ketiganya mengakibatkan gangguan serius dalam kehidupan pribadi. Ya, gangguan terhadap kehidupan pribadi.
Simpelnya, apakah Anda mengalami hal sebagai berikut di tempat kerja?
- Di tempat kerja terpikir ingin cepat pulang
- Di rumah selalu gelisah memikirkan pekerjaan
- Tidur malam tidak nyenyak
- Jantung berdebar-debar
- Sering sakit / pura-pura sakit untuk menghindari masuk kantor
- Malas makan? Atau malah stress-eating?
- Obrolan makan siang membahas resign / pengalaman interview di tempat lain
- Sedikit-sedikit cek e-mail, WhatsApp, Telegram, dll
- Achievement bukan sesuatu yang dihargai, bahkan cenderung dilupakan
- Kesalahan adalah sesuatu yang luar biasa dan diungkit-ungkit terus
Jika iya, ada baiknya mulai mengamati lingkungan kerja Anda
Tanda-tanda Lingkungan Kerja Toxic
Tanda lingkungan kerja yang toxic sebenarnya cukup banyak, tapi kali ini saya coba urai berdasarkan hal-hal yang terlihat dengan jelas:
1. Turnover Karyawan yang Tinggi
Jika Anda cek tempat kerja Anda (atau calon tempat kerja) memiliki turnover karyawan yang sangat tinggi, maka patut waspada. Ini adalah tanda paling utama dalam tempat kerja yang tidak sehat. Bahkan saya pernah melihat company yang berisikan belasan orang, tapi dalam 2 tahun sudah ada hampir 80 orang yang keluar-masuk. Luar biasa!
Lingkungan kerja yang tidak baik akan membuat karyawan terbaik akan keluar dari lingkungan tersebut karena merasa membuang-buang waktu. Orang yang “biasa-biasa” saja tidak bisa berkembang karena tidak mendapatkan bimbingan yang diperlukan. Lingkungan toxic cenderung menawarkan jalan buntu sehingga banyak yang memilih untuk mencari kesempatan yang lebih baik. Banyaknya karyawan yang keluar membuat perusahaan tidak pernah settle, dan selalu memulai dari awal.
Tipikal pembenaran yang selalu dibuat adalah: "Ah, banyak karyawan yang keluar itu karena tidak perform, nothing wrong with our company".
2. Politik Cukup Tinggi
Dalam lingkungan kerja yang toxic, politik cenderung lebih ‘penting’ dibanding kinerja. Contohnya:
- Anda akan melihat orang yang biasa saja tapi karena sering ‘menjilat’ atasan dia mendapat perhatian dan lebih didengar
- Anda akan melihat orang yang tidak kompeten tapi dapat promosi karena ‘dekat’ dengan atasan
- Anda akan melihat keputusan manajemen lebih menguntungkan pribadi daripada perusahaan
- Dari hal-hal seperti itu banyak yang cenderung menjadi ‘yes-man’ karena itu lebih aman daripada debat
- Banyak kubu-kubu politik di kantor, sehingga tujuan perusahaan cenderung tidak tercapai
3. Seringnya Karyawan Sakit
Lingkungan kerja toxic akan membuat moral kerja yang rendah sehingga karyawan stres dan mengakibatkan sakit pula pada tubuh. Selain itu, juga banyak yang absen mengatasnamakan “sakit” karena tidak nyaman berada di tempat kerja. Atau mengunjungi dr. Wawan (alias wawancara di tempat lain, hehehe).
4. Antusiasme Rendah
Lihat sekeliling kantor, coba amati:
- Apakah ada ekspresi bahagia bekerja di tempat Anda bekerja?
- Bekerja dengan semangat dan ceria?
- Apakah ada budaya mengutarakan ide dan pendapat?
- Datang ke kantor dengan antusias?
- Is anyone talking at all?
Jika ada jawaban “tidak”, patut waspada. Karena antusiasme rendah terjadi pada lingkungan yang toxic.
Baca juga: 5 Tips Diterima dengan Baik di Lingkungan Kerja Baru
Cara Menghadapi Lingkungan Kerja yang Toxic

Jcomp dari Freepik.com
Setelah membaca tulisan tentang ini, saatnya bertanya pada diri sendiri: “Apakah saya berada di lingkungan kerja yang toxic?”. Jika iya, ada beberapa cara untuk coba menghadapi lingkungan kerja seperti ini:
1. Cari Rekan-rekan yang Dapat Dipercaya
Cari satu-dua (atau banyak) rekan kerja yang dapat dipercaya dan saling mendukung satu sama lain. Sehingga Anda dapat memiliki teman untuk berbagi dan mencari dukungan di saat diperlukan.
2. Fokus pada Tujuan Utama
Tidak usah pedulikan gosip dan hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan utama kita.
3. Tetap Positif dan Bersikap Baik
Tetap bersikap baik kepada semua orang, bahkan terhadap teman-teman yang masuk ke dalam kategori toxic. Dengan bersikap baik dan positif, mungkin semangat anda akan tetap ditularkan kepada rekan-rekan yang lain dan dapat menularkan semangat positif. Semangat positif merupakan awal yang baik, walaupun keadaan toxic tetap ada, namun cara interaksi dan menghadapi dengan mental positif akan mengubah lingkungan kerja menjadi lebih baik. "Work hard, be nice (even when other people aren't)".
4. Cari Tempat Kerja yang Lebih Baik
Langkah terakhir yang bisa dilakukan adalah, cari tempat kerja baru. Dengan harapan tempat kerja baru memiliki lingkungan yang lebih baik. Coba riset calon tempat baru dengan metode di atas, baik itu di internet, di portal kerja, di LinkedIn, dan juga ulasan mantan karyawan atau karyawan yang masih aktif.
Sekian dulu tulisan saya kali ini, semoga bermanfaat.
Artikel ini diterbitkan dari akun LinkedIn milik Jimmy Karisma Ramadhan.
Komunitas
Tags: Konsultasi
Jimmy Karisma Ramadhan adalah CEO GovTech Procurement dan PaDi UMKM, dua platform yang bertujuan untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia. Berbekal pengalaman yang kuat di bidang teknologi dan strategi bisnis, Jimmy memimpin kedua inisiatif ini dengan visi untuk menjembatani proses pengadaan pemerintah dengan dunia digital, sambil memastikan transparansi, efisiensi, dan akses yang lebih mudah bagi semua pihak.